Tak Terkenal Di Negeri Sendiri, Namun Di Puja di Negeri Lain
Tak terkenal dan underrated bukan berarti memiliki skill yang jelek
atau nasib yang kurang beruntung bagi band-band berikut ini. Jika
dibandingkan, level mereka jauh di atas rata-rata para musisi yang
terjun ke dalam industri.
Kegigihan mereka dalam menjalankan band mungkin patut dicontoh. Mereka memilih jalan sendiri dalam berkarya meski tanpa ada sokongan dari sebuah label besar. Dengan bergerilya di jalur independen mereka memiliki basis massa yang kuat dan tak hanya di Indonesia saja namun juga di luar negeri.
Musik yang mereka usung yang sering dibilang jauh dari unsur laku, Namun fakta berkata lain dengan banyaknya apresiasi dari luar negeri. Bahkan mereka juga menyicipi panggung di negara lain dengan crowd yang asing dan belum. Jika musisi yang bernaung di label besar mencoba untuk go international, namun band-band indie ini sudah mewujudkan impiannya. Lantas siapa saja musisi yang patut diperhitungkan ini?
Kegigihan mereka dalam menjalankan band mungkin patut dicontoh. Mereka memilih jalan sendiri dalam berkarya meski tanpa ada sokongan dari sebuah label besar. Dengan bergerilya di jalur independen mereka memiliki basis massa yang kuat dan tak hanya di Indonesia saja namun juga di luar negeri.
Musik yang mereka usung yang sering dibilang jauh dari unsur laku, Namun fakta berkata lain dengan banyaknya apresiasi dari luar negeri. Bahkan mereka juga menyicipi panggung di negara lain dengan crowd yang asing dan belum. Jika musisi yang bernaung di label besar mencoba untuk go international, namun band-band indie ini sudah mewujudkan impiannya. Lantas siapa saja musisi yang patut diperhitungkan ini?
Mocca
meski berada di jalur indie namun nama band ini cukup santer di
seantero Indonesia. Band yang kini vakum lantaran sang vokalis menikah
dan tinggal di Amerika bersama suaminya sebelumnya telah menginvasi
beberapa negara di Asia. Swinging Friends (nama fans Mocca) tak hanya di
Indonesia saja namun di negara seperti, Singapura, Malaysia, Korea
Selatan, Thailand dan Jepang.
Sore
Jika dilihat dari nama mungkin orang akan berekspetasi lain. Namun
musik mereka yang sangat kaya warna akan membuat kita berpikir lain,
bahwa ini bukan sekedar band biasa. Kejeniusan band pop asal Jakarta
dalam menghasilkan sebuah karya yang unik dan beda menjadi ciri
tersendiri. Penampilan live mereka tak hanya memikat publik Indonesia
saja namun publik Malaysia saat mereka tampil di sana. Bahkan band ini
dinobatkan oleh majalah TIME Asia sebagai 5 Band Asia Yang Albumnya
Layak Dibeli.
White Shoes And the Couple Company
Mengusung sound dan attitude kuno di tahun 70an bukan menjadikan band
ini dijauhi oleh para penikmat musik. Dan tak semua pendegar band yang
biasa disingkat WSATCC ini adalah orang tua saja. mereka mengembalikan
euforia musik tahun 70an ke abad 21 ini. Meski jadul namun WSATCC
mendapat sambutan meriah di panggung klab Make Out Room di San
Fransisico, Amerika. Band ini juga telah menginvasi Hong kong dan
Singapura untuk mengisi pentas festival bergengsi di sana.
The S.I.G.I.T
Rock and roll unit asal Bandung ini tak diragukan lagi kiprahnya.
Berawal tampil di bar atau venue di sekitaran Bandung, Jakarta dan
beberapa kota lainnya membuat para scenester indie menaruh perhatian
kepada mereka. The SIGIT sendiri juga pernah muncul pada majalah musik
alternatif luar negeri, NME Stereo di tahun 2005 dengan lagu Black
Amplifier. Mereka juga pernah ditunjuk oleh band rock asal Autralia,
Dallas Crane untuk menjadi pembuka turnya. Ajakan ini tak disia-siakan
oleh The SIGIT dengan memberikan penampilan yang memukau. Respon positif
dari publik Australia membuat album pertamanya Visible Idea of
Perfection pun dirilis dan didistribusikan di Australia. Selain
Australia, The SIGIT juga pernah tampil di festival musik SXSW di Texas
serta menggelar tur di California dan Hongkong.
