Snippet

Manusia, Hidup, Dan Kematian (Bag. 2)

 Nabi Muhammad Saw. dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam   Ahmad   menjelaskan   bahwa, "Seorang  mukmin,  saat menjelang kematiannya, akan didatangi oleh  malaikat  sambil menyampaikan  dan memperlihatkan  kepadanya  apa yang bakal dialaminya setelah kematian. Ketika itu tidak ada yang lebih disenanginya  kecuali  bertemu  dengan Tuhan (mati). Berbeda halnya  dengan  orang  kafir  yang   juga diperlihatkannya kepadanya  apa  yang bakal dihadapinya, dan ketika itu tidak ada sesuatu yang lebih dibencinya  daripada  bertemu  dengan Tuhan."

Dalam surat Fushshilat (41): 30 Allah berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan bahwa Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), 'Janganlah kamu merasa takut dan jangan pula bersedih, serta bergembiralah dengan surga yang dijanjikan Allah kepada kamu.'" Turunnya malaikat  tersebut  menurut  banyak pakar  tafsir adalah ketika  seseorang yang sikapnya seperti digambarkan ayat di atas sedang menghadapi  kematian. Ucapan malaikat, "Janganlah  kamu merasa  takut"  adalah  untuk menenangkan mereka menghadapi maut  dan sesudah  maut,  sedang  "jangan bersedih"   adalah   untuk menghilangkan  kesedihan  mereka menyangkut persoalan dunia yang ditinggalkan  seperti  anak, istri, harta, atau hutang.

Sebaliknya Al-Quran mengisyaratkan bahwa keadaan orang-orang kafir ketika menghadapi kematian sulit terlukiskan: "Kalau sekuanya kamu dapat melihat malaikat-malaikat mencabut nyawa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka serta berkata, 'Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar' (niscaya kamu akan merasa sangat ngeri)" (QS Al-Anfal [8]: 50) "Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya sambil berkata, 'Keluarkanlah nyawamu! Di hari ini, kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah perkataan yang tidak benar, dan karena kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya" (QS Al-An'am [6]:93).

Di  sisi  lain,  manusia  dapat  "menghibur"  dirinya  dalam menghadapi   kematian  dengan  jalan  selalu mengingat  dan meyakini bahwa semua manusia pasti akan mati. Tidak  seorang pun  akan  luput  darinya, karena  "kematian  adalah risiko hidup." Bukankah Al-Quran menyatakan bahwa, "Setiap jiwa akan merasakan kematian?" (QS Ali 'Imran [3]: 183) "Kami tidak menganugerahkan hidup abadi untuk seorang manusiapun sebelum kamu. Apakah jika kamu meninggal dunia mereka akan kekal abadi? (QS Al-Anbiya' [21]: 34) Keyakinan  akan  kehadiran  maut  bagi  setiap  jiwa   dapat membantu meringankan beban musibah kematian. Karena, seperti diketahui, "semakin banyak yang terlibat dalam  kegembiraan, semakin   besar   pengaruh kegembiraan   itu   pada  jiwa; sebaliknya,  semakin  banyak  yang  tertimpa  atau  terlibat musibah, semakin ringan musibah itu dipikul."

Demikian  Al-Quran  menggambarkan kematian yang akan dialami oleh manusia taat dan durhaka, dan demikian kitab suci  ini menginformasikan   tentang  kematian  yang  dapat  mengantar seorang mukmin agar  tidak merasa  khawatir  menghadapinya. Sementara, yang tidak beriman atau yang durhaka diajak untuk bersiap-siap menghadapi berbagai ancaman dan siksaan.