Snippet

The Raid: BRUTAL

Ia menghujamkan kapak ke dada lawannya dan sontak seluruh penonton bertepuk tangan. Tokoh mana yang kami maksud? Tidak penting. Dalam The Raid, kami menyoraki pemeran jahat maupun baik. Kedua sisi diperankan dengan begitu baik sehingga para penonton benar-benar mempercayai bahwa semua tokoh memang memperjuangkan sesuatu.
 
The Raid bukan hanya sekadar film dengan adegan laga, tetapi mengajarkan kita semua kekuatan sebuah perjuangan, bertahan hidup, dan melihat kebenaran berposisi di dunia sekarang,” tutur Gareth Evans, sutradara sekaligus penulis The Raid, dalam acara screening yang diadakan Senin, 19 Maret 2012, di fX, Jakarta.
 
The Raid, sebuah film produksi Merantau Films dan XYZ Films, mungkin adalah film Indonesia yang paling diterima baik oleh penonton internasional. Begitu banyak respon baik dari jurnalis maupun kalangan umum yang berkesempatan menyaksikannya di event SXSW, Amerika Serikat, sehingga sepertinya tak ada gunanya bercerita lagi tentang plot film ini. Namun, kami tetap akan melakukannya.
 
Poster promosi The Raid merangkum plot film dalam 8 kata dan memang plotnya sederhana sekali. Sekelompok pasukan khusus menggerebek markas mafia di Jakarta, kemudian kedua kubu bertarung. Ceritanya cukup sederhana dengan alur yang tidak bertele-tele. Lima menit setelah film mulai, korban pertama sudah jatuh. Pertarungan pun terus berlangsung sengit sampai tiga menit menjelang akhir.
 
Hanya film laga biasa, kalau begitu? Tidak juga. Karena ternyata Gareth Evans, penulis dan juga sutradara The Raid, menyisipkan banyak twist dalam cerita sehingga Anda akan terus menerka-nerka adegan akhir film. Selain itu, The Raid juga sukses menarik penonton ke dalam dunia underworld dengan tata set yang luar biasa. Kekumuhan lokasi sangat realistis sehingga Anda seperti dapat mencium bau pesing yang umum ditemui di tempat seperti itu.
 
Namun, tentu saja, sajian utama The Raid adalah adegan pertarungannya. Dalam pengembangannya, aktor-aktor utama sebelumnya diikutkan bootcamp yang melatih penggunaan senjata dan formasi militer. Hal ini umum dilakukan di film-film produksi Hollywood dan membawa sebuah realita tersendiri di aksi laga film ini. Adegan tembak-menembaknya menampilkan extremely close-quarters battle yang sepertinya hanya mungkin terjadi di setting negara dunia ketiga. Dengan sound effect yang mantap, dibumbui sedikit visual effect slow-motion, adegan tembak-menembak The Raid menjadi sangat menegangkan.
 
Namun, keceriaan baru benar-benar dimulai saat peluru habis. Seperti film Merantau yang juga diproduksi Merantau Films, The Raid menampilkan banyak adegan silat. Bukan, ini bukan Kung-Fu, Muay Thai, Capoiera, Aikido, Jiu-Jitsu, MCMAP, atau Krav Maga. Jurus-jurus tarung yang ditampilkan dalam The Raid adalah jurus silat yang terkenal sebagai ilmu bela diri Indonesia. Hal ini membawa kesegaran tersendiri bagi penggemar film laga karena tentu saja gerakan-gerakannya berbeda dengan film produksi luar negeri.

Hal lain yang juga berbeda dari The Raid adalah kebrutalan aksi pertarungannya. Tidak pernah sebelumnya kami melihat begitu banyak darah dalam sebuah film aksi. Dalam film horror, mungkin. Di skala tingkat kebrutalan, The Raid dapat dikatakan sama dengan film Saw. Dalam The Raid, tak ada yang lebih brutal daripada Mad Dog, yang diperankan Yayan Ruhiyan. Penampilan maestro bela diri ini sangat memukau sehingga cukup mengecilkan penampilan aktor utama lain. Credit title The Raid menyebutkan nama sepuluh dokter yang terlibat dalam shooting. Kami menduga bahwa dibutuhkan dokter sebanyak itu untuk menangani “korban” pukulan Yayan.
 
Yayan "Mad Dog" Ruhiyan.

Singkat cerita, The Raid berhasil mengembalikan kepercayaan kami terhadap film Indonesia. Dengan aksi tarung yang cepat dan brutal, sound effect membahana, plot twist yang menegangkan, dan visual experience yang luar biasa, hanya satu kalimat lagi yang dapat kami katakan tentang The Raid: Wajib nonton dan harus di layar lebar!

Tanggal rilis:
23 Maret 2012 (Indonesia, Australia, Kanada, Amerika Serikat)

Genre:
Aksi laga

Durasi:
95 menit

Sutradara:
Gareth Huw Evans
Pemain:
Iko Uwais, Joe Taslim, Donny Alamsyah, Yayan Ruhiyan, Ray Sahetapy, Alfridus Godfred

Studio:
Merantau Films, XYZ Films