Pilar-Pilar Kebahagiaan Keluarga
Pernikahan dua insan yang dipertemukan Allah dalam ikatan sunnah Rasulullah. Ibarat orang yang akan menempuh perjalanan jauh, Keberangkatan sepasang musafir yang akan mengarungi lautan kehidupan yang amat luas, penuh kehati-hatian dan selalu waspada agar sampai ke tujuan dengan selamat dan sejahtera. Sebagaimana yang dijelaskan di dalam al Quran surat ar-Rum/30:21. 'Di antara tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah adalah Dia menciptakan dari sejenismu pasangan-pasangan agar (kamu) masing-masing memperoleh ketenteraman dari (pasangan) nya, dan dijadikannya diantara kamu mawaddah dan rahmah. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.'
Pernikahan adalah ikrar antara dua mempelai untuk hidup berpasangan. Dalam Islam, hidup berpasangan merupakan fitrah kehidupan. Bukan hanya manusia yang disett untuk hidup berpasangan, tetapi benda-benda lain, hewan dan tumbuh-tumbuhan pun menurut Al Quran juga diciptakan Allah dengan berpasangan. 'Segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu menyadari (kebesaran Allah).' (Azzariat/51: 49).
Kualitas kita akan diketahui dan teruji hanya setelah kita hidup berpasangan, karena dalam hidup berpasangan akan dapat diketahui kualitas, kapasitas dan sifat-sifat kemanusiaannya. Dalam hidup pernikahan itulah seseorang teruji kepribadiannya, tanggung jawabnya, keibuannya, kebapakannya, perikemanusiaannya, ketangguhannya, kesabarannya. Begitu besar makna hidup berumah tangga sampai Nabi mengatakan bahwa di dalam hidup berumah tangga sudah terkandung separuh urusan agama. Separoh yang lainnya tersebar pada berbagai bidang, sosial, ekonomi, politik, kebudayaan dan aspek kehidupan yang lainnya. Dalam surat ar Rum 21 tadi disebutkan bahwa Allah menciptakan manusia dengan setting berpasangan dalam hidup perkawinan agar pasangan itu memperoleh ketenteraman, memperoleh sakinah.
Al Quran menjelaskan, manusia disebut dengan istilah basyar dan insan. Basyar artinya manusia dalam pengertian persamaan fisik. Sedangkan insan mengandung pengertian psikologis. Kata insan terambil dari kata nasia yansa yang artinya lupa, dari kata uns yang artinya mesra, juga dari kata anasa yanusu yang artinya bergejolak. Jadi manusia pada dasarnya adalah makhluk yang memiliki tabiat mesra, tetapi suka lupa dan memiliki gejolak keinginan yang tak pernah berhenti. Selagi manusia dalam keadaan lupa diri dan dalam pengaruh gejolak keinginannya, maka ia tidak dapat merasakan ketenangan dan ketenteraman hidup. Nah dalam hidup berpasangan suami isteri itulah dimaksud supaya kita menemukan ketenteraman, yang diperindah dengan kemesraan. Rumah tangga yang ideal itu bagaikan lautan tak bertepi, segala ketegangan, kegelisahan, kecemasan, kesepian dan kelelahan akan hilang jika orang berlabuh dalam pelabuhan cinta mesra suami isteri.
Apakah otomatis? tentu saja tidak, tergantung apakah persyaratannya itu dipenuhi atau tidak. Menurut hadis Nabi, suatu rumah tangga akan memperoleh ketenteraman dan kebahagiaan manakala dipenuhi pilar-pilarnya, 'Jika Allah menghendaki suatu rumah tangga itu baik, maka Allah akan memudahkan terciptanya keadaan-keadaan sebagai berikut, Pertama, ada kecenderungan kepada agama di dalam rumah tangga itu. Kedua, yang muda menghormati yang tua. Ketiga, di dalam kehidupan sehari-hari mereka bergaul secara lemah lembut,. Keempat, sederhana dalam membelanjakan harta. Kelima, Mau interospeksi sehingga mereka mudah bertaubat. (H.R. Dailami)
Wassalam,
M. Agus Syafii
Pernikahan adalah ikrar antara dua mempelai untuk hidup berpasangan. Dalam Islam, hidup berpasangan merupakan fitrah kehidupan. Bukan hanya manusia yang disett untuk hidup berpasangan, tetapi benda-benda lain, hewan dan tumbuh-tumbuhan pun menurut Al Quran juga diciptakan Allah dengan berpasangan. 'Segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu menyadari (kebesaran Allah).' (Azzariat/51: 49).
Kualitas kita akan diketahui dan teruji hanya setelah kita hidup berpasangan, karena dalam hidup berpasangan akan dapat diketahui kualitas, kapasitas dan sifat-sifat kemanusiaannya. Dalam hidup pernikahan itulah seseorang teruji kepribadiannya, tanggung jawabnya, keibuannya, kebapakannya, perikemanusiaannya, ketangguhannya, kesabarannya. Begitu besar makna hidup berumah tangga sampai Nabi mengatakan bahwa di dalam hidup berumah tangga sudah terkandung separuh urusan agama. Separoh yang lainnya tersebar pada berbagai bidang, sosial, ekonomi, politik, kebudayaan dan aspek kehidupan yang lainnya. Dalam surat ar Rum 21 tadi disebutkan bahwa Allah menciptakan manusia dengan setting berpasangan dalam hidup perkawinan agar pasangan itu memperoleh ketenteraman, memperoleh sakinah.
Al Quran menjelaskan, manusia disebut dengan istilah basyar dan insan. Basyar artinya manusia dalam pengertian persamaan fisik. Sedangkan insan mengandung pengertian psikologis. Kata insan terambil dari kata nasia yansa yang artinya lupa, dari kata uns yang artinya mesra, juga dari kata anasa yanusu yang artinya bergejolak. Jadi manusia pada dasarnya adalah makhluk yang memiliki tabiat mesra, tetapi suka lupa dan memiliki gejolak keinginan yang tak pernah berhenti. Selagi manusia dalam keadaan lupa diri dan dalam pengaruh gejolak keinginannya, maka ia tidak dapat merasakan ketenangan dan ketenteraman hidup. Nah dalam hidup berpasangan suami isteri itulah dimaksud supaya kita menemukan ketenteraman, yang diperindah dengan kemesraan. Rumah tangga yang ideal itu bagaikan lautan tak bertepi, segala ketegangan, kegelisahan, kecemasan, kesepian dan kelelahan akan hilang jika orang berlabuh dalam pelabuhan cinta mesra suami isteri.
Apakah otomatis? tentu saja tidak, tergantung apakah persyaratannya itu dipenuhi atau tidak. Menurut hadis Nabi, suatu rumah tangga akan memperoleh ketenteraman dan kebahagiaan manakala dipenuhi pilar-pilarnya, 'Jika Allah menghendaki suatu rumah tangga itu baik, maka Allah akan memudahkan terciptanya keadaan-keadaan sebagai berikut, Pertama, ada kecenderungan kepada agama di dalam rumah tangga itu. Kedua, yang muda menghormati yang tua. Ketiga, di dalam kehidupan sehari-hari mereka bergaul secara lemah lembut,. Keempat, sederhana dalam membelanjakan harta. Kelima, Mau interospeksi sehingga mereka mudah bertaubat. (H.R. Dailami)
Wassalam,
M. Agus Syafii
Posting Komentar