Bobol Lagi Media Zionis, Mujahid Turki Kibarkan Bendera Palestina
Sejumlah hacker Turki menyerang website surat kabar Yahudi berbendera Inggris, mengganti halaman utamanya dengan sebuah bendera Palestina, ujar editor surat kabar tersebut. Website untuk Jewish Chronicle – surat kabar Yahudi tertua di dunia yang terus diterbitkan – tercemar selama beberapa jam pada hari Minggu, ujar editor Stephen Pollard pada hari Senin.
"Tidak ada kerusakan yang ditimbulkan, sejauh yang kami ketahui," ujarnya. Website itu kembali online pada Senin siang. Sejumlah hacker pro-Palestina itu berhasil membobol website The Jewish Chronicle dan melakukan perombakan pada tampilannya.
Versi terbajak dari website itu, yang sempat tertangkap oleh Google, memperlihatkan sebuah bendera Palestina besar dengan latar belakang hitam. Dalam sebuah pesan yang dimasukkan dalam bahasa Inggris dan Turki, kelompok yang menyebut dirinya sebagai "Mujahid Palestina" itu mengutip beberapa ayat dari Al-Quran.
"Tidakkah kalian merasa malu telah memberikan toleransi terhadap kaum Yahudi yang merupakan aktor utama dalam perang dengan menjadi pembunuh anak-anak!" seperti itu bunyi sebagian pesan yang tertulis. "Tidakkah kalian merasa malu memberikan dukungan kepada vampir yang tidak peduli terhadap kehidupan manusia? Tidakkah kalian merasa malu menunjukkan rasa hormat kepada Yahudi yang menciptakan rasa balas dendam, kebencian, dan rivalitas antar manusia?"
Serangan di dunia maya itu tampaknya merupakan aksi unjuk rasa atas blokade Israel terhadap Jalur Gaza. Staf surat kabar bertindak cepat dengan memberitahu bagian perbaikan yang segera mematikan website tersebut. The Jewish Chronicle tidak dapat diakses selama 18 jam sementara hal itu diselidiki.
"Pada pukul 4.40 sore (waktu setempat), hanya 20 menit setelah website itu dibobol, para eksekutif senior menerima lusinan pesan sms dan telepon yang memperingatkan mereka: dari sinagog, CST, organisasi Yahudi. dan individual," ujar surat kabar tersebut, yang juga mengatakan bahwa polisi sedang menyelidiki. CST, atau Comunity Security Trust, adalah sebuah organisasi yang bekerja dengan pemerintah lokal dan internasional untuk menjaga komunitas Yahudi di Inggris.
Perusahaan perangkat lunak keamanan internet global, Sophos, mengatakan bahwa insiden itu adalah bagian dari serangkaian unjuk rasa dunia maya pro-Palestina, sembari menyebutkan bahwa di tahun 2001 seorang hacker pernah membombardir email para anggota parlemen Israel, dan tahun lalu website Angkatan Darat AS dicemari dengan gambar seorang pejuang Palestina yang berdiri di depan tank Israel. Beberapa organisasi Yahudi dan yang terkait Israel di AS juga melaporkan telah "dikerjai" oleh kelompok pro-Palestina.
"Para hacker Turki terkenal di kalangan agen penegak hukum dan telah berhasil membobol beberapa website Yahudi," ujar David Pollock, direktur eksekutif asosiasi Dewan Hubungan Komunitas Yahudi di New York. "Mereka menyamar sebagai konsultan keamanan. Kami telah menyarankan pada kelompok-kelompok Yahudi untuk berhati-hati menyaring induk web-nya. Kami sarankan agar mereka menggunakan induk dengan staf fokus secara penuh pada keamanan."
Pollock, yang bekerja sebagai penghubung antara komunitas Yahudi dan pihak penegak hukum serta mengorganisir sesi pelatihan bagi lembaga-lembaga Yahudi, mengatakan tidak ada indikasi bahwa kelompok Mujahid itu terkait dengan organisasi mana pun. "Apa yang kami lihat adalah pesan anti-Israel, namun kami belum melihat adanya kaitan dengan organisasi mana pun" ujar Pollock.
Graham Cluley, seorang konsultan teknologi senior untuk Sophos, mengatakan kecil kemungkinannya polisi akan membuat banyak perkembangan dalam melacak Mujahid itu. "Kemungkinannya adalah mereka berbasis di luar negeri – Turki sepertinya berada dalam gambaran – yang otomatis membuatnya lebih rumit dan mahal bagi pemerintah untuk menyelidiki," ujar Cluley.
"Karena tampaknya tidak ada kerusakan finansial yang diti mbulkan, dan lebih ke sejenis grafiti, saya ragu akan terdapat banyak kesediaan untuk menugaskan banyak sumber daya untuk menyelidiki serangan ini secara mendetail," ujarnya.
Surat kabar itu menyebutkan indikasi awalnya adalah bahwa para hacker beroperasi dari sebuah komputer di Turki. Serangan itu datang satu minggu setelah hubungan diplomatik antara Israel dan Turki yang rusak muncul ke permukaan.
Ankara sangat marah ketika Israel memanggil duta besar Turki untuk menyampaikan kemarahannya atas sebuah drama televisi Turki yang menggambarkan agen-agen Israel menculik anak-anak dan menembak seorang pria tua. Wakil menteri luar negeri, Danny Ayalon, menolak uluran tangan sang duta besar untuk bersalaman dan memaksanya duduk di sebuah sofa pendek ketika kamera televisi merekam.
Sejak itu Israel telah meminta maaf atas insiden yang mengancam hubungan antara kedua sekutu tradisional itu. Menjawab pertanyaan apakah insiden pembajakan itu terkait dengan kemarahan sang wakil menteri kepada duta besar Turki, Pollard mengatakan, "Ini adalah sebuah kesimpulan yang dapat ditarik oleh siapa saja. Saya tidak mau berspekulasi."
Posting Komentar