Chapter 11 & 12 | Analisis Pendapatan Nasional Untuk Perekonomian Tertutup Sederhana Dan Pertumbuhan Ekonomi
I. Analisis Pendapatan Nasional Dengan Perekonomian Tertutup Sederhana Dua Sektor
Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya,manusia harus mempunyai
penghasilan. Setiap penghasilan yang diterima oleh seseorang merupakan
pendapatan bagi orang tersebut.Pendapatan dari orang perorang dari suatunegara
akan dihitung dalam pendapatan nasional.Namun,tidak semua pendapatan yang
diterima seseorang dihitung sebagai pendapatan nasional.Seorang ibu rumah
tangga bekerja guna melayani keperluan rumah tangganya,seperti
memasak,mencuci,dan ibu tersebut sudah menghasilkan barang berupa makanan dan
jasa.Akan tetapi barang dan jasa yang dihasilkan tersebut tidak dihitung dalam
pendapatan nasional karena tidak dijual kepada orang lain dan tidak mendapatkan
balas jasa.Apabila ibu rumah tangga tadi membuka usaha,misalnya rumah makan
atau menerima pesanan makanan untuk umum,maka balas jasa yang diterimanya dapat
dihitung dalam pendapatan nasional.Seorang pelukis membuat suatu lukisan dan
menjualnya kepada orang lain.Pelukis tersebut memperoleh pendapatan dari hasil
penjualan produk yang dihasilkannya. Maka pendapatan pelukis ini dihitung dalam
pendapatan nasional.Beberapa tahun kemudian,apabila lukisan tersebut dijual
oleh orang yang membeli lukisan dari pelukis,maka hasil penjualan itu menjadi
pendapatan baginya.Akan tetapi,pendapatan itu tidak dihitung dalam pendapatan
nasional,karena tidak ada produksi barang atau jasa yang dihasilkan.
Barang dan jasa yang dihasilkan oleh setiap golongan masyarakat
dalam suatu negara yang dijual kepada orang lain disebut produk
nasional.Apabila produk nasional dinilai dengan uang disebut pendapatan
nasional.Produk nasional maupun pendapatan nasional perlu dihitung untuk
mengetahui kemajuan ekonomi dalam suatu negara.Produk nasional terdiri atas
bermacam-macam produk yang jenisnya berbeda-beda.Tidak ada satuan alat ukur
yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah produk yang dihasilkan.Oleh sebab
itu,alat ukur yang paling mudah adalah harga.Dengan menilai setiap produk
dengan harga, maka kita dapat mengetahui besarnya pendapatan nasional dalam
suatu negara.Dalam rangka mencapai kemakmuran suatu negara,usaha peningkatan
pendapatan nasional merupakan suatu keharusan.Usaha peningkatan pendapatan
nasional harus disertai dengan pengendalian pertumbuhan penduduk.Apabila
pertumbuhan penduduk berlangsung tanpa kendali,peningkatan pendapatan per
kapita tidak akan mencapai hasil yang memuaskan, bahkan bisa terjadi pendapatan
per kapita akan menurun.Oleh karena itu,pertumbuhan penduduk harus dikendalikan
agar tingkat pertumbuhannya tidak melebihi pendapatan nasional.
II. Model Analisis Dengan Variabel Investasi Dan Tabungan
Konsumsi adalah bagian pendapatan yang dibelanjakan untuk
kebutuhan konsumsi. Tabungan adalah bagian pendapatan yang tidak dikomsumsi.Jadi,besarnya
pendapatan akan sama dengan besarnya konsumsi ditambah dengan tabungan (Y = C +
S ).Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di
antara sifat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dan pendapatan nasional
(atau pendapatan disposable) perekonomian tersebut.Fungsi tabungan
adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat tabungan
rumah tangga dalam perekonomiandan pendapatan nasional (atau pendapatan disposable)
perekonomian tersebut.Jadi,baik dalam hukum psikologi konsumsi dari Keynes
dikemukakan,Setiap pertambahan pendapatan akan menyebabkan pertambahan konsumsi
dan pertambahan tabungan (saving).Apabila fungsi konsumsi dan fungsi tabungan
ditulis dalam notasi fungsi, bentuk umumnya seperti berikut.
Fungsi konsumsi dan
fungsi tabungan merupakan garis lurus,dan ini disebabkan nilai MPC dan MPS
tetap. Seterusnya kecondongan fungsi konsumsi adalah kurang dari 45 dan selalu
memotong garis 45.Sifat ini disebabkan MPC lebih kecil dari satu.Fungsi konsumsi
memotong garis 45 pada nilai pendapatan nasional sebanyak Rp 360 triliun karena
pada tingkat pendapatan itu konsumsi rumah tangga = pendapatan nasional.Fungsi
tabungan memotong sumbu datar pada pendapatan nasional sebanyak Rp 360 triliun
karena pada pendapatan ini tabungan rumah tangga = 0.
Jumlah pendapatan yang
digunakan untuk konsumsi, antara lain, tergantung pada hal berikut:
- Besarnya pendapatan rumah tangga setelah dikurangi pajak penghasilan dan potongan-potongan.
- Komposisi rumah tangga (jumlah dan umur anggota rumah tangga).
- Tuntutan lingkungan.
Sedangkan jumlah
pendapatan yang ditabung tergantung pada hal berikut.
- Jumlah pendapatan yang diterima dan besarnya bagian yang akan dikeluarkan untuk konsumsi.
- Jumlah pendapatan yang ingin disimpan untuk tujuan berjaga-jaga dan menghadapi keadaan mendadak di waktu yang akan dating.
- Tingkat bunga. Bila tingkat bunga bank naik, orang cenderung mengurangi bagian pendapatan untuk tujuan konsumsi dan meningkatkan tabungan atau investasi.
