Snippet

"Sesuatu" Di Republik Indonesia & Republik Cinta

Salah satu agenda "organisasi" yang paling memuakkan di mata Sang Presiden adalah penyebar luasan homoseksual di masyarakat. Bersama dengan agenda lainnya seperti pornografi dan pornoaksi, homoseksualisme adalah satu alat ampuh untuk menghancurkan tatanan sosial masyarakat sehingga tidak ada lagi kekuatan yang bisa menjadi penghambat agenda utama "organisasi" yaitu menguasai dunia dengan memperbudak masyarakatnya.

Sebagai anggota "organisasi" Sang Terpilih diwajibkan untuk mendukung program itu meski secara pribadi ia merasa muak melihat orang-orang homoseks yang sakit jiwa itu diberi keleluasaan. Gerakan ini sebenarnya sudah berjalan cukup lama jauh sebelum dirinya menjadi presiden.

Yang mencolok mata adalah kehadiran mereka di dunia hiburan dan televisi. Untuk yang terakhir "organisasi" bahkan telah menempatkan banyak agennya, orang-orang gay dan lesbian, sebagai produser hingga pemimpin redaksi. Tidak heran jika di stasiun-stasiun televisi banyak bermunculan program-program dan bintang-bintang televisi pro-homoseksual.

Untuk mendukung program ini Sang Terpilih sebenarnya diminta "organisasi" untuk bersama agen-agen "organisasi" di parlemen untuk menfasilitasi penerapan UU Transgender yang memberi hak sosial-politik-ekonomi sepenuhnya kepada orang-orang gay dan lesbian, selain juga hak untuk menikah sesama jenis. Dengan UU ini semua orang yang memperlihatkan ketidaksukaannya secara terbuka terhadap homoseksual bisa dikenai hukuman penjara. Misalnya saja mentertawakan seorang bencong yang berdandan menor, atau sekedar membicarakan mereka secara sembunyi-sembunyi.

UU ini sudah diterapkan di beberapa negara bagian di Amerika dan Eropa, tapi belum bisa sama sekali diterapkan di negara yang mayoritas rakyatnya beragama Islam, karena Islam mengutuk keras perilaku seksual menyimpang ini. Dengan sopan Sang Terpilih menjelaskan kepada George Soros yang menjadi penghubung dirinya dengan "organisasi", bahwa rakyat Indonesia belum siap menerima undang-undang seperti itu. "Diperlukan dua tiga tahun lagi, dengan upaya yang lebih massif dan sistematis," katanya

George Soros bisa menerima penjelasan Sang Terpilih, tapi ia bersikeras mendudukkan agennya, seorang lesbian, menjadi menteri pendidikan untuk menebar luaskan virus homoseksual di kalangan anak sekolah. Namun karena selama ini konvensi yang berlaku seorang menteri pendidikan adalah jatahnya organisasi keislaman terbesar, maka orang tersebut akhirnya ditempatkan di pos menteri kesehatan, menggantikan menteri kesehatan lama yang telah secara lancang berani menentang agenda "organisasi" dalam kasus wabah flu burung.

Menteri kesehatan baru yang lesbian itu adalah seorang mantan aktifis LSM yang berhasil mengeruk kekayaan melimpah dari isyu kemiskinan yang diusungnya. Ia berasal dari sebuah keluarga yang dari buyutnya telah menjadi agen "organisasi" di Indonesia sejak jaman kolonialis.

Meski tidak seheboh Amerika dimana "organisasi" menempatkan 150 orang gay dan lesbian di jajaran kabinet presiden Barack Obama, dalam kabinet Sang Presiden, "organisasi" setidaknya telah menempatkan beberapa orang gay dan lesbian. Di antaranya mantan menteri keuangan yang kini bekerja di kantor pusat IMF di Washington. Memang ia tidak nampak sebagai seorang lesbian mengingat ia telah berkeluarga dan punya anak. Tapi sebuah upacara inisiasi "organisasi" yang ekstrem telah merubah orientasi seks Sri Mulyani untuk selamanya.

Berbicara tentang pornografi dan homoseksualitas di Indonesia orang seharusnya menyorot fenomena Dhani Manaf, seorang seniman musik papan atas Indonesia yang merupakan keturunan yahudi Jerman melalui darah ibunya yang kawin dengan seorang tokoh politik Islam pribumi.

Dengan "Republik Cinta"nya ia menyihir generasi muda Indonesia untuk mencintai gaya hidup hedonisme, free seks dan homoseksualisme. Tanda bahwa ia adalah seorang anggota tingkat tinggi "organisasi" adalah lantai rumahnya yang bercorak petak catur atau disebut "checkered floor".

Demikian tinggi tingkatannya sehingga saat ia merayakan pesta ulangtahun putra tertuanya, tokoh-tokoh nasional Indonesia "jew ass sucker" berbondong-bondong datang ke rumahnya. Di antaranya adalah pejabat negara, diplomat, seniman terkenal, wartawan senior, jendral, artis terkenal, akademisi hingga tokoh agama.

Beberapa tahun lalu Dhani Manaf melakukan "gebrakan organisasi" yang nyaris menghancurkan kariernya. Dalam sebuah acara live di sebuah stasiun televisi milik George Soros, tentunya melalui kaki tangannya yang adalah seorang bankir pribumi, Dhani Manaf menginjak-injak logo bertuliskan kaligrafi Islam. Hanya karena perlindungan ketua umum ormas Islam besar-lah (PBNU) yang membuat karier Dhani terus berkibar.

Namun karena sang pelindung sudah meninggal, Dhani kini harus lebih berhati-hati lagi agar nasibnya tidak sama dengan pendahulunya yang harus meringkuk di penjara setelah melecehkan Nabi Muhammad dengan menempatkannya sebagai tokoh terpopuler nomor 48 di belakang namanya sendiri.

Tanpa diketahui publik, setidaknya setahun sekali di atas "checkered floor" rumah Dhani atau kantor RCM diadakan ritual penyembahan setan yang diikuti oleh para anggota "organisasi" lokal. Salah satu acara yang ditunggu-tunggu para peserta upacara adalah orgi atau pesta se*s, karena pesertanya di antaranya adalah artis-artis cantik dan gantheng yang ada dalam naungan.........Republik Cinta Management (sumber)