Penemuan Tembok Ya`juj dan Ma`juj
Tulisan
saya kali ini sengaja mengajak Anda sekalian untuk kembali mengulik
sejarah masa lalu. Dan yang menjadi bahasan kali ini adalah mengenai
kaum barbar yang diberi nama Ya’juj dan Ma’juj. Kaum ini adalah kaum
yang kasar dan biadab. Jika mereka melewati sebuah perkampungan, mereka
pun membabat semua yang menghalangi dan merusak atau bila perlu membunuh
penduduk. Karenanya, ketika Dzulkarnain datang, penduduk minta
dibuatkan benteng agar mereka (Ya`juj dan Ma`juj) tidak dapat menembus
dan mengusik ketenangan penduduk.
Untuk lebih jelasnya berikut ini diberikan uraian lengkapnya:
1. Asal usul
Kata Ya’juj dan Ma’juj berasal dari kata ajja atau ajij dalam wazan Yaf’ul; kata ajij artinya nyala api. Tetapi kata ajja berarti pula asra’a, maknanya berjalan cepat. Itulah makna yang tertera dalam kamus Lisanul ’Arab. Ya’juj dan Ma’juj dapat pula diibaratkan sebagai api menyala dan air bergelombang, karena hebatnya gerakan.
Kata Ya’juj dan Ma’juj berasal dari kata ajja atau ajij dalam wazan Yaf’ul; kata ajij artinya nyala api. Tetapi kata ajja berarti pula asra’a, maknanya berjalan cepat. Itulah makna yang tertera dalam kamus Lisanul ’Arab. Ya’juj dan Ma’juj dapat pula diibaratkan sebagai api menyala dan air bergelombang, karena hebatnya gerakan.
Ya’juj
dan Ma’juj diuraikan dua kali dalam Al-Qur`an. Yang pertama diuraikan
dalam surat Al-Kahfi, sehubungan dengan uraian tentang gambaran Dajjal.
Menjelang berakhirya surat Al-Kahfi, diuraikan tentang perjalanan Raja
Dzulkarnain ke berbagai jurusan untuk memperkuat tapal-batas
kerajaannya.
Di
antara tanda kiamat Kubra adalah keluarnya Ya’juj dan Ma’juj dari
kurungannya. Keluarnya mereka sebagai tanda kiamat Kubra akan terjadi
dan wajib kita imani karena dalil-dalil telah jelas menetapkannya.
Adapun tanda kiamat Kubra, di antaranya disebutkan dalam hadits
Hudzaifah bin Usaid Al-Ghifari RA:
Rasulullah melihat kami ketika kami tengah berbincang-bincang. Beliau berkata: “Apa yang kalian perbincangkan?” Kami menjawab: “Kami sedang berbincang-bincang tentang hari kiamat.” Beliau berkata:“Tidak akan terjadi hari kiamat hingga kalian lihat sebelumnya sepuluh tanda.” Beliau menyebutkan: “Dukhan
(asap), Dajjal, Daabbah, terbitnya matahari dari barat, turunnya Isa
as, Ya’juj dan Ma’juj, dan tiga khusuf (dibenamkan ke dalam bumi) di
timur, di barat, dan di jazirah Arab, yang terakhir adalah api yang
keluar dari Yaman mengusir (menggiring) mereka ke tempat berkumpulnya
mereka.” (HR. Muslim no. 2901)
Selain
itu, Ya`juj dan Ma`juj dalam hadits dari Zainab Binti Jahsh (isteri
Nabi SAW), di jelaskan; “Nabi SAW bangun dari tidurnya dengan wajah
memerah, kemudian bersabda; “Tiada
Tuhan selain Allah, celakalah bagi Arab dari kejahatan yang telah dekat
pada hari kiamat, (yaitu) telah dibukanya penutup Ya`juj dan Ma`juj
seperti ini!” beliau melingkarkan jari tangannya. (Dalam riwayat
lain tangannya membentuk isyarat 70 atau 90), Aku bertanya; “Ya
Rasulullah SAW, apakah kita akan dihancurkan walaupun ada orang-orang
shalih ?” Beliau menjawab; “Ya, Jika banyak kejelekan.” (HR. Ahmad, Al-Bukhari dan Muslim)
Sedangkan Allah SWT berfirman tentang Ya`juj dan Ma`juj ini:
“Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya`juj dan Ma`juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (Hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kafir. (Mereka berkata); “Aduhai celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang zalim” (QS. Al-Anbiyaa` [21] : 96)
“Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya`juj dan Ma`juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (Hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kafir. (Mereka berkata); “Aduhai celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang zalim” (QS. Al-Anbiyaa` [21] : 96)
Mengenai
garis asal usul tentang siapa sebenarnya kaum ini para ulama telah
berbeda pendapat, namun mereka sepakat bahwa Ya`juj dan Ma`juj termasuk
spesies manusia. Ada yang menyebutkan dari sulbi Adam AS dan Hawa atau
dari Adam AS saja. Ada pula yang menyebut dari sulbi Nabi Nuh AS dari
keturunan Syis/At-Turk menurut hadits Ibnu Katsir. Sebagaimana
dijelaskan dalam tarikh, Nabi Nuh AS mempunyai tiga anak, Sam, Ham,
Syis/At-Turk. Ada lagi yang menyebut keturunan dari Yafuts Bin Nuh.
Menurut Al-Maraghi, Ya`juj dan Ma`juj berasal dari satu ayah yaitu Turk,
Ya`juj adalah At-Tatar (Tartar) dan Ma`juj adalah Al-Maghul (Mongol),
namun keterangan ini tidak kuat.
2. Ciri-ciri kaum Ya`juj dan Ma`juj
Walaupun mereka dari jenis manusia keturunan Nabi Adam, namun mereka memiliki sifat khas yang berbeda dari manusia biasa. Ciri utama mereka adalah perusak dan jumlah mereka yang sangat besar sehingga ketika mereka turun dari gunung seakan-akan air bah yang mengalir, tidak pandai berbicara dan tidak fasih, bermata kecil (sipit), berhidung kecil, lebar mukanya, merah warna kulitnya seakan-akan wajahnya seperti perisai dan sifat-sifat lain.
Walaupun mereka dari jenis manusia keturunan Nabi Adam, namun mereka memiliki sifat khas yang berbeda dari manusia biasa. Ciri utama mereka adalah perusak dan jumlah mereka yang sangat besar sehingga ketika mereka turun dari gunung seakan-akan air bah yang mengalir, tidak pandai berbicara dan tidak fasih, bermata kecil (sipit), berhidung kecil, lebar mukanya, merah warna kulitnya seakan-akan wajahnya seperti perisai dan sifat-sifat lain.
Mengenai
ciri-ciri mereka terdapat sebuah hadits di Musnad Imam Ahmad (5/271),
Al-Haetsami di Majmauz Zawaid (8/9) berkata tentangnya: “Rawi-rawinya
adalah rawi-rawi Ash-Shahih.” Hadits tersebut menjelaskan bahwa mereka
berwajah lebar seperti tameng yang menonjol dengan rambut merah
kecoklatan, mata sipit, datang dengan cepat dari tempat yang tinggi.
Selain itu Rasulullah SAW berkhutbah dalam keadaan jarinya terbalut karena tersengat kalajengking. Beliau bersabda:
“Kalian mengatakan tidak ada musuh. Padahal sesungguhnya kalian akan terus memerangi musuh sampai datangnya Ya’juj dan Ma’juj, lebar mukanya, kecil (sipit) matanya, dan ada warna putih di rambut atas. Mereka mengalir dari tempat-tempat yang tinggi, seakan-akan wajah-wajah mereka seperti perisai” (HR. Ahmad)
“Kalian mengatakan tidak ada musuh. Padahal sesungguhnya kalian akan terus memerangi musuh sampai datangnya Ya’juj dan Ma’juj, lebar mukanya, kecil (sipit) matanya, dan ada warna putih di rambut atas. Mereka mengalir dari tempat-tempat yang tinggi, seakan-akan wajah-wajah mereka seperti perisai” (HR. Ahmad)
3. Sifat dan kelakuan kaum Ya`juj dan Ma`juj
Dalam surat Al-Kahfi, Allah menjelaskan bahwa Ya’juj Ma’juj dikurung oleh Dzulkarnain dengan baja karena mereka berlaku biadab dan berbuat kerusakan di muka bumi, sehingga mereka tidak bisa keluar darinya sampai tiba saatnya janji Allah.
