Snippet

Sayang, Betapa Aku Mencintaimu

By: M. Agus Syafii

Pernahkah anda dengan tulus mengungkapkan isi hati anda kepada orang yang anda cintai, "Sayang, betapa aku mencintaimu." Haruskah anda mengungkapkan perasaan anda itu setelah orang yang anda cintai itu telah pergi? Allah melatih kita dengan berbagai cobaan dan ujian yang penuh luka, perih dan air mata agar kita memiliki kekuatan dan kesabaran di dalam mengarungi bahtera kehidupan sekaligus agar kita berhati-hati dan berani untuk mengkoreksi diri kita sendiri. Ujian dan cobaan yang kita hadapi juga wujud kasih sayang Allah yang mengingatkan kita atas perbuatan bila ada yang kurang tepat dari yang kita kerjakan.

Seringkali kita begitu percaya diri dalam menghadapi ujian dan cobaan, kita menganggap bahwa diri kita sudah benar dan kita menganggap diri kita sudah menjadi orang baik serta kita sudah berbuat yang terbaik dan benar untuk keluarga kita. Padahal kita adalah orang yang begitu teramat miskin dengan rasa penghargaan. Kita hanya bisa menghargai orang yang kita cintai setelah kita kehilangan, atau ketika kita sakit dan membutuhkan keberadaannya disisi kita. Bukankah hidup ini menjadi lebih indah apabila kita menyuburkan rasa cinta dan kasih sayang itu disaat hubungan kita ditengah kemesraan dan kehangatan? Sikap menghargai disaat keluarga harmonis, anak-anak penuh kebahagiaan adalah wujud rasa syukur kita kepada Allah yang menjadi kekuatan kita jika badai itu datang menghantam keluarga kita.

Ucapan "Sayang, Betapa aku mencintaimu" menggambarkan pengakuan yang tulus dan ikhlas namun juga disisi lain menyiratkan pernyataan bahwa kecintaan anda kepada orang yang anda cintai karena kecintaan kepada Allah. Bila di dalam sebuah rumah tangga, kecintaan kita kepada pasangan kita dilandaskan karena cinta kita kepada Allah maka Allah akan melimpahkan keberkahan dan kebahagiaan sepanjang hayat. Sebagaimana Sabda Rasulullah, "Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi sebuah keluarga maka Allah memasukkan rasa kelembutan di dalam diri mereka." (HR. Imam Ahmad).