Snippet

Orang Yang Pantas Disebut Miskin

Saya pernah terpikir, siapa sih yang pantas di sebut orang miskin ? apakah mereka para pengemis, yang saban harinya menengadahkan tangan, berharap sedikit belas kasihan dari orang-orang yang memiliki kelebihan harta?

Yang berjalan dari satu tempat strategis ke tempat strategis lainnya untuk mencari tempat yang ideal untuk meminta-minta ?

Yang hanya bertemu makanan setiap dua hari sekali dan melewatkan hari lainnya dengan berpuasa, yang tiap malamnya merasa kedinginan karena tidak ada tempat tidur yang layak, hanya beralaskan kertas koran ?

Yang pada waktu-waktu tertentu terpaksa berlari - lari ketakutan dikejar Satuan Polisi Pamong Praja karena dianggap merusak pemandangan.

Ataukah mereka para orang tua yang tinggal di penampungan bergelar panti jompo, yang tidak memiliki apa-apa untuk menghibur masa tuanya, yang hanya punya harta seadanya yang bahkan tidak cukup untuk membeli keperluan sehari-hari mereka, yang selalu duduk-duduk termenung setiap sore dan pagi, berharap ada yang akan menemani dan menghibur diri.

Ataukah mereka para anak yatim yang hidup terlantar di panti asuhan, yang setiap harinya makan seadanya, yang selalu berharap ada donatur-donatur dan para dermawan yang berkenan membantu perjalanan panti asuhan mereka, yang setiap hari raya mendapatkan baju bekas yang di daur ulang oleh ibu-ibu yang mengasuh mereka.

Ataukah mereka anak-anak kecil yang berkeliaran di tempat-tempat umum dan di jalanan, membawa kecrekan sebagai alat untuk mencari nafkah mereka, berjalan di antara seliweran angkutan yang berhenti tatkala lampu merah hidup pertanda larangan melintasi. Yang mengamen, yang menjajakan koran, yang menyemir sepatu, yang berdagang asongan. Mereka yang penghasilannya bahkan jauh lebih sedikit dari uang jajan anak-anak sekolah elit.

Atau mereka anak-anak penderita gizi buruk, yang tidak pernah sembuh lantaran tiada biaya untuk berobat dengan layak, yang orang tua mereka selalu berhutang tanpa sanggup untuk membayar, yang saudara-saudara mereka kerap berdesak-desakan saat ada jatah pembagian sembako, yang rumah mereka di beri cap oleh pemerintah bertuliskan "rumah miskin" sebagai syarat untuk menerima Bantuan Langsung Tunai yang jumlahnya tak seberapa.

Ataukah mereka para penghuni kolong jembatan, yang telinganya setiap hari di jejali oleh suara klakson dan bau knalpot yang menyengat. Ataukah mereka yang selama puluhan tahun berpindah-pindah kontrakan lantaran terlalu sering diusir oleh tuan rumah. Ataukah mereka yang kemudian memilih mendirikan rumah-rumah kardus di tepi-tepi rel kereta api.

Ataukah mereka para warga desa tertinggal yang belum pernah disentuh oleh listrik dan segala teknologi lainnya, yang hidupnya tidak mengenal segala peralatan seperti kulkas, AC pendingin ruangan, Rice Cooker penanak nasi .

Atau mungkin mereka yang tidak punya handphone, yang tidak punya laptop, yang belum pernah merasakan nikmatnya pizza, nasi padang, dan makanan lezat lainnya, yang belum pernah mencercahkan pinggulnya ke kursi empuk bioskop terkenal sambil menonton Film Box Office terbaru, yang rumahnya tidak ada televisi untuk menonton sinetron kesukaan para ibu-ibu rumah tangga .

Ataukah mereka yang hanya mempunyai sepeda motor butut untuk mengojek, yang dipasangi kursi tambahan agar bisa mengangkut penumpang lebih banyak, saban hari dipanasi matahari dan didinginkan kembali oleh sentuhan hujan,

Ataukah mereka yang cuma menjadi buruh di Perusahan besar, yang tidak memiliki alat transportasi yang layak untuk berangkat kerja tepat waktu, yang tidak merasakan kesejukan AC pendingin tatkala melewati hari bercuaca panas,

Ataukah mereka yang hanya bisa menjadikan Mall dan pusat perbelanjaan lainnya sebagai tempat mencuci mata, yang cuma terbengong-bengong tatkala melihat celana keluaran terbaru dengan brand luar negeri terkenal . Yang seperti semua itukah yang disebut Miskin ?

Dalam beberapa kasus, baiklah saya sepakat, Ya mereka lah orang-orang yang masuk dalam kategori Miskin dalam pendefenisian kasat mata. Miskin dalam artian kekurangan. Miskin dalam artian tidak memiliki kelebihan-kelebihan layaknya orang - orang kaya.

Namun terbersitkah pembaca, sepanjang mereka yang terkategorikan miskin itu tidak merasa miskin dengan keadaannya, selalu bersyukur atas segala nikmat yang diterimanya dari Allah, yang memilih untuk tidak mengeluh atas segala kekurangan yang ia miliki, maka sesungguhnya mereka adalah orang-orang berjiwa kaya.

Mereka yang selalu menggantungkan harapannya kepada Allah dan menjadikan ikhtiar sebagai pemompa semangatnya untuk selalu mencari nikmat Allah, maka mereka adalah orang-orang yang kaya. Selagi mereka tak cepat putus asa, tak selalu mengeluh dan menangisi nasib, tak mengemis dan selalu berharap belas kasihan dari orang lain, tak menjadikan dirinya beban bagi orang lain, mereka justru sangat kaya.

Miskin sebenarnya adalah mereka yang tidak pernah puas dan bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah kepadanya. Mereka yang mendapatkan rezeki, namun tidak pernah merasa cukup atas rezkinya. Mereka yang sudah diberikan hidup berkecukupan namun masih merasa kurang atas apa yang dimilikinya. Mereka yang selalu mengejar untuk mendapatkan sesuatu agar dianggap lebih dari orang lain.

Mereka yang bahkan senantiasa makan kenyang, tidur di ranjang yang empuk, memiliki AC pendingin tatkala suhu panas meradang, namun selalu mengeluh tatkala melihat teman sekantor memiliki mobil baru. Sangat banyak manusia yang berlimpah harta, namun selalu diliputi kegundahan karena merasa kurang. Mereka dalam pandangan dunia adalah orang yang kaya namun sejatinya mereka................LEBIH MISKIN daripada ORANG PALING MISKIN sekalipun.