Snippet

Yogurt Bisa Gantikan Obat Anti Depresi

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzae8gOs7NO1WYyKK8_MNaPWZrHLPdr2Ym_XulZy8q_Gtq1pn7ZIHWvzoJFyEIV1Ea_cFlRRnYej-2A1J9ng6hXgPjQQqwN4sYsm_FKbNIEYAkVtohVBbyxACiA5HLqblQyeE2hhShxL4/s320/yogurt.jpg
Bakteri yang ada di usus ternyata berkaitan dengan otak. Beberapa gangguan usus diketahui akibat adanya gangguan kejiwaan seperti stres, depresi dan kecemasan. Kini ilmuwan mengungkapkan bahwa depresi yang dialami seseorang bisa dilawan dengan mengonsumsi probiotik.

Salah satu probiotik yang mudah didapat adalah pada minuman yogurt yang mengandung probiotik. Minum yogurt juga dianggap lebih baik ketimbang konsumsi obat anti depresi karena efek sampingnya lebih sedikit.


Temuan yang dilaporkan secara online dalam
Proceedings of the National Academy of Sciences menuturkan bahwa hasil yang didapatkan bisa mengarah pada cara-cara baru untuk mengontrol depresi, kecemasan dan gangguan lainnya.

"Hal ini memungkinkan seseorang untuk mengonsumsi yogurt dengan probiotik dan bukan obat antidepresan," ujar peneliti John Cryan, ahli saraf dari University College Cork di Irlandia, seperti dikutip dari
LiveScience, Minggu (4/9/2011).

Cryan menuturkan dengan mempengaruhi bakteri di usus maka bisa mengembangkan spektrum yang luas mengenai zat kimia yang ada di otak dan perilaku seseorang. Serta memungkinkan pengembangan terapi untuk mengobati gangguan kejiwaan dengan menargetkan pada usus.


"Efek yang ditimbulkan tergantung pada strain probiotik yang tergantung di dalam yogurt tersebut, jadi bukan berarti tiap hari harus mengonsumsi yogurt. Tapi diharapkan memiliki efek samping yang lebih sedikit dibanding dengan obat," ungkapnya.


Para peneliti memang sudah sejak lama curiga bahwa bakteri yang ada di usus berkaitan dengan otak. Misalnya, beberapa gangguan usus diketahui akibat adanya gangguan kejiwaan seperti stres, depresi dan kecemasan pada diri orang tersebut.


Untuk mengetahuinya, peneliti bereksperimen pada hewan tikus yang diberikan kaldu yang mengandung
Lactobacillus rhamnosus JB-1 (bakteri yang secara alami ada di usus).

Diketahui tikus yang diberi bakteri tersebut memiliki perilaku stres, kecemasan dan depresi yang lebih sedikit. Tingkat hormon stres corticosterone secara signifikan juga lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri tersebut bisa digunakan sebagai probiotik untuk meningkatkan kesehatan.