Dalam surat Al-Kahfi, Allah menjelaskan bahwa Ya’juj Ma’juj dikurung oleh Dzulkarnain dengan baja karena mereka berlaku biadab dan berbuat kerusakan di muka bumi, sehingga mereka tidak bisa keluar darinya sampai tiba saatnya janji Allah.
Firman Allah SWT:
“Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata: ‘Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya’juj wa-Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka.’ Dzulqarnain berkata: ‘Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka. Berilah Aku potongan-potongan besi.’ Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulqarnain: ‘Tiuplah (api itu)’, hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: ‘Berilah Aku tembaga (yang mendidih) agar aku tuangkan ke atas besi panas itu.’ Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya. Dzulqarnain berkata: ‘Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku, dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar.” (QS. Al-Kahfi: 93-98).
“Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata: ‘Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya’juj wa-Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka.’ Dzulqarnain berkata: ‘Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka. Berilah Aku potongan-potongan besi.’ Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulqarnain: ‘Tiuplah (api itu)’, hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: ‘Berilah Aku tembaga (yang mendidih) agar aku tuangkan ke atas besi panas itu.’ Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya. Dzulqarnain berkata: ‘Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku, dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar.” (QS. Al-Kahfi: 93-98).
Mereka
tidak akan keluar darinya sebelum janji Allah tiba, dan itu terjadi di
akhir zaman sebagai tanda Kiamat yang sudah diambang pintu. Mereka
keluar setelah Isa turun dan membunuh Dajjal. Keluarnya mereka dari
kurungan memiliki cerita tersendiri yang disebutkan oleh Imam
At-Tirmidzi dalam hadits no. 3153 dan Ibnu Majah no. 4131 dari Abu
Hurairah, dan dishahihkan oleh Al-Albani di Silsilah Shahihah no. 1735.
Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya
Ya’juj dan Ma’juj membongkarnya setiap hari, sampai ketika mereka
hampir melihat cahaya matahari. Pemimpin mereka berkata: ‘Kita pulang,
kita teruskan besok’. Lalu Allah mengembalikannya lebih kuat dari
sebelumnya. Ketika masa mereka telah tiba dan Allah ingin mengeluarkan
mereka kepada manusia, mereka menggali, ketika mereka hampir melihat
cahaya matahari, pemimpin mereka berkata: ‘Kita pulang, kita teruskan
besok insya Allah Ta’ala’. Mereka mengucapkan insya Allah. Mereka
kembali ke tempat mereka menggali, mereka mendapatkan galian seperti
kemarin. Akhirnya mereka berhasil menggali dan keluar kepada manusia.
Mereka meminum air sampai kering dan orang-orang berlindung di benteng
mereka. Lalu mereka melemparkan panah-panah mereka ke langit dan ia
kembali dengan berlumuran darah. Mereka berkata: ‘Kita telah mengalahkan
penduduk bumi dan mengungguli penghuni langit.”
Pembicaraan
tentang Ya’juj wa-Ma’juj ini ditutup dengan sebuah hadits An-Nawas bin
Sam’an di Shahih Muslim (Mukhtashar Shahih Muslim no. 2048). Dari hadits
ini kita mengetahui banyak hal tentangnya.