III. Angka Pengganda
Angka pengganda atau multiplier adalah hubungan kausal antara
variabel tertentu dengan variabel pendapatan nasional. Jika angka
pengganda tersebut memepunyai angka yang tinggi, maka dengan
perubahanyang terjadi pada variabel tersebut akan memengaruhi angka
terhadap tingkat pendapatan nasional yang besar juga, dan sebaliknya.
Perubahan pendapatan anasional itu ditunjukan oleh suatu anagka pelipat
yang disebut dengan koefisien multiplier.
Proses multiplier adalah adanya perubahan pada variabel investasi menyababkan
pengeluaran agregat menjadi berubah. Namun dari keseombangan pendapatan
nasional tidak sebesar pertambahan investasi tersebut.
Contoh:
Dimisalkan (dalam milyar rupiah) fungsi konsumsi (C)=20 + 0,75Y
dan besarnya investasi (I)=10, maka pendapatan keseimbangan sebesar
120. Apabila terdapat tambahan investasi sebesar 2, maka pendapatan
sekarang adalah sebagai berikut:
Jawab:
∆Y = K . ∆I
∆Y = 4 . 2 = 8
Ysekarang = Ysebelum + Tambahan Y (∆Y)
Ysekarang = 120 + 8 = 128 milyar rupiah
IV. Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Inflasi dan Pengangguran
Jumlah orang yang menganggur adalah jumlah orang di negara yang
tidak memiliki pekerjaan dan yang tersedia untuk bekerja pada tingkat
upah pasar saat ini. Ini dengan mudah dapat diubah menjadi persentase
dengan mengaitkan jumlah pengangguran, dengan jumlah orang dalam
angkatan kerja.
Inflasi adalah kenaikan harga secara umum selama 12 bulan. Ini
diukur dengan mengambil rata-rata tertimbang semua produk konsumen
(tertimbang pada frquency pembelian) dan menganalisis tren harga
keseluruhan. Hal ini sering disebut Indeks Harga Konsumen (CPI) atau
Harmonised Indeks Harga Konsumen (HICP). Hal ini menunjukkan berapa
banyak, sebagai persentase, tingkat harga umum dari semua barang-barang
konsumsi telah berubah sepanjang tahun.
Ada tiga jenis inflasi yaitu:
- inflasi tarikan permintaan (demand-pull inflation)
- inflasi desakan biaya (cost-push inflation)
- inflasi karena pengaruh impor (imported inflation).
Tingkat inflasi yang terjadi dalam suatu negara merupakan salah
satu ukuran untuk mengukur baik buruknya masalah ekonomi yang dihadapi
suatu negara. Bagi negara yang perekonomiannya baik, tingkat inflasi
yang terjadi berkisar antara 2 sampai 4 persen per tahun.
Tingkat inflasi yang berkisar antara 2 sampai 4 persen dikatakan
tingkat inflasi yang rendah. Selanjutnya tingkat inflasi yang berkisar
antara 7 sampai 10 persen dikatakan inflasi yang tinggi.
Didasarkan pada fakta itulah A.W. Phillips mengamati hubungan
antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran. Dari hasil
pengamatannya, ternyata ada hubungan yang erat antara inflasi dengan
tingkat pengangguran, dalam arti jika inflasi tinggi, maka pengangguran
akan rendah. Hasil pengamatan Phillips ini dikenal dengan kurva Phillip.
Kurva Philip
Masalah utama dan mendasar dalam ketenagakerjaan di Indonesia
adalah masalah upah yang rendah dan tingkat pengangguran yang tinggi.
Hal tersebut disebabkan karena, pertambahan tenaga kerja baru jauh lebih
besar dibandingkan dengan pertumbuhan lapangan kerja yang dapat
disediakan setiap tahunnya.
Pertumbuhan tenaga kerja yang lebih besar dibandingkan dengan
ketersediaan lapangan kerja menimbulkan pengangguran yang tinggi.
Pengangguran merupakan salah satu masalah utama dalam jangka pendek yang
selalu dihadapi setiap negara. Karena itu, setiap perekonomian dan
negara pasti menghadapi masalah pengangguran, yaitu pengangguran alamiah
(natural rate of unemployment).
Untuk menggambarkan kurva Phillips di Indonesia digunakan data
tingkat inflasi tahunan dan tingkat pengangguran yang ada. Data
digunakan adalah data dari tahun 1980 hingga tahun 2005. Berdasarkan
hasil pengamatan dengan data yang ada, maka kurva Phillips untuk
Indonesia terlihat seperti gambar berikut :
A.W. Phillips menggambarkan bagaimana sebaran hubungan antara
inflasi dengan tingkat pengangguran didasarkan pada asumsi bahwa inflasi
merupakan cerminan dari adanya kenaikan permintaan agregat. Dengan
naiknya permintaan agre-gat, maka sesuai dengan teori permintaan, jika
permintaan naik maka harga akan naik. Dengan tingginya harga (inflasi)
maka untuk memenuhi permintaan tersebut produsen meningkatkan kapasitas
produksinya dengan menambah tenaga kerja (tenaga kerja merupakan
satu-satunya input yang dapat meningkatkan output). Akibat dari
peningkatan permintaan tenaga kerja maka dengan naiknya harga-harga
(inflasi) maka, pengangguran berkurang.
Menggunakan pendekatan A.W.Phillips dengan menghubungkan antara
pengangguran dengan tingkat inflasi untuk kasus Indonesia kurang tepat.
Hal ini didasarkan pada hasil analisis tingkat pengangguran dan inflasi
di Indonesia dari tahun 1980 hingga 2005, ternyata secara statistik
maupun grafis tidak ada pengaruh yang signifikan antara inflasi dengan
tingkat pengangguran.
Posting Komentar