Snippet

Kasih Sayang Dalam Keluarga

Kasih sayang maupun hidup berkeluarga, keduanya merupakan fitrah kita sebagai manusia. Semua manusia ingin memperoleh kasih sayang dan ingin mengaktualisasikan kasih sayangnya. Orang yang beruntung memperoleh dua hal tersebut biasanya hidupnya ceria dan berseri-seri, kesulitan terasa mudah, yang berat terasa ringan, yang lama terasa sebentar. Sebaliknya jika tidak memperoleh, hidup menjadi gersang dan membosankan, hal yang biasa bisa menjadi ketegangan, yang ringan menjadi berat, yang sederhana menjadi rumit, yang sebentar terasa lama. Hidup berpasangan juga sudah menjadi fitrah kehidupan, bukan hanya bagi manusia tetapi jga bagi makhluk hidup lainnya. Orang yang belum dapat pasangan, dalam alam bawah sadarnya selalu mencari atau menunggu, yang secara tegar mengatakan bahwa ia lebih enak hidup sendiri tanpa pasangan sesungguhnya merupakan pelarian dari tidak ditemukannya pasangan yang cocok. Hidup berkeluarga juga merupakan fitrah kehidupan. Dorongan untuk untuk hidup berkeluarga bukan pertimbangan rasional tetapi merupakan dorongan naluriah.

Menikah adalah sesuatu yang didambakan oleh setiap orang. Menikah juga dipandang sakral oleh agama. Tetapi hidup berumah tangga itu sendiri merupakan misteri dari kebahagiaan. Ada orang yang hidup dengan amat sangat sederhana, tetapi mereka merasakan kebahagiaan yang prima dalam kehidupan rumah tangganya. Sebaliknya ada orang yang memiliki kelengkapan fasilitas hidup, sandang pangan papan, kendaraan, uang, perhiasan tetapi mereka tidak menemukan yang di dambakan, sebaliknya, semua kelengkapan materi itu justru tak bermakna apa-apa. Dalam pandangan Islam, pernikahan adalah suci, sunnah Rasul dan ibadah. Oleh karena itu setiap muslim seyogyanya menikah secara Islam, berumah tangga secara Islam dan hidup secara Islam. Perselisihan dalam rumah tangga, bahkan perceraian, adalah sesuatu yang manusiawi belaka, tetapi al-Quran menganjurkan untuk selalu islah, memperbaiki diri, dan memilih jalan yang terbaik.

Dalam Bahasa Arab mengenal 60 istilah cinta, tapi dalam al Quran hanya disebut 7 jenis cinta, yaitu 1. mawaddah, 2. rahmah, 3. mail, 4. syaghaf, 5. ra'fah, 6. shobwah, 7. kulfah, kesemuanya ada dalam kehidupan keluarga, dalam keadaan keluarga stabil maupun ketika labil, cinta antara suami isteri maupun cinta antar anggota keluarga. Mari kita memahaminya satu persatu, yaitu.

Pertama, Cinta mawaddah (Q/30:31) adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan nggemesi. Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Mawaddah juga mengandung arti kelapangan dada dan kekosongan jiwa dari kehendak buruk. Cinta jenis mawaddah adalah jenis cinta yang mengasyikkan dan penuh gelora.

Kedua, Cinta rahmah (Q/30;31) adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang kekasih meski untuk itu ia harus menderita. Ia sangat memaklumi kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya.

Ketiga, Silaturrahmi atau Silaturahim. Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta antar orang yang bertalian darah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari itu maka dalam al Quran , kerabat disebut al arham, dzawi al arham , yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri, yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut rahim (dari kata rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim. Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah dianjurkan untuk selalu ber silaturrahim, atau silaturrahmi artinya menyambung tali kasih sayang.

Keempat, yang harus diingat adalah adanya dorongan cinta yang merusak harmony, yaitu mail (yang tidak adil), syaghaf (cinta buta), shobwah (cinta bodoh). Cinta mail lebih condong kepada yang baru, yang lama berjasa dilupakan, syaghof, cinta buta yang membuat lupa diri dan lupa daratan, shobwah, cinta yang disadari bodoh tetapi diteruskan.

Wassalam,
M. Agus Syafii