Rasulullah bersabda: Ketika
Isa dalam kondisi demikian, Allah mewahyukan kepada Isa bin Maryam:
‘Sesungguhnya Aku telah mengeluarkan hamba-hamba-Ku, tak seorang pun
mampu memerangi mereka, maka bawalah hamba-hamba-Ku berlindung di
Ath-Thur’. Lalu Allah mengeluarkan Ya’juj wa-Ma’ juj, dan mereka
mengalir dari segala penjuru. Rombongan pertama melewati danau
Thabariyah dan meminum airnya. Rombongan terakhir menyusul sementara air
danau telah mengering, mereka berkata: ‘Sepertinya dulu di sini pernah
ada air’. Nabi Isa AS dan teman-temannya dikepung sehingga kepala sapi
bagi mereka lebih berharga daripada 100 dinar, lalu Nabi Isa AS dan
kawan-kawan berdoa kepada Allah. Lalu Allah mengirim ulat di leher
mereka, maka mereka mati bergelimpangan seperti matinya jiwa yang satu.
Kemudian Allah menurunkan Nabi Isa dan kawan-kawannya ke bumi, maka
tidak ada sejengkal tempat pun di bumi kecuali dipenuhi oleh bau busuk
mereka. Lalu Nabiyullah Isa as dan teman-temannya berdoa kepada Allah,
kemudian Allah menurunkan hujan deras yang mengguyur seluruh rumah, baik
yang terbuat dari tanah atau kulit binatang. Hujan itu membasuh bumi
sehingga ia seperti cermin yang berkilauan.”
4. Kisah mereka dan Raja Dzulkarnain
Ya-juj dan Ma-juj adalah kaum yang banyak keturunannya. Menurut mitos, mereka tidak mati sebelum melihat seribu anak lelakinya membawa senjata. Mereka taat pada peraturan masyarakat, adab dan pemimpinnya. Ada yang menyebut mereka berperawakan sangat tinggi sampai beberapa meter dan ada yang sangat pendek sampai beberapa centimeter. Konon, telinga mereka panjang, tapi ini tidak berdasar. Pada Al-Qur`an surat Al-Kahfi [18] ayat 94, Ya-juj dan Ma-juj adalah kaum yang kasar dan biadab, sebagaimana bunyi kalimat berikut:“Mereka berkata: “Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj[892] itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?”
Ya-juj dan Ma-juj adalah kaum yang banyak keturunannya. Menurut mitos, mereka tidak mati sebelum melihat seribu anak lelakinya membawa senjata. Mereka taat pada peraturan masyarakat, adab dan pemimpinnya. Ada yang menyebut mereka berperawakan sangat tinggi sampai beberapa meter dan ada yang sangat pendek sampai beberapa centimeter. Konon, telinga mereka panjang, tapi ini tidak berdasar. Pada Al-Qur`an surat Al-Kahfi [18] ayat 94, Ya-juj dan Ma-juj adalah kaum yang kasar dan biadab, sebagaimana bunyi kalimat berikut:“Mereka berkata: “Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj[892] itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?”
Jika
mereka melewati perkampungan, membabad semua yang menghalangi dan
merusak atau bila perlu membunuh penduduk. Karenya, ketika Dzulkarnain
datang, mereka minta dibuatkan benteng agar mereka tidak dapat menembus
dan mengusik ketenangan penduduk. Siapakah Dzulkarnain ? Menurut versi
Barat, Dzulkarnain adalah Iskandar Bin Philips Al-Maqduny Al-Yunany
(orang Mecedonia, Yunani). Ia berkuasa selama 330 tahun. Membangun
Iskandariah dan murid Aristoteles. Memerangi Persia dan menikahi
puterinya. Mengadakan ekspansi ke India dan menaklukan Mesir.
Menurut
Asy-Syaukany, pendapat di atas sulit diterima, karena hal ini
mengisyaratkan ia seorang kafir dan filosof. Sedangkan al-Quran
menyebutkan; “Sesungguhnya
Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah
memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu” (QS.
Al-Kahfi [18] : 84). Menurut sejarawan muslim Dzulkarnain adalah julukan
Abu Karb Al-Himyari atau Abu Bakar Bin Ifraiqisy dari daulah
Al-Jumairiyah (115 SM–552 M).