Cupumanik
Band yang masih setia mengusung grunge ini tak bisa dipandang sebelah
mata. Meski euforia grunge tidak seperti dulu namun mereka membuktikan
jika jalur yang dipilih bisa menghasilkan sesuatu. Dan pencapaian
tersebut terwujud dengan terpilihnya mereka sebagai wakil Indonesia di
pentas festival terbesar Envol Et Macdam di Kanada. pemilik lagu Luka
Bernegara ini bukan tampil di second stage atau supporting stage
melainkan mainstage dengan headliner yang terkenal diseluruh dunia.
Namun Cupumanik memberikan pnampilan yang terbaik dan menjadi
satu-satunya duta grunge dari Indonesia yang 'merusuhkan' venue.
Musik metal yang sering dipandang sebelah mata dan dianggap tak laku
ternyata juga memiliki apresiasi yang sangat luar biasa di mancanegara.
Siapa saja metalhead yang telah 'membakar' di pentas luar negeri?
Burgerkill
Grup band metal asal Bandung ini menebar keganasannya di panggung
luar negeri. Dua festival bergengsi di Australia seperti Soundwave
(2009) dan Big Day Out (2010) telah mereka incipi dan menebarkan
keberingasan ke seluruh publik negeri Kanguru ini. Burgerkill juga
pernah menggelar tur ke Malaysia dan Singapura beberapa tahun yang lalu.
bahkan album terbaru mereka Venemous juga dirilis dan didistribusikan
di Australia.
Jasad Pengusung death metal asal Bandung ini telah 2 kali diundang
untuk tampil di Bangkok Death Fest. Album mereka juga pernah dirilis
oleh label asal Amerika, Severed Records.
Noxa
Grindcore kawakan asal Jakarta ini meraih sukses besar saat tampil di sebuah festival metal akbar Obscene Extreme di Ceko di tahun 2010 lalu. Sebelumnya di tahun 2006 mereka juga pernah diundang untuk tampil di Jerman, namun karena masalah visa membuat tawaran tersebut harus dilewatkan.
Dari semua genre di atas ada satu genre yang sangat tidak populer di Indonesia dan memiliki penggemar yang sangat segmented. Band Discus adalah pengusung genre jazz/progresif yang keberadaanya di Indonesia tak terlalu mencolok. Uniknya band ini lebih dikenal di mancanegara dan mendapat apresiasi yang sangat bagus.Mereka telah tampil di beberapa negara Eropa dan berkali-kali di Amerika.
Sama halnya dengan postmetal/experiment bernama Ghaust ini. Mereka juga pernah menggelar tur bertajuk Call To Arms di Malaysia dan Singapura. Rilisan album dan split mereka juga dirilis oleh record label luar negeri seperti Malaysia, Singapura, amerika dan di Eropa.
Grindcore kawakan asal Jakarta ini meraih sukses besar saat tampil di sebuah festival metal akbar Obscene Extreme di Ceko di tahun 2010 lalu. Sebelumnya di tahun 2006 mereka juga pernah diundang untuk tampil di Jerman, namun karena masalah visa membuat tawaran tersebut harus dilewatkan.
Dari semua genre di atas ada satu genre yang sangat tidak populer di Indonesia dan memiliki penggemar yang sangat segmented. Band Discus adalah pengusung genre jazz/progresif yang keberadaanya di Indonesia tak terlalu mencolok. Uniknya band ini lebih dikenal di mancanegara dan mendapat apresiasi yang sangat bagus.Mereka telah tampil di beberapa negara Eropa dan berkali-kali di Amerika.
Sama halnya dengan postmetal/experiment bernama Ghaust ini. Mereka juga pernah menggelar tur bertajuk Call To Arms di Malaysia dan Singapura. Rilisan album dan split mereka juga dirilis oleh record label luar negeri seperti Malaysia, Singapura, amerika dan di Eropa.
Posting Komentar