Password Itu adalah Mantra
Kita sering melihat dunia teknologi maju sekarang ini serba otomatis dan tak jarang yang harus memakai kata sandi atau lebih dikenal dengan password dalam mengoperasikannya.
Sebagai
contohnya Handphone, computer, mobil, mesin-mesin modern dan bahkan
pintu rumah sekalipun juga ada yang memakai kata sandi untuk membukanya.
Banyak disukai orang karena sistem otomatisnya mempermudahkan mereka
untuk mengoperasikannya. Tetapi banyak juga orang yang
kadang kesal memakai technology tersebut karena sering lupa kata
sandinya, sementara banyak barang-barang dirumahnya memakai kata sandi
yang berbeda.
Buat saya pribadi terkadang jengkel dibuatnya, apalagi kata sandinya harus diucapkan bukan diketik.
Sekalipun kita ingat kata sandinya, tetapi belum tentu benar cara pengucapannya.
Dan tak jarang saya harus beberapakali mengucapkannya baru
bisa terbuka hanya untuk memakai sebuah handphone. Kalau sudah seperti
ini, saya pasti berkeinginan kembali ke teknologi yang lama atau secara
manual. Apalagi usia sudah tidak muda lagi, terlalu berat mengingat
beberapa kata sandi.
Berbicara
tentang kata sandi atau password, pernahkah terlintas di pikiran anda
bahwa cara tersebut dilakukan juga oleh leluhur kita jaman dahulu?
Coba diingat kembali tentang cerita-cerita rakyat ataupun cerita wewayangan jaman dulu.
Saya teringat sewaktu kecil mengikuti cerita bersambung yang
sangat terkenal di radio maupun di televisi berjudul “Brama Kumbara”.
Hampir setiap hari saya menyempatkan waktu untuk mengikuti ceritanya
karena menarik buat saya. Sebagai contohnya dicerita tersebut ada beberapa tokoh yang membaca mantra untuk masuk ke sebuah gua, ataupun membaca mantra untuk mendapatkan kekuatan.
Ada
lagi cerita modern yang terkenal seperti “Putih Salju”,dimana ibu tiri
putih salju membaca mantra juga sewaktu berbicara dengan kaca ajaibnya.
Ataupun cerita Cinderela yang bertemu dengan ibu perinya.
Teringat
kembali seorang teman sewaktu saya masih kecil kira-kira tigapuluh
tahun yang lalu. Saya ingat betul setiap kali singgah ke rumahnya, saya
selalu berbicara dengan kakeknya yang kebetulan beliau menyukai
barang-barang kuno dan suka bercerita tentang dongeng.
Banyak sekali dongeng yang saya dengar dari beliau karena gaya beliau bercerita sangatlah menarik perhatian saya sebagai anak kecil, lucu dan mudah dimengerti.
Suatu
hari dia berkata pada saya bahwa kita harus bangga mempunyai begitu
banyak kepandaian dan ketrampilan yang dimiliki leluhur kita. Suatu hari
nanti kepandaian itu akan digunakan di dunia yang akan kamu alami
mendatang. Sejenak saya berpikir waktu itu dan hampir tidak
mempercayainya karena saya lihat dunia semakin maju dan tidak mungkin
dunia modern akan memakai jurus-jurus persilatan ataupun menggunakan
mantra-mantra dalam kehidupannya sehari-hari.
Sekarang
ini barulah saya sadar, ternyata selama ini saya salah dalam
memikirkannya. Saya terfokus pada mantra yang biasanya berkomat-kamit
dalam mengucapkannya. Padahal yang dimaksud kakek tersebut adalah
intinya sama walaupun dalam melakukannya berbeda.
Jaman
dahulu untuk membuka sebuah gua atau sebuat peti harus berkomat-kamit
membaca mantra, jaman sekarang harus mengucapkan kata sandi atau
password untuk membuka pintu rumah ataupun membuka sebuah komputer.
Intinya sama tetapi caranya berbeda.
Sejak
saat itulah setiap kali membuka komputer saya selalu tertawa dan
berbicara pada diri saya untuk membaca mantra terlebih dahulu untuk kata
sandinya. Password adalah mantra dijaman dahulu.
Posting Komentar