Pengungsi Ini Buat Budaya Palestina Mendunia
Keluarga Palestina tinggalkan rumah. |
Siapa bilang hidup dalam keterbatasan membelenggu kreativitas manusia. Tengok saja wanita ini. Seorang pengungsi wanita asal Palestina berhasil menciptakan pakaian dan aksesoris yang dijual di pusat perbelanjaan mahal.
Adalah Zeina Abou Chaaban, seorang wanita berusia 27 tahun yang terpaksa mengungsi akibat kerusuhan di jalur Gaza. Walaupun hidup dalam keterbatasan di pengungsian, dia mampu menjual pakaian dengan label 'Palestyle' yang dihiasi bordir hasil kerajinan perempuan-perempuan Palestina yang tinggal di pengungsian Yordania dan Lebanon.
Desain yang dibuat antara lain pakaian, perhiasan, tas, dan ikat pinggang. Semua kerajinan tersebut dijual melalui Bloomingdales di Dubai, dan toko lain di Bahrain, Abu Dhabi, Qatar dan Inggris.
"Saya ingin menyebarkan kekayaan budaya Palestina dengan cara yang trendi," ujar wanita yang mengungsi di Dubai seperti dikutip laman CNN.
Bagi warga Palestina, bordiran hanya diletakkan pada benda-benda yang sangat tradisional. Namun, Abou Chaaban mencoba menghidupkan kembali kebudayaannya dengan cara yang lebih modern dari desain dan warnanya.
Dia mendirikan bisnis ini dua tahun yang lalu dan sekarang telah memekerjakan 40 wanita di pengungsian Yordania dan Lebanon. LSM yang bekerja dengan perempuan dan anak-anak ini hanya menerima 5 persen dari hasil penjualan Palestyle.
Hasil kerajinan para wanita pengungsi ini dijual dengan harga yang beragam dan termasuk mahal. Clutch bag dijual dengan harga 230 dolar atau setara dengan Rp 2 juta. Sedangkan selendang anyaman dengan motif ukiran emas seharga 150 dolar atau setara dengan Rp1,3 juta.
Adalah Zeina Abou Chaaban, seorang wanita berusia 27 tahun yang terpaksa mengungsi akibat kerusuhan di jalur Gaza. Walaupun hidup dalam keterbatasan di pengungsian, dia mampu menjual pakaian dengan label 'Palestyle' yang dihiasi bordir hasil kerajinan perempuan-perempuan Palestina yang tinggal di pengungsian Yordania dan Lebanon.
Desain yang dibuat antara lain pakaian, perhiasan, tas, dan ikat pinggang. Semua kerajinan tersebut dijual melalui Bloomingdales di Dubai, dan toko lain di Bahrain, Abu Dhabi, Qatar dan Inggris.
"Saya ingin menyebarkan kekayaan budaya Palestina dengan cara yang trendi," ujar wanita yang mengungsi di Dubai seperti dikutip laman CNN.
Bagi warga Palestina, bordiran hanya diletakkan pada benda-benda yang sangat tradisional. Namun, Abou Chaaban mencoba menghidupkan kembali kebudayaannya dengan cara yang lebih modern dari desain dan warnanya.
Dia mendirikan bisnis ini dua tahun yang lalu dan sekarang telah memekerjakan 40 wanita di pengungsian Yordania dan Lebanon. LSM yang bekerja dengan perempuan dan anak-anak ini hanya menerima 5 persen dari hasil penjualan Palestyle.
Hasil kerajinan para wanita pengungsi ini dijual dengan harga yang beragam dan termasuk mahal. Clutch bag dijual dengan harga 230 dolar atau setara dengan Rp 2 juta. Sedangkan selendang anyaman dengan motif ukiran emas seharga 150 dolar atau setara dengan Rp1,3 juta.
"Kondisi kehidupan di pengungsian sangat keras, sering kekurangan air, makanan, listrik, dan pendidikan untuk anak-anak," dia menambahkan.
Baginya, kehidupan di pengungsian adalah perjuangan dasar kehidupan. Karenanya, pendapatan yang dia terima dialokasikan untuk membantu kehidupan di pengungsian dan pendidikan.
Baginya, kehidupan di pengungsian adalah perjuangan dasar kehidupan. Karenanya, pendapatan yang dia terima dialokasikan untuk membantu kehidupan di pengungsian dan pendidikan.
Posting Komentar