Tanpa Disadari, Iran Berada Di Bawah Naungan Presiden Yahudi
Mehdi Khazali, putra tokoh konservatif Ayatollah Abu Al-Kassam Khazali,
membuat tulisan mengejutkan di situs internet pribadinya. Dalam
tulisannya, dia mengatakan bahwa dirinya mengetahui sebuah fakta yang
mengejutkan. Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad memiliki garis keturunan
Yahudi.
Khazali mencatat bahwa
Ahmadinejad mengubah nama keluarganya. Aslinya, nama keluarganya adalah
Saborjhian, dia mengatakan bahwa akar keluarga Saborjhian di kota
Aradan masih harus terus diselidiki.
Khazali mengatakan
bahwa Ahmadinejad mengubah nama Yahudinya di kartu tanda pengenal untuk
menyembunyikan akar keturunan dan darah Yahudi yang mengalir dalam
dirinya.
Para kerabat Ahmadinejad
telah mengatakan kepada harian Inggris, The Guardian, sesaat setelah
dia terpillih sebagai presiden Iran dulu, bahwa keluarganya memutuskan
untuk mengganti nama keluarga. Alasan penggantian nama keluarga tersebut
adalah gabungan antara "alasan keagamaan dan alasan ekonomi."
"Dengan pergantian
nama keluarga tersebut, nama yang baru seolah mempelihatkan sebuah
keluarga Islam taat dari kelas pekerja untuk kepentingan politik populis
Ahmadinejad," demikian tulis wartawan Robert Tait di harian The
Guardian. Nama Saborjhian sendiri berasal dari kata benang berwarna –
berasal dari kata Sabor dalam bahasa Farsi – sebuah pekerjaan yang umum
dan sederhana dalam industri karpet di propinsi Semnan, daerah Aradan.
Ahmad, sebaliknya, merupakan nama yang juga dipergunakan juga untuk
menyebut Nabi Muhammad dan artinya berbudi luhur, nejad berarti ras
dalam bahasa Farsi, jadi Ahmadinejad bisa diartikan umat Muhammad yang
berbudi luhur.
Meski selama ini
dikenal sering melontarkan kata-kata makian yang kasar dan pedas
terhadap Yahudi Israel, Khazali mengatakan bahwa presiden Iran tersebut
bermaksud menyembunyikan fakta bahwa dirinya adalah seorang yang
berdarah Yahudi. Oleh karena itu, Ahmadinejad seringkali "menyerang"
Israel dan kaum Yahudi, untuk menciptakan kesan bahwa dirinya adalah
seorang Muslim yang memegang teguh keyakinannya.
Ucapan Khazali
tersebut dimuat dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Khazali sendiri
yang berjudul, "Yahudi di Iran". Di dalamnya, dia mengatakan bahwa
waktunya telah tiba untuk mengungkapkan kebenaran mengenai peranan
Yahudi di Iran.
Komunitas Yahudi di
Iran merupakan komunitas Yahudi terbesar di Timur Tengah, selain di
Israel tentunya, dengan jumlah populasi yang mencapai 20.000 orang.
Meski kaum Yahudi hanya hidup dalam standar kehidupan rata-rata, namun
mereka sama sekali tidak mau beranjak dari Iran.
Komunitas Yahudi Iran
adalah salah satu komunitas Yahudi tertua, dengan sebuah sejarah yang
berumur 3.000 tahun lamanya. Yahudi Iran terkonsentrasi di tiga kota,
Tehran, Isfahan, dan Shiraz.
Sejumlah besar
komunitas Yahudi di Iran menjalankan usaha kecil-keclilan dalam bidang
perdagangan dan usaha eceran. Sejumlah Yahudi dipekerjakan oleh
pemerintahan atau perusahaan milik negara.
Komunitas Yahudi di
Iran telah mengadaptasi era elektronik dan memiliki situs internet
khusus untuk membantu komunitas Yahudi Iran dalam menggalang dana untuk
memenuhi kebutuhan mereka. Para donatur untuk komunitas Yahudi Iran
berasal dari luar negeri, dipimpin oleh Yahudi kaya asal Iran yang
pindah dari Iran setelah terjadi revolusi, setiap tahunnya, dia
menyumbangkan jutaan dollar kepada komunitas Yahudi Iran.
Sumbangan dana
tersebut dipergunakan untuk mendanai biaya operasional 30 buah sinagog
dan rumah sakit Yahudi di Tehran. Rumah sakit Yahudi tersebut dipandang
oleh warga setempat sebagai rumah sakit yang berkualitas baik di Iran.
Sebagian besar staf medisnya adalah Yahudi, dan keseluruhan biaya
operasional rumah sakit tersebut mengandalkan pada donasi Yahudi.
Bulan Maret lalu,
rumah sakit Yahudi tersebut bahkan mendapatkan sumbangan dana khusus,
ketika ditelusuri, dana khusus tersebut berasal dari kantor presiden
Iran Mahmud Ahmadinejad.
Masa Lalu Ahmadinejad
Rumah dari Mahmud
Saborjhian muda tampak reyot dan tidak layak huni, tamannya sudah
ditumbuhi oleh rerumputan liar dan dipergunakan untuk tempat
bertenggernya ayam-ayam. Sumur tua yang dulu dipergunakan orangtuanya
untuk menimba air minum telah berubah menjadi kering.
Hal tersebut adalah
pemandangan masa lalu Iran. Namun bagi masyarakat Iran, pemandangan
sekeliling di kota Aradan, yang terletak sekitar 80 mil di sebelah
tenggara Tehran dan langsung berhubungan dengan jalur sutra, sangat
berarti.
Kota tersebut adalah
kota dimana presiden Iran, yang lebih dikenal dengan nama Mahmud
Ahmadinejad, tumbuh dewasa. Dia merupakan anak keempat dari tujuh
bersaudara.
Keluarga Saborjhian
menyewa rumah dua tingkat sebelum meninggalkan kawasan miskin tersebut
pada akhir tahun 1950an untuk mencari kemakmuran dan kehidupan baru di
Tehran. Ahmadinejad kecil kala itu baru berusia satu tahun lebih
beberapa bulan.
"Pindah dari desa ke
kota besar adalah sebuah hal yang umum dan biasa terjadi di masa itu,
sehingga orang-orang yang tidak ingin menunjukkan silsilah keluarga
mereka memutuskan untuk mengubah nama keluarga," kata Mehdi
Shahhosseini, putra dari sepupu Ahmadinejad yang masih tinggal di
Aradan.
Ahmadinejad memang
berulangkali tertangkap basah tengah bertemu dengan para pemimpin
Yahudi. Ahmadinejad memiliki hubungan yang harmonis dengan Yahudi.
Semasa berada di New York, presiden Iran tersebut terlihat dengan
antusias menyambut kedatangan sejumlah Rabbi Yahudi AS. (Visit Video) (dn/rfo/yn/gcu) Dikutip oleh www.suaramedia.com
Posting Komentar