Bangsa Maling Israel Rampas Warisan Budaya Palestina
Direktur Jenderal
Departemen Arkeologi Palestina, Hamdan Taha menjelaskan, "Pameran
tersebut akan membawakan dan menampilkan artefak yang dipindahkan dari
wilayah Palestina ... saya rasa itu penting bagi institusi Kanada akan
bertanggung jawab dan bertindak sesuai dengan kewajiban dari Kanada. "
Pameran Israel
tersebut melanggar konvensi internasional atau protokol yang telah
meratifikasi dan melindungi properti budaya selama konflik bersenjata.
Negara Israel menduduki Rockefeller Museum yang dimiliki Yordania di
Yerusalem pada tahun 1967 mengambil gulungan-gulungan tersebut dan terus
melakukan hal serupa terhadap kekayaan budaya Palestina sejak itu. Di
bawah Convention on the Means of Prohibiting and Preventing the Illicit
Import, Export and Transfer of Ownership of Cultural Property pada tahun
1970 dan Konvensi Hague pada tahun 1954 beserta dua protokol yang
terkait, Kanada adalah berkewajiban "untuk mengambil langkah-langkah
yang tepat untuk memulihkan kembali dan setiap kekayaan budaya" atas
permintaan pihak yang dirugikan.
Pameran Dead Sea
Scrolls tersebut merupakan bagian dari upaya Israel untuk memberi merek
kepada diri mereka sendiri. Menurut The Economist, kelompok diplomat
Yahudi Amerika dan Israel berusaha untuk menciptakan persepsi Israel
dengan citra "trendy, keren, beradab, menyenangkan dan kreatif."
Kampanye tersebut juga termasuk menempatkan iklan bernada seksual di
Maxim dan majalah pria lainnya.
Professor Stephen Walt
dari Harvard di blognya menyarankan Kebijakan Luar Negeri bahwa upaya
Israel tersebut akan berakhir dalam sebuah kegagalan: "Memulihkan citra
Israel dari gambar di Barat bukan soal memutar atau dengan PR atau
're-branding;' melaikan dengan meninggalkan kebijakan yang ada
sekaranglah yang akan meraih simpati masyrakat dunia. Hanya sesederhana
itu."
Namun, komponen
arkeologi dari kampanye propaganda tersebut menggunakan sugesti bawah
sadar untuk memotong argumen politik seperti itu. Seorang penasehat
re-branding Israel terkemuka berpendapat, "Mari kita raih ke level
dimana orang Israel dihubungkan dengan ilmu pengetahuan dan musik dan
arkeologi "
Dalam Facts on the
Ground Columbia, Profesor Nadia Abu Al Haj menulis, "Dalam konteks
Israel dan Palestina, arkeologi muncul sebagai pusat disiplin ilmiah
karena sikap dimana pemukiman kolonial yang terbentuk dalam bahasa, dan
kepercayaan, akan nasional Yahudi kembali." Meskipun menyatakan
kepemilikan ke negara setelah ketidakhadiran selama 2000 tahun adalah
mustahil, pencurian yang dilakukan terhadap Palestina dari penduduk asli
adalah dilegalkan melalui klaim bahwa orang-orang Yahudi hari ini
merupakan turunan dari penduduk dari Greco-Roman Judea.
Menurut reporter New
York Times, Ethan Bonner dan Isabel Kershner dalam "Parks Fortify
Israels Claim to Jerusalem," "Ada peperangan untuk legitimasi sejarah di
sini. Sebagai bagian dari upaya, Arkeolog menemukan bukti yang tak
dapat disangkal bahwa Yahudi kuno pernah hidup di sini. Klaim tersebut tidak masuk akal.
Intelektual Yahudi
berasal dari abad ke-19 di Jerman, dipengaruhi oleh karakter dari kaum
nasionalisme Jerman, menciptakan narasi lokal mereka 'secara
retrospektif,' dari kehausan untuk menciptakan orang-orang Yahudi
modern, ujar Professor Shlomo Sand dari Universitas Tel Aviv, pengarang
Bagaimana dan Bila Orang Yahudi Diciptakan.
Tidak ada satu pendiri
populasi untuk setiap golongan Yahudi modern yang lebih banyak dari
satu pendiri penduduk Kristen modern atau Islam modern yang ada. Teks
dari awal serta akhir abad pertengahan menjelaskan adanya kumpulan
masyarakat dengan kesukuan yang beragam yang terkait dengan berhubungan
Yudaisme.
Dalam bahasa Inggris
untuk menggunakan kata Yahudi adalah anakronistik sebelum abad ke 10
ketika Rabinik Yudaisme diperjelas berkat upaya Saadyah Gaon (Sa'id bin
Yusuf al-Fayyumi) dan rekan-rekannya.
Dengan kodifikasi
hukum Rabinik revolusioner masyarakat ini menjadi bagian dari jaringan
perdagangan yang luas yang terbentang antara dunia Kristen dan Muslim
dan yang diperpanjang ke Cina dan mulai bertukar anggota pada skala
besar. Wilayah-ekspor utamanya tampaknya berada di wilayah di dekat Laut
Hitam.
Temuan antropologi
genetik baru-baru ini yang berdasarkan analisis DNA menunjukkan bahwa
leluhur laki-laki dari golongan Yahudi Yiddish adalah dari Eropa Timur
dan non-Levantin Barat Daya Asia, sementara pada perempuan adalah
berasal dari leluhur Eropa Timur.
Sand mengakui,
"kemungkinan bahwa Palestina adalah keturunan orang-orang Yahudi purba
jauh lebih besar dibandingkan dengan peluang yang Anda atau saya
[berarti Israel Yahudi]."
Leluhur Palestina yang
menciptakan Kerajaan Hasmonean, menyusun Alkitab Ibrani, mengikuti Isa
AS, menulis Perjanjian Baru, mengumpulkan Mishnah, dan meredaksikan
Talmud Yerusalem. Orang-orang Palestina menyusun tautan hidup ke awal
warisan dari Taurat dan Injil.
Zionists terlihat
menyedihkan, karena mereka jadi malu terhadap sejarah mereka sendiri
bahwa mereka merebut milik orang lain. Ketika pemerintah Israel
mengirimkan Dead Sea Scrolls ke Kanada, oleh undang-undang Kanada harus
mengembalikan mereka ke pemilik sebenarnya, yaitu orang-orang
Palestina.
Posting Komentar