Kerajaannya
disebut At-Tababi’ah. Dijuluki Dzulkarnain (Pemilik dua tanduk), karena
kekuasaannya yang sangat luas, mulai ujung tanduk matahari di Barat
sampai Timur. Menurut Ibnu Abbas, ia adalah seorang raja yang shalih. Ia
seorang pengembara dan ketika sampai di antara dua gunung antara
Armenia dan Azzarbaijan. Atas permintaan penduduk, Dzulkarnain membangun
sebuah benteng. Dia meminta bijih besi dicurahkan ke lembah antara dua
bukit. Lalu minta api dinyalakan sampai besi mencair. Maka jadilah
tembok logam yang licin tidak bisa dipanjat.
Para
arkeolog menemukan benteng tersebut pada awal abad ke-15 M, di belakang
Jeihun dalam ekspedisi Balkh dan disebut sebagai “Babul Hadid” (Pintu
Besi) di dekat Tarmidz. Timurleng pernah melewatinya, juga Syah Rukh dan
ilmuwan German Slade Verger. Arkeolog Spanyol Klapigeo pada tahun 1403
H. Pernah diutus oleh Raja Qisythalah di Andalus ke sana dan bertamu
pada Timurleng. “Babul Hadid” adalah jalan penghubung antara Samarqindi
dan India.
5. Beberapa penelitian tentang tembok Ya`juj dan Ma`juj
Abdullah Yusuf Ali dalam tafsir The Holy Qur’an menulis bahwa di distrik Hissar, Uzbekistan, 240 km di sebelah tenggara Bukhara, ada celah sempit di antara gunung-gunung batu. Letaknya di jalur utama antara Turkestan ke India dengan ordinat 38oN dan 67oE. Tempat itu kini bernama buzghol-khana dalam bahasa Turki, tetapi dulu nama Arabnya adalah bab al hadid. Orang Persia menyebutnya dar-i-ahani. Orang Cina menamakannya tie-men-kuan. Semuanya bermakna pintu gerbang besi.
Abdullah Yusuf Ali dalam tafsir The Holy Qur’an menulis bahwa di distrik Hissar, Uzbekistan, 240 km di sebelah tenggara Bukhara, ada celah sempit di antara gunung-gunung batu. Letaknya di jalur utama antara Turkestan ke India dengan ordinat 38oN dan 67oE. Tempat itu kini bernama buzghol-khana dalam bahasa Turki, tetapi dulu nama Arabnya adalah bab al hadid. Orang Persia menyebutnya dar-i-ahani. Orang Cina menamakannya tie-men-kuan. Semuanya bermakna pintu gerbang besi.
Hiouen
Tsiang, seorang pengembara Cina pernah melewati pintu berlapis besi itu
dalam perjalanannya ke India di abad ke-7. Tidak jauh dari sana ada
danau yang dinamakan Iskandar Kul. Di tahun 842 Khalifah Bani Abbasiyah,
al-Watsiq, mengutus sebuah tim ekspedisi ke gerbang besi tadi. Mereka
masih mendapati gerbang di antara gunung selebar 137 m dengan kolom
besar di kiri kanan terbuat dari balok-balok besi yang dicor dengan
cairan tembaga, tempat bergantung daun pintu raksasa. Persis seperti
bunyi surat Al Kahfi. Pada Perang Dunia II, konon Winston Churchill,
pemimpin Inggris, mengenali gerbang besi itu.
6. Perkiraan lokasi tembok Ya`juj dan Ma`juj berada
Apa pun tentang keberadaan dinding penutup tersebut, ia memang terbukti ada sampai sekarang di Azerbaijan dan Armenia. Tepatnya ada di pegunungan yang sangat tinggi dan sangat keras (pegunungan Kaukasus). Ia berdiri tegak seolah-olah diapit oleh dua buah tembok yang sangat tinggi. Tempat itu tercantum pada peta-peta Islam maupun Rusia, terletak di republik Georgia.
Apa pun tentang keberadaan dinding penutup tersebut, ia memang terbukti ada sampai sekarang di Azerbaijan dan Armenia. Tepatnya ada di pegunungan yang sangat tinggi dan sangat keras (pegunungan Kaukasus). Ia berdiri tegak seolah-olah diapit oleh dua buah tembok yang sangat tinggi. Tempat itu tercantum pada peta-peta Islam maupun Rusia, terletak di republik Georgia.
