Hamil, Melahirkan, Menyusui...
Ditulis oleh Budi Ashari
Lagi, tiga serangkai yang hari ini
dirasakan hanya menjadi beban bagi kehidupan seorang wanita. Dengarlah
kalimat orangtua yang anaknya ketahuan hamil lagi padahal anaknya yang
pertama baru berumur satu tahun, “Kamu hamil lagi?? Memangnya, kamu disekolahkan tinggi-tinggi, mahal-mahal, hanya untuk hamil saja?”
Dan
kalimat ketidaknyamanan lainnya yang hadir bukan saja dari orangtua
bahkan dari orang sekelilingnya. Bagi seorang wanita yang melahirkan
lagi dan lagi...
Belum
lagi media sebagai guru besar masyarakat, yang sering menampilkan para
wanita yang mengesampingkan peran kehamilan, melahirkan dan menyusui.
Dampaknya,
‘tarbiyah’ keluarga, masyarakat dan media itu menyebabkan kaum hawa
meletakkan kata hamil dan menyusui di sudut sempit dalam hidupnya. Jika
bisa tidak, mengapa harus iya. “Kapok!” kata seorang ibu sambil
mengelus-elus perutnya.
Bisa
dibayangkan bagaimana suasana hati ibu yang seperti ini saat hamil,
melahirkan dan menyusui? Damaikah, senangkah, bahagiakah, atau
sebaliknya.
Mari kita tanyakan kepada panduan utama manusia bahagia di dunia dan akhirat, Al Quran.
Di dalam Al Quran disampaikan,
وَوَصَّيْنَا
الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ
وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ
الْمَصِيرُ
“Dan
Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan
kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Qs. Luqman: 14)
وَوَصَّيْنَا
الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا
وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى
إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ
أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى
وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي
ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Kami
perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu
bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya
dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga
puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat
puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri
nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku
dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah
kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.
Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri." (Qs. Al Ahqaf: 15)
Dua ayat tersebut, dimulai dengan perintah Allah langsung kepada seluruh manusia agar berbakti kepada kedua orangtuanya. Dan subhanallah, setelah itu Allah hanya menyebut peran ibu.
Dalam Surat Luqman disebutkan 2 hal: hamil dan menyapih susuan.
Sementara dalam surat Al Ahqaf disebutkan 3 hal: hamil, melahirkan, menyapih susuan.
Jadi
sangat jelas, betapa hamil, melahirkan dan menyusui hingga menyapihnya
adalah aktifitas sangat mulia yang langsung disanjung oleh Allah
Pencipta seluruh yang ada. Cukuplah ini menjadi jaminan kemuliaan.
Apalagi
ketika tiga aktifitas ini dijadikan alat tukar bagi bakti seorang anak
di kemudian hari. Bakti anak tentu menjadi tumpuan orangtua yang paling
membahagiakan di usia senjanya kelak. Tidak ada orangtua yang tidak
berharap memiliki anak yang berbakti.
Jika demikian harapan orangtua. Jika demikian harga yang harus dibayarkan oleh orangtua untuk ‘membeli’ bakti anak.
Maka, mengapa hamil masih merupakan aktifitas rendah bahkan dicaci maki.
Lebih
dari itu, ayat tersebut menyampaikan bahwa hamil memang penuh
perjuangan dengan susah payah, lemah bertambah lemah. Keadaan yang sulit
ini, seharusnya tidak ditambahi beban dengan berbagai tekanan.
Maka, mengapa melahirkan menjadi bahan ejekan.
Lebih
dari itu, ayat tersebut menyampaikan bahwa melahirkan pun perlu
perjuangan yang tidak mudah. Sehingga seharusnya para ibu yang hamil
ridho melahirkan dengan rasa sakit dan perjuangan bertaruh nyawa. Bukan
mudah menyerah dan malas berjuang sehingga dikeluarkan oleh peralatan
medis.
Maka, mengapa menyusui menjadi aktifitas yang menakutkan dan memusuhi kecantikan.
Lebih
dari itu, ayat tersebut sangat jelas memerintahkan hingga penyapihan.
Dan menyapih susuan yang sempurna selama dua tahun. Angka yang telah
disebut ayat 15 abad yang lalu dan baru disepakati oleh para ahli
kesehatan dunia pada abad yang lalu.
Jadi,
para ibu dan keluarga muslim, sudah seharusnya kita sadari bahwa hamil
penuh perjuangan, kesabaran dalam merasakan sakitnya melahirkan meregang
nyawa dan menyusui sempurna 2 tahun adalah harga yang harus dibayar
oleh para orangtua untuk hadirnya bakti anak di kemudian hari.
Menjadi
sangat rumit, berharap memiliki sesuatu tetapi tidak mau memberikan
harganya. Karena setiap sesuatu ada harganya. Apalagi, ini adalah
sesuatu yang teramat mahal; bakti anak.
Posting Komentar