Internet Indonesia Belum Dukung E-commerce
Perkembangan penggunaan internet di Indonesia sangat pesat. Terutama, setelah jejaring sosial mengalami booming. Jumlah pengguna internet di Indonesia menembus angka 50 juta. Sebuah kenaikan yang dianggap luar biasa.
Namun, perkembangan itu tidak diikuti oleh maksimalisasi penggunaan internet. Para pengguna di Indonesia saat ini menggunakan internet hanya sebatas untuk kesenangan saja. Misalnya untuk meng-update status di laman jejaring sosial.
Sebenarnya, lembaga riset internasional, Frost and Sullivan melihat potensi penggunaan internet di Indonesia ke arah e-commerce, semenjak meledaknya jejaring sosial itu. Namun sayangnya, infrastruktur masih menjadi kendala dalam pengembangan e-commerce.
"Saat ini, dari tiga operator utama, jaringan 3G yang cukup mumpuni untuk coverage e-commerce baru mencakup 20 persen. Dari sini kelihatan seberapa besar data traffic yang bisa di-cover," kata Iwan Rachmat, Senior Consultant Frost and Sullivan, di Hotel Intercontinental, Jakarta.
Menurut data riset Frost and Sullivan, saat ini jumlah BTS dari tiga operator tersebut, yang mendukung koneksi 3G sampai akhir 2011, baru mencapai 19 persen dari total BTS yang ada. Sisanya BTS 2G, yaitu 81 persen. Sedangkan komposisi handset yang mendukung untuk e-commerce pada tahun 2012 diperkirakan masih didominasi oleh handset 2.5 G yang diperkirakan sebesar 62 persen, 15 persen non GPRS dan 23 persen 3G+.
Iwan juga mengatakan bahwa pasar e-commerse di Indonesia mulai tumbuh. Data riset lembaganya mencatat pada 2010 dari jumlah pasar e-commerce, komposisi iklan 8,39 persen, game 11,54 persen dan video musik 2,7 persen. "Ini mulai tumbuh, tinggal cakupan kapasitas dan infrastrukturnya," kata Iwan.
Pihaknya memperkirakan, jika didukung dengan ekosistem, infrastruktur, reknologi dan regulasi yang bagus, pada 2015 nilai industri e commerce di Indonesia dapat tumbuh 10 kali dari saat ini.
Untuk itu, Iwan berharap pembangunan backbone dalam sistem palapa ring dapat segera terwujud. Saat ini, menurut Iwan dari total 50 juta pengguna internet, 95 persen masih mengadopsi jaringan wireless.
Namun, perkembangan itu tidak diikuti oleh maksimalisasi penggunaan internet. Para pengguna di Indonesia saat ini menggunakan internet hanya sebatas untuk kesenangan saja. Misalnya untuk meng-update status di laman jejaring sosial.
Sebenarnya, lembaga riset internasional, Frost and Sullivan melihat potensi penggunaan internet di Indonesia ke arah e-commerce, semenjak meledaknya jejaring sosial itu. Namun sayangnya, infrastruktur masih menjadi kendala dalam pengembangan e-commerce.
"Saat ini, dari tiga operator utama, jaringan 3G yang cukup mumpuni untuk coverage e-commerce baru mencakup 20 persen. Dari sini kelihatan seberapa besar data traffic yang bisa di-cover," kata Iwan Rachmat, Senior Consultant Frost and Sullivan, di Hotel Intercontinental, Jakarta.
Menurut data riset Frost and Sullivan, saat ini jumlah BTS dari tiga operator tersebut, yang mendukung koneksi 3G sampai akhir 2011, baru mencapai 19 persen dari total BTS yang ada. Sisanya BTS 2G, yaitu 81 persen. Sedangkan komposisi handset yang mendukung untuk e-commerce pada tahun 2012 diperkirakan masih didominasi oleh handset 2.5 G yang diperkirakan sebesar 62 persen, 15 persen non GPRS dan 23 persen 3G+.
Iwan juga mengatakan bahwa pasar e-commerse di Indonesia mulai tumbuh. Data riset lembaganya mencatat pada 2010 dari jumlah pasar e-commerce, komposisi iklan 8,39 persen, game 11,54 persen dan video musik 2,7 persen. "Ini mulai tumbuh, tinggal cakupan kapasitas dan infrastrukturnya," kata Iwan.
Pihaknya memperkirakan, jika didukung dengan ekosistem, infrastruktur, reknologi dan regulasi yang bagus, pada 2015 nilai industri e commerce di Indonesia dapat tumbuh 10 kali dari saat ini.
Untuk itu, Iwan berharap pembangunan backbone dalam sistem palapa ring dapat segera terwujud. Saat ini, menurut Iwan dari total 50 juta pengguna internet, 95 persen masih mengadopsi jaringan wireless.
Posting Komentar