Al-Syarif
al-Idrisi menegaskan hal itu melalui riwayat penelitian yang dilakukan
Sallam, staf peneliti pada masa Khalifah al-Watsiq Billah (Abbasiah).
Konon, Al-Watsiq pernah bermimpi tentang tembok penghalang yang dibangun
oleh Iskandar Dzulkarnain untuk memenjarakan Ya’juj dan Ma’juj terbuka.
Mimpi
itu mendorong Khalifah untuk mengetahui perihal tembok itu saat itu,
juga lokasi pastinya. Al-Watsiq menginstruksikan kepada Sallam untuk
mencari tahu tentang tembok itu. Saat itu Sallam ditemani 50 orang.
Penelitian tersebut memakan biaya besar. Tersebut dalam Nuzhat
al-Musytaq, buku geografi, karya al-Idrisi, Al-Watsiq mengeluarkan biaya
5000 dinar untuk penelitian ini.
Rombongan
Sallam berangkat ke Armenia. Di situ ia menemui Ishaq bin Ismail,
penguasa Armenia. Dari Armenia ia berangkat lagi ke arah utara ke
daerah-daerah Rusia. Ia membawa surat dari Ishaq ke penguasa Sarir, lalu
ke Raja Lan, lalu ke penguasa Faylan (nama-nama daerah ini tidak
dikenal sekarang). Penguasa Faylan mengutus lima penunjuk jalan untuk
membantu Sallam sampai ke pegunungan Ya’juj dan Ma’juj.
27
hari Sallam mengarungi puing-puing daerah Basjarat. Ia kemudian tiba di
sebuah daerah luas bertanah hitam berbau tidak enak. Selama 10 hari,
Sallam melewati daerah yang menyesakkan itu. Ia kemudian tiba di wilayah
berantakan, tak berpenghuni. Penunjuk jalan mengatakan kepada Sallam
bahwa daerah itu adalah daerah yang dihancurkan oleh Ya’juj dan Ma’juj
tempo dulu. Selama 6 hari, berjalan menuju daerah benteng. Daerah itu
berpenghuni dan berada di balik gunung tempat Ya’juj dan Ma’juj berada.
Sallam kemudian pergi menuju pegunungan Ya’juj dan Ma’juj. Di situ ia
melihat pegunungan yang terpisah lembah. Luas lembah sekitar 150 meter.
Lembah ini ditutup tembok berpintu besi sekitar 50 meter.
Dalam
Nuzhat al-Musytaq, gambaran Sallam tentang tembok dan pintu besi itu
disebutkan dengan sangat detail (Anda yang ingin tahu bentuk detailnya,
silakan baca: Muzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaq, karya al-Syarif
al-Idrisi, hal. 934 -938).
Al-Idrisi
juga menceritakan bahwa menurut cerita Sallam penduduk di sekitar
pegunungan biasanya memukul kunci pintu besi 3 kali dalam sehari.
Setelah itu mereka menempelkan telinganya ke pintu untuk mendengarkan
reaksi dari dalam pintu. Ternyata, mereka mendengar gema teriakan dari
dalam. Hal itu menunjukkan bahwa di dalam pintu betul-betul ada makhluk
jenis manusia yang konon Ya’juj dan Ma’juj itu.
Ya’juj
dan Ma’juj sendiri, menurut penuturan al-Syarif al-Idrisi dalam Nuzhat
al-Musytaq, adalah dua suku keturunan Sam bin Nuh. Mereka sering
mengganggu, menyerbu, membunuh, suku-suku lain. Mereka pembuat onar dan
sering menghancurkan suatu daerah. Masyarakat mengadukan kelakuan suku
Ya’juj dan Ma’juj kepada Iskandar Dzulkarnain, Raja Macedonia.
Dzulkarnain kemudian menggiring (mengusir) mereka ke sebuah pegunungan,
lalu menutupnya dengan tembok dan pintu besi.
