Snippet

Obama Minta Afrika Waspadai Al Shabaab - Al Qaeda

http://suaramedia.com/images/stories/3berita/1_7_africa/africak_perang.jpg
Setelah terjadi pengeboman Uganda, Presiden AS Barack Obama memperingatkan bahwa kelompok-kelompok seperti Al Shabaab dan Al Qaeda menganggap benua Afrika sebagai tempat nyawa orang-orang tidak bersalah bisa dilenyapkan dengan biaya politik yang kecil.

Saat diwawancarai South African Broadcasting Corporation (SABC) dalam wawancara yang akan ditayangkan hari Kamis pagi WIB, pemimpin AS yang memiliki darah Afrika tersebut membidik motif para militan yang aktivitasnya meningkat di benua hitam tersebut.

"Seperti sudah Anda semua saksikan dalam sejumlah pernyataan organisasi-organisasi teroris ini, mereka tidak menghargai nyawa masyarakat Afrika," kata Obama.

"Mereka hanya menganggap Afrika sebagai tempat untuk melaksanakan pertempuran ideologis dan membunuh orang yang tidak bersalah tanpa menganggap konsekuensi jangka panjang demi keuntungan taktik jangka pendek mereka," kata Obama.

Wawancara Obama tersebut merupakan komentar langsung pertama dari sang presiden terkait peristiwa pengeboman di Kampala. Bom tersebut meledak di antara kerumunan penonton yang menyaksikan rekaman laga final Piala Dunia pada hari Minggu dan menewaskan 76 orang.

Seorang pejabat seniorAS menegaskan bahwa Obama secara langsung menyampaikan tantangan politik dan ideologis terhadap cabang-cabang Al Qaeda di benua tersebut. Intelijen AS mengatakan, gerakan di Afrika adalah cabang Al Qaeda yang paling aktif.

"Rujukan presiden terhadap fakta bahwa baik intelijen AS maupun tindakan-tindakan Al Qaeda di masa lalu telah memperjelas bahwa Al Qaeda dan kelompok-kelompok seperti (Shabaab) tidak menghargai nyawa (rakyat) Afrika.
"Singkatnya, Al Qaeda adalah sebuah organisasi rasis yang memperlakukan orang kulit hitam Afrika seperti barang yang bisa dibuang dan tidak menghargai nyawa manusia," kata pejabat yang tidak bersedia menyebutkan namanya tersebut.

Dalam wawancara tersebut, Obama juga membahas mengenai kejamnya pemilihan waktu pengeboman tersebut, setelah sebelumnya seorang pejabat AS lain menyebut gerakan Al Shabaab yang berbasis di Somalia sebagai dalang serangan itu.

"Begitu tragis dan ironis jika kita menyaksikan ledakan semacam itu saat rakyat Afrika tengah merayakan dan menonton Piala Dunia yang berlangsung di Afrika Selatan," katanya seperti dikutip oleh Gedung Putih dalam pernyataan pers.

"Di satu sisi, Anda melihat visi sebuah (benua) Afrika yang tengah bergerak, Afrika yang bersatu, Afrika yang modern dan menciptakan peluang.

"Di sisi lain, ada Al Qaeda dan (Shabaab) yang menciptakan kesan penghancuran dan kematian," katanya.

"Saya rasa hal itu membuat masa depan Afrika yang mereka (rakyat Afrika) inginkan untuk diri mereka sendiri dan anak-anak mereka menjadi kontras.

"Kita harus memastikan bahwa kita telah melakukan semampu kita untuk memberikan dukungan kepada orang-orang yang bersedia membangun, bertentangan dengan mereka yang suka menghancurkan," katanya.

Ledakan yang muncul di tengah keramaian bar dan rumah makan di Kampala pada hari Minggu lalu diklaim oleh kelompok Al Shabaab di Somalia, yang menyebut pengeboman tersebut merupakan aksi balasan atas kehadiran pasuka Uganda di Mogadishu.

Pengeboman tersebut, yang merenggut 76 nyawa dalam satu malam, merupakan serangan paling mematikan di Afrika Timur sejak serangan Al Qaeda di kedutaan AS di Kenya dan Tanzania pada 1988.

Serangan tersebut merupakan serangan pertama yang dilakukan Al Shabaab di luar wilayah Somalia, menadai meluasnya perang saudara Somalia yang telah berlangsung selama 20 tahun.

Menurut keterangan polisi, lebih dari setengah korban yang tewas adalah warga negara asing. Mereka tewas di Restoran Desa Ethiopia di Kabalagala, daerah pinggiran kota Kampala.

Menurut laporan, juga terjadi ledakan lain di Ntinda, kawasan pinggiran kota Kampala. Lebih dari 100 orang dikabarkan dilarikan ke rumah sakit dan klinik di ibu kota tersebut.