Jadi Tren, Kian Banyak Univeritas AS Pekerjakan Kapelan Muslim
Berusaha untuk memenuhi kebutuhan para mahasiswa Muslim yang terus
berkemabang dan memenuhi jawaban rasa penasaran para rekan-rekan
mahasiswa non-Muslim tentang Islam, semakin banyak universitas di
Amerika yang memperkerjakan kapelan Muslim.
"Prospek pekerjaan tersebut cukup bagus," Timur Yuskaev, asisten
profesor Islam dan direktur Program Kapelan Islami di Seminari Hartford
Conneticut, mengatakan kepada kantor berita harian USA Today pada Saptu
(14/4) waktu setempat.
"Kapelan universitas adalah salah satu dari bidang yang berkembang di dalam program kami."
Sebuah jumlah universitas Amerika yang memperkerjakan kapelan Muslim
purna-waktu terus berkembang. Kapelan difungsikan untuk membantu
kebutuhan keagamaan universitas-universitas tersebut.
"Dua sampai empat tahun terakhir adalah ketika Anda benar-benar
melihat pekerjaan tersebut berkurang," kata Omer Bajwa, yang menjadi
kapelan Muslim pertama di Universitas Yale pada tahun 2008.
Di antara universitas-universitas yang juga menunjuk Kapelan Muslim adalah Yale, Princeton, dan Duke.
Universitas terbaru yang bergabung dalam daftar tersebut adalah
Universitas Cornell, yang berencana untuk segera merekrut seorang
kapelan Muslim.
"Kami tidak berpikir tentang hal ini ketika berusaha untuk menujukan
sebuah defisiensi besar, namun agak berpikir sebagai sebuah evolusi
alamiah," kata Nadeem Shafi, seorang alumnus Cornell.
Shafi menggabungkan tangan dengan alumni Muslim lainnya untuk
menciptakan Yayasan Diwan untuk menggalang dana memperkerjakan seorang
kapelan Muslim di kampus.
"Gagasan untuk memiliki seorang kapelan Muslim memberikan ibadah yang
mendukung bukanlah sebuah gagasan yang baru," kata Shafi, yang sekarang
adalah seorang asisten profesor di Fakultas Farmasi Universitas
Florida.
"Ada beberapa universitas yang memiliki kapelan."
Perguruan Tinggi Bard di Hudson Valley, New York adalah universitas
pertama AS yang menunjuk seorang kapelan Muslim di pertengahan tahun
1990-an.
"Inilah masanya dan layak untuk semacam sebuah sistem dukungan agar program tersebut ada di Cornell," Shafi mengatakan.
Tren yang terus berkembang dalam menunjuk kapelan Muslim dimaksudkan
untuk memenuhi sebuah keingintahuan yang terus tumbuh di antara para
mahasiswa non-Muslim untuk mengenal lebih banyak tentang Islam.
"Anda merasa menemukan momentum," Bajwa mengatakan.
Sebuah survei terbaru telah mengungkap bahwa mayoritas Amerika mengetahui sangat sedikit tentang Muslim dan agama mereka.
Tren tersebut telah memenangkan banyak pujian di kampus.
"Akan menjadi sangat menyenangkan memiliki seorang cendikiawan
keagamaan atau tokoh keagamaan di kampus di mana kita datang kepadanya,
kita dapat bertanya kepadanya dan memberikan kita nasihat dan
mengarahkan kita pada arah yang benar," kata Noreen Nasir, 22 tahun,
yang adalah seorang mahasiswa jurusan jurnalisme penyiaran di
Universitas Northwestern.
Dulu, Nasir mengatakan, "Hanyalah para mahasiswa yang membuat inisiatif sendiri, merencanakan hal-hal seperti sholat Jum'at."
Perkiraaan lebih dari 30 jumlah kapelan Muslim bekerja di kampus
univeristas-universitas atau di sekolah menengah atas di seluruh negeri.
"Saya tentu saja tidak hanya memberikan layanan untuk mahasiswa
Muslim," kata Tahera Ahmad, kapelan Muslim pertama di Universitas
Northwestern.
"Saya memiliki lebih banyak mahasiswa non-Muslim datang ke kantor
saya dari pada para mahasiswa Muslim. Saya melayani komunitas kampus
yang lebih besar." (ppt/oi) www.suaramedia.com
Posting Komentar