Snippet

Penghancuran Zaitun Oleh Israel Cekik Potensi Palestina

Israel harus menyingkirkan penghalang bagi produksi zaitun Palestina di daerah Tepi Barat terjajah, yang "sangat mencekik" potensi sejati dari sektor tersebut, organisasi bantuan Oxfam mengatakan.
 http://www.suaramedia.com/images/resized/images/stories/4berita/1-10-timteng/petani-palestin_meo_200_200.jpg
Sebuah laporan mengatakan bahwa sektor zaitun, "yang mengkontribusikan sampai 100 juta dolar (7,14 juta euro) dalam pendapatan tahunan untuk beberapa komunitas Palestina yang paling miskin, dapat membawa sebuah masa depan yang lebih cerah untuk ekonomi Palestina, membuat potensi penuhnya disadari."

Laporan yang bertajuk, "The Road to Olive Farming: Challenges to developing the economy of olive oil in the West Bank," (Jalan Menuju Pertanian Zaitun: Tantangan untuk Mengembangkan Ekonomi minyak Zaitun di Tepi Barat) tersebut, menyalahkan Israel karena membatasi akses menuju lahan dan pertanian pohon Zaitun.

"Sekitar 40 persen dari Tepi Barat secara efektif terlarang bagi warga Palestina, dengan akses yang sangat dilarang, sehubungan dengan pemukiman, pos-pos, jalan keliling, pangkalan-pangkalan militer, daerah-daerah militer tertutup dan daerah-daerah yang Israel telah umumkan sebagai sebuah cagar alam," laporan tersebut mengatakan. 

Selama berabad-abad, zaitun Palestina telah menjadi sebuah hasil tani komersial yang besar dan diprediksi menjadi salah satu dari yang terbaik di dunia.

"Dengan investasi yang terbatas, dan perubahan yang sederhana dalam metode bertani, para petani zaitun Palestina dapat melipatgandakan pendapatan mereka dan memproduksi sebuah produksi yang konsisten dari minyak zaitun yang berkualitas tinggi mampu berkompetisi  di dalam dan luar negeri," Jeremy Hobbs, direktur eksekutif Oxfam Internasional, dikutip seperti yang dikatakan.

"Namun, investasi semacam itu dapat memiliki sedikit dampak kecuali Israel, yang telah menduduki Tepi Barat sejak tahun 1967, menjauhkan diri dari tindakan yang melarang para petani Palestina dari akses menuju tanah mereka dan perlengkapan mata pencaharian, dan menuju pasar asing," ia menambahkan.

Laporan tersebut meminta Israel untuk mengakhiri pembatasan akses menuju lahan dan menuju pasar-pasar.

"Penghalang-penghalang fisik, seperti pos-pos penjagaan dan pemblokan jalan, mencegah pergerakan bebas orang-orang dan barang-barang di dalam Tepi Barat dan memotong produksi perkebunan Palestina, termasuk zaitun dan minyak zaitun, keluar dari internal, pasar Israel dan pasar Internasional," laporan tersebut mengatakan.

Laporan tersebut menambahkan bahwa serangan-serangan oleh para pemukim Yahudi di tepi Barat atau pelecehan pada para petani zaitun Palestina "adalah hal yang umum dan sering meningkat selama masa-masa panen."

"Blokade yang diajukan Israel  pada Jalur Gaza juga telah mempengaruhi impor buah zaitun dan minyak zaitun dari Tepi Barat secara luas."

Laporan tersebut juga meminta pihak Otoritas Palestina dan para donatur untuk mendukung para produsen minyak zaitun Palestina  dengan meningkatkan investasi di dalam sektor tersebut.

"Kurangnya sumber-sumber yang sesuai dan manajemen yang tidak efektif, dipadu dengan faktor-fakor lingkungan dan paraktik-praktik produksi yang kurang telah menyebabkan penyendatan dalam perkembangannya," Oxfam mengatakan.

Menurut angka-angka Oxfam, sekitar 45 persen dari lahan tani di Tepi Barat dan Gaza ditanami dengan sekitar 10 juta pohon zaitun.

Laporan tersebut mengatakan bahwa semua pohon tersebut memiliki potensi memproduksi mencapai 34.000 ton minyak zaitun pada sebuah tahun yang bagus dan 5.000 ton dalam sebuah tahun yang buruk, dengan rata-rata angka tahunan antara tahun 2001 dan 2012 dan 2012 sekitar 57.000.

Dampak-dampak membahayakan dari kebijakan Israel juga termasuk kekerasan pemukim yang disanksikan oleh pemerintah, kejadian yang mana para pemukim ilegal Israel telah menumbangkan atau membakar sepuluh ribuan pohon zaitun selama serangan mereka terhadap para petani Palestina. (ppt/meo/un) www.suaramedia.com