The Lorax: Kisah Satire Mengenai Lingkungan Hidup
Permasalahan mengenai lingkungan hidup memang menjadi hal yang
krusial di masa sekarang. Semakin berkurangnya hutan dan pohon mendorong
berkurangnya jumlah udara bersih. Kecemasan terhadap masa depan bumi
sangat tergambar di film animasi yang satu ini, The Lorax.
The Lorax merupakan film musikal komedi yang diadaptasi dari
buku cerita karya Dr. Seuss dengan judul yang sama yang diterbitkan
pertama kali tahun 1971. Film ini dirilis di Amerika pada 2 Maret lalu
yang bertepatan dengan perayaan hari lahir Dr. Seuss yang ke-108. The Lorax menjadi salah satu film yang memiliki pesan mendalam mengenai isu lingkungan hidup.
The Lorax berkisah tentang seorang anak bernama Ted Wiggins
(Zac Efron) yang mencari tahu mengenai keberadaan pohon asli. Ted hidup
di sebuah kota buatan bernama Thneed-ville yang semua elemennya
merupakan buatan manusia. Bahkan, penduduk kota ini harus rutin membeli
udara kemasan agar bisa merasakan udara bersih. Di Thneed-ville, tidak
ada rumput dan pohon asli, semuanya terbuat dari plastik yang telah
dimodifikasi.
Ted jatuh hati kepada seorang anak perempuan bernama Audrey (Taylor
Swift) yang memimpikan melihat pohon asli. Lalu, Ted pun berusaha
mencari tahu. Berdasarkan informasi dari neneknya (Betty White), Ted
pergi ke luar kota bertemu Once-ler (Ed Helms) yang mengisahkan
asal-muasal keadaan bumi yang telah menjadi gersang. Pertemuannya dengan
Once-ler pun membuatnya tersadar mengenai kondisi bumi yang ternyata
sangat berbeda dengan yang ada di Thneed-ville.
Once-ler pun mengisahkan pencariannya untuk mengembangkan idenya
tentang thneed, pertemuannya dengan Lorax (Danny DeVito), sang penjaga
pepohonan, dan bencana yang diakibatkannya karena mengedepankan nafsunya
untuk menjadi kaya. Kisah pertemuannya dengan Lorax membuatnya harus
memperbaiki kesalahan yang telah dilakukannya di masa lalu dengan
memberikan misi penting kepada Ted.
Sarat dengan Pesan Penting Mengenai Lingkungan Hidup
Sepertinya tidak ada film yang menyempilkan pesan tertentu segamblang The Lorax.
Sejak awal film dimulai, penonton sudah bisa mengetahui maksud film
ini: menunjukkan dampak yang terjadi akibat eksploitasi berlebihan
terhadap sumber daya alam. The Lorax mengingatkan saya dengan Wall-E,
tetapi dengan cara penyampaian yang sangat berbeda. Oleh karena
diangkat dari buku cerita anak, plot dari film ini sangat sederhana dan
mudah dicerna. Saking sederhananya, bahkan penonton dewasa bisa melihat
dengan jelas maksud dari film ini.
The Lorax dibuat dengan animasi yang penuh warna yang akan
membuat penonton cilik betah berlama-lama di bangkunya. Efek 3D yang
disajikan film ini juga sangat prima, walaupun sedikit disayangkan
karena adegan 3D yang ada tidak cukup banyak dan terlihat “wah”.
Walaupun dibuat dengan pesan yang sangat eksplisit, tidak semua pihak
menyukai film ini. Bagi sebagian besar industri, film ini dianggap
sebagai media pencucian otak agar anak-anak membenci industri. Keberatan
tersebut diajukan oleh pihak-pihak yang mengklaim bahwa industri mereka
ramah lingkungan dan tidak membuang limbah industri sembarangan.
Di Indonesia, perilisan The Lorax bertepatan dengan momen Earth Hour yang akan dilaksanakan serempak di seluruh dunia 31 Maret mendatang pukul 20.30—21.30.
Tanggal rilis:
2 Maret 2012 (Amerika)
2 Maret 2012 (Amerika)
Genre:
animasi
animasi
Durasi:
77 menit
77 menit
Sutradara:
Chris Renaud, Kyle Balda
Chris Renaud, Kyle Balda
Pemain:
Danny DeVito, Zac Efron, Taylor Swift, Ed Helms, Betty White, Jenny Slate, Rob Riggle
Danny DeVito, Zac Efron, Taylor Swift, Ed Helms, Betty White, Jenny Slate, Rob Riggle
Studio:
Illumination Entertainment
Illumination Entertainment
Posting Komentar