Menjelang
Kiamat nanti, pintu itu akan jebol. Mereka keluar dan membuat onar
dunia, sampai turunnya Nabi Isa al-Masih. Dalam Nuzhat al-Musytaq,
al-Syarif al-Idrisi juga menuturkan bahwa Sallam pernah bertanya kepada
penduduk sekitar pegunungan, apakah ada yang pernah melihat Ya’juj dan
Ma’juj. Mereka mengaku pernah melihat gerombolan orang di atas tembok
penutup. Lalu angin badai bertiup melemparkan mereka. Penduduk di situ
melihat tubuh mereka sangat kecil. Setelah itu, Sallam pulang melalui
Taraz (Kazakhtan), kemudian Samarkand (Uzbekistan), lalu kota Ray
(Iran), dan kembali ke istana al-Watsiq di Surra Man Ra’a, Iraq. Ia
kemudian menceritakan dengan detail hasil penelitiannya kepada Khalifah.
Kalau
menurut penuturan Ibnu Bathuthah dalam kitab Rahlat Ibn Bathuthah
pegunungan Ya’juj dan Ma’juj berada sekitar perjalanan 6 hari dari Cina.
Penuturan ini tidak bertentangan dengan al-Syarif al-Idrisi. Soalnya di
sebelah Barat Laut Cina adalah daerah-daerah Rusia.
7. Kisah kaum Ya`juj dan Ma`juj di akhir zaman
Dikisahkan, bahwa nanti menjelang kiamat maka fitnah dan kejahatan mereka (Ya’juj dan Ma’juj) sangat besar dan menyeluruh, tiada seorang manusiapun yang dapat mengatasinya. Jumlah mereka (golongannya) pun sangat banyak, sehingga kaum Muslimin akan menyalakan api selama tujuh tahun untuk berlindung dari penyerangan mereka, para pemanah dan perisai mereka. Seperti yang diterangkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibn Majah dari Nawwas berikut ini:
Dikisahkan, bahwa nanti menjelang kiamat maka fitnah dan kejahatan mereka (Ya’juj dan Ma’juj) sangat besar dan menyeluruh, tiada seorang manusiapun yang dapat mengatasinya. Jumlah mereka (golongannya) pun sangat banyak, sehingga kaum Muslimin akan menyalakan api selama tujuh tahun untuk berlindung dari penyerangan mereka, para pemanah dan perisai mereka. Seperti yang diterangkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibn Majah dari Nawwas berikut ini:
“Maka
saat mereka telah keluar (dari dinding tembaga yang mengurung mereka
sejak zaman raja Zulkarnain), maka Allah SWT berfirman kepada Isa ibn
Maryam: ”Sesungguhnya Aku telah mengeluarkan hamba-hamba (Ya’juj dan
Ma’juj) yang tidak mampu diperangi oleh siapapun, maka hendaklah kamu
mengasingkan hamba-hamba-Ku ke Thur (Thursina) ”
“Dan
di Thur terkepunglah Nabiyullah Isa AS beserta para sahabat-nya,
sehingga harga sebuah kepala sapi lebih mahal dari 100 dinar kamu hari
ini. Kemudian Nabiyullah Isa dan para sahabatnya menginginkan itu, maka
mereka tidak menemukan sejengkalpun dari tanah di bumi kecuali ia
dipenuhi oleh bau anyir dan busuk mereka. Kemudian Isa AS dan sahabatnya
meminta kelapangan kepada Allah SWT maka Allah mengutus seekor burung
yang akan membawa mereka kemudian menurunkan mereka sesuai dengan
kehendak Allah. Kemudian Allah menurunkan air hujan yang tidak
meninggalkan satu rumahpun di kota atau di kampung, maka Ia membasahi
bumi sehingga menjadi seperti sumur yang penuh” (HR. Ahmad, Muslim dan At-Tirmidzi dari An-Nawwas bin Sam’am)
Dahsyatnya
fitnah dan kejahatan kaum Ya’juj dan Ma’juj ini juga digambarkan dalam
sebuah hadits Rasulullah SAW sebagaimana berikut:
Rasulullah bersabda : “Dinding pembatas Ya’juj
dan Majjuj akan terbuka, maka mereka akan menyerang semua manusia,
sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Dan mereka turun dengan
cepat dari seluruh tempat-tempat yang tinggi” (QS . Al Anbiyaa’ : 96).
