Kata-kata Terakhir Steve Jobs di Hadapan Keluarganya
Mona Simpson, saudara perempuan Steve Jobs, membacakan kidung
pepujian untuk pendiri Apple dalam upacara penghormatan jenazah sang
investor besar itu pada 16 Oktober lalu di Universitas Stanford. Mona
Simpson adalah juga novelis dan profesor pada Universitas California di
Los Angeles (UCLA).
"Sebelum ini aku menunggu seorang pria untuk
dicintai, orang yang mencintaiku. Selama berdekade-dekade, aku kira
orang itu adalah ayahku. Saat aku berusia 25 tahun, aku bertemu dengan
pria itu dan dia ternyata abangku," kata Simpson seperti dikutip
Hollywood Reporter.
Saat itu (tepatnya tahun 1985), Simpson
tinggal di New York, tengah menulis novel pertamanya dan bekerja untuk
sebuah majalah beroplah kecil. Manakala seorang pengacara memberitahu
dia bahwa mereka telah menemukan abangnya, Simpson dan koleganya menduga
setengah bercanda bahwa pastilah pria itu John Travolta.
"Diam-diam
aku berharap orang itu adalah penyair keturunan sastrawan Henry James,
orang yang lebih berbakat dariku, orang brilian bahkan tanpa berbuat
apa-apa," katanya.
Lalu mereka berdua bertemu. Berjalan bersama
dan ternyata keduanya suka bekerja. "Saya tak ingat semua yang kami
bincangkan di hari pertama (bertemu), yang kuingat dia itu bagai seorang
teman. Dia menerangkan bahwa dia bekerja dengan komputer," kenang
Simpson.
Simpson mengatakan ada beberapa hal yang dia pelajari
dari Jobs. "Steve mengerjakan apa yang dicintainya. Dia bekerja keras
sekali. Setiap hari. ... Dia kebalikan dari seorang perenung," katanya.
"Dia tak pernah malu bekerja keras, sekalipun hasilnya kegagalan,"
ungkapnya.
Simpson juga mengenang masa di mana pertama kali Jobs
ditendang dari Apple. "Dia bilang padaku soal satu acara makan malam di
mana 500 pemimpin Lembah Silicon bertemu dengan presiden (AS). Steve
tidak diundang," kata Simpson. "Dia sakit hati tapi dia kemudian tetap
bekerja. Setiap hari," tuturnya.
Simpson juga menyebut Jobs
"sangat loyal" dan bahwa dia akan membeli 10 sampai 100 pakaian yang ia
suka. Dia mengungkapkan filosofi Jobs tentang estetika: "Fesyen adalah
apa yang kini kelihatan indah tapi tampak buruk kemudian, sebalikanya
seni bisa buruk di kali pertama tapi menjadi indah di kemudian waktu."
Simpson
juga mengenang ketakjuban Jobs pada cinta. "Kapan pun dia melihat pria
yang dipikirnya pasti wanita menganggapnya tampan, maka dia menyapanya,
'Hey Anda lajang ya? Maukah Anda makan malam dengan adikku?"
Simpson
juga mengenang betapa Jobs adalah ayah ideal untuk anak-anaknya. Dan
kendati dia sukses di umur yang amat muda, Simpson berkata "dia merasa
prestasi itu mengurungnya."
Simpson mencatat sikap normal Jobs
yang bertahan meski dia menghasilkan jutaan dolar AS, seperti
menjemputnya dari bandara dengan memakai celana jeans.
Saudara
perempuan Jobs ini juga mengenang masa-masa saat keluarga Jobs menata
ulang dapurnya yang disebutnya menyita setengah waktu yang diperlukan
untuk menuntaskan pembangunan gedung Pixar.
Simpson mengungkapkan
bahwa Jobs pernah berkata bahwa jika dia tumbuh lain, maka dia mungkin
akan menjadi ahli matematika dan mempelajari lukisan-lukisan Mark Rothko
. Lalu kanker yang diderita Jobs dengan cepat merenggut hidup sang
inventor.
"Pada akhirnya, bahkan kesenangan biasa pun, seperi buah
persik nan ranum, tak lagi menariknya," kata Simpson. Perempuan ini
bercerita tentang saat Jobs belajar mengenai bagaimana menyusuri lagi
hidup setelah transplantasi hatinya, dengan kursi roda. Jobs menggaji 67
suster berbeda sebelum menemukan tiga diantaranya yang bersamanya
sampai dia meninggal.
Tetap saja Jobs terus menelurkan ide untuk
produk-produk potensialnya. "Yang aku pelajari dari kematian abangku
adalah bahwa karakter itu sangat penting: Manusia mati meninggalkan
nama. Selasa pagi, dia menyuruhku untuk bergegas ke Palo Alto.
Nada
suaranya penuh kasih sayang, sayang, cinta, tapi seperti seseorang yang
kopornya telah dikemas ke dalam mobil, yang telah siap di awal
perjalanan, meskipun dia menyampaikan beribu-ribu maaf, akan
meninggalkan kita semua," kata Simpson mengenai hari terakhir Steve
Jobs.
"Ini yang aku pelajari: dia sukses untuk hal itu juga.
Kematian tidak menimpa Steve, dia hanya mencapainya," kata Simpson
mengenang pembicaraan telepon dirinya dengan Jobs Selasa beberapa waktu
lalu. Di situ, Jobs mengiba pada Simpson untuk pergi ke rumah sakit Palo
Alto di mana dia dirawat.
"Dia bilang padaku, saat dia
mengungkapkan kata perpisahan dan memuntahkan kata maaf begitu rupa,
bahwa kami tidak bisa hidup sampai tua bersama-sama sebagaimana dia
selalu rancangkan, bahwa dia akan pergi ke sebuah tempat yang lebih
baik," tuturnya.
Seluruh anggota keluarganya berada di sisi tempat
tidurnya pada jam-jam terakhir kehidupannya. Dokter memberi Jobs
kesempatan hidup 50-50 malam itu. Sebelum Jobs menyampaikan kata-kata
terakhirnya, dia pandangi adik perempuan yang lain, Patty, lalu lama
menatap anak-anaknya sendiri, kemudian partner hidupnya, Laurene, sampai
semua yang hadir di situ.
Lalu, apa kata-kata terakhir Jobs? "Oh wow. Oh wow. Oh wow," kenang Simpson.
Posting Komentar