Maka mereka akan menyerang manusia, sedangkan kaum Muslim akan berlarian
dari mereka ke kota-kota dan benteng-benteng mereka, sambil membawa
binatang-binatang ternak bersama mereka. Sedangkan mereka (Ya’juj dan
Majjuj) meminum semua air di bumi, sehingga apabila sebagian dari mereka
melewati sebuah sungai maka merekapun meminum air sungai tersebut
sampai kering dan ketika sebagian yang lain dari mereka melewati sungai
yang sudah kering tersebut, maka mereka berkata: “Dulu di sini pernah
ada air”. Dan apabila tidak ada lagi manusia yang tersisa kecuali
seorang saja di sebuah kota atau benteng, maka berkatalah salah seorang
dari mereka (Ya’juj dan Ma’juj): “Penduduk bumi sudah kita habisi, maka berikutnya yang tertinggal adalah penduduk langit“, kemudian salah seorang dari mereka melemparkan tombaknya ke langit,
dan tombak tersebut kembali dengan berlumur darah yang menunjukkan
suatu bencana dan fitnah. Maka tatkala rnereka sedang asyik berbuat
demikian, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus ulat ke pundak mereka
seperti ulat belalang yang keluar dari kuduknya, maka pada pagi harinya
mereka pun mati dan tidak terdengar satu nafaspun. Setelah itu kaum
Muslim berkata: “Apakah ada seorang laki-laki yang berani mati untuk
melihat, apa yang sedang dilakukan oleh musuh kita ini?” maka majulah
salah seorang dari mereka dengan perasaan tak takut mati, kemudian dia
menemukan bahwa mereka semua (Yajuj dan Majjuj) telah mati dalam keadaan
sebagian mereka di atas sebagian yang lain (bertumpukan), maka
laki-laki tersebut berseru: “Wahai semua kaum Muslim bergembiralah
kalian, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala sendiri sudah
membinasakan musuhmu”, maka mereka pun keluar dari kota-kota dan
benteng-benteng dan melepaskan ternak-ternak mereka ke padang-padang
rumput kemudian padang rumput tersebut dipenuhi oleh daging-daging
binatang ternak, maka semua susu ternak tersebut gemuk (penuh) seperti
tunas pohon yang paling bagus yang tidak pernah dipotong” (Hadits riwayat Ahmad, Ibn Majah, Ibn Hiban dan Hakim dari Abu Sa’id RA)
8. Penutup
Demikianlah uraian singkat mengenai kaum Ya`juj dan Ma`juj ini. Semoga dengannya bisa menambah wawasan bagi para pembaca sekalian. Terbesit harapan agar kita semua semakin menyadari bahwa sejarah masa lalu itu janganlah pernah di lupakan. Tujuannya adalah untuk kembali mengingatkan kita tentang nilai-nilai kebaikan yang pernah dilakukan oleh orang-orang terdahulu. Atau tentang peringatan-peringatan yang pernah Allah dan Rasulullah berikan bagi kehidupan kita. Selain itu juga untuk mengingatkan diri kita tentang apa yang perlu dilakukan sejak kini hingga masa depan nanti. Sehingga waktu-waktu yang kita lalui nanti tetap berjalan pada arah yang lurus dan benar.
Demikianlah uraian singkat mengenai kaum Ya`juj dan Ma`juj ini. Semoga dengannya bisa menambah wawasan bagi para pembaca sekalian. Terbesit harapan agar kita semua semakin menyadari bahwa sejarah masa lalu itu janganlah pernah di lupakan. Tujuannya adalah untuk kembali mengingatkan kita tentang nilai-nilai kebaikan yang pernah dilakukan oleh orang-orang terdahulu. Atau tentang peringatan-peringatan yang pernah Allah dan Rasulullah berikan bagi kehidupan kita. Selain itu juga untuk mengingatkan diri kita tentang apa yang perlu dilakukan sejak kini hingga masa depan nanti. Sehingga waktu-waktu yang kita lalui nanti tetap berjalan pada arah yang lurus dan benar.
Posting Komentar