Snippet

Orang Yang Sedia Menebusnya Dengan Nyawa Tidaklah Dapat Disalahkan

Mahaguru macam manakah beliau . . .? Manusia corak apakah . . .? Beliau tak ubah sebagai telaga atau lubuk yang dalam . . . , penuh dengan kebesaran, kejujuran dan ketinggian . . .!

Sungguh, orang-orang yang terpesona melihat kebesarannya itu tidaklah dapat disalahkan, sementara orang-orang yang bersedia menebus dirinya dengan nyawa mereka, merekalah yang beroleh keberuntungan . . .!

Muhammad saw. putera Abdullah . . . , utusan Allah kepada ummat manusia,

Rahasia dan syarat-syarat apakah yang dimilikinya secara sempurna, hingga ia berhasil menjadi seorang manusia yang mengatasi seluruh manusia?
Dan tangan keramat macam apakah yang ditadahkannya ke langit, hingga seluruh pintu rahmat, pintu ni'mat dan petunjuk terbuka baginya selebar-lebarnya . . .?
Keteguhan iman kekuatan dan kemauan macam apakah . . .?
Kejujuran, ketulusan dan kesucian corak manakah . . .?
Kerendahan hati, kecintaan dan kesetiaan seperti apakah . . .?
Bagitu menjunjung tinggi kebenaran . . .! Dan begitu menghargai hidup dan segala makhluq yang hidup!

Alasan-alasan apakah yang telah menyebabkan pemimpin-pemimpin bangsanya berlomba-lomba untuk menerima ajaran dan Agamanya meskipun mereka melepaskan kemuliaan dan kemegahan yang melingkungi mereka selama ini. Dan pada waktu yang bersamaan bersedia menghadapi kehidupan yang bergejolak, penuh dengan kesulitan, perjuangan dan beban penderitaan?

Apa kira-kira yang telah menyebabkan golongan jelata di antara kaumnya berlindung diri kepadanya, dan segera bernaung di bawah panji-panji dan bendera da'wahnya? Padahal mereka mengetahui bahwa ia tidak mempunyai harta maupun senjata, serta tidak sunyi dari marabahaya dan dikejar-kejar bencana yang mengincar tanpa kawan pembela yang akan melindunginya . . .?

Apa pula yang mendorong adikara Jahiliyah Umar bin Khatthab yang sedang mencarinya dengan maksud hendak memenggal kepalanya, tiba-tiba berbalik haluan lalu pergi mencari musuh-musuh dan para penentangnya, untuk menebas kepala mereka dengan pedang itu juga ?

Apakah yang menyebabkan orang-orang pilihan dan terkemuka Madinah pergi menemuinya untuk bai'at dan berjanji akan sama-sama mendaki bukit yang tinggi dan menuruni lurah yang dalam, padahal mereka menyadari bahwa peperangan yang akan terjadi di antara mereka dengan orang-orang Quraisy akan berkecamuk dengan amat dahsyatnya . . .?

Apakah yang menyebabkan jumlah orang-orang beriman kian bertambah dan tak pernah berkurang, padahal setiap pagi dan petang ia selalu meneriakkan pada mereka: "Aku tidak mempunyai wewenang untuk memberimu manfa'at atau mudlarat, dan aku tidak mengetahui apa yang akan terjadi atas diriku begitu juga atas dirimu sekalian!"

Apakah pula yang menyebabkan mereka percaya bahwa al-Quran yang ketika itu mereka baca secara sembunyi-sembunyi, kelak akan bergema ke segenap penjuru dengan nada keras dan alunan tinggi, bukan di jazirah Arab semata, tetapi meluas ke seluruh kolong langit dan menembus kurun waktu . . .?

Dan apa gerangan yang telah menyebabkan kalbu mereka dipenuhi keyakinan dan kepekatan iman ini. . .?

Tiada lain karena mereka telah melihat Muhammad saw. dan hidup semasa dengannya semenjak ia lahir ke alam dunia. Tidak satu pun yang tersembunyi bagi mereka mengenai perihidupnya. Bahkan masa kecilnya, yakni suatu masa yang tidak begitu menjadi perhatian kecuali bagi keluarga dan orang tua dari anak itu sendiri. Terhadap Muhammad saw., masa kecilnya itu disaksikan dan telah menjadi perhatian bagi seluruh penduduk Mekah

Bila demikian halnya, maka ia merupakan suatu kehidupan yang gamblang dapat bicara. Semenjak dari awal hingga akhirnya, dari buaian ke liang lahad! Segala pandangan, segala langkah dan ucapan, sekalian gerak-gerik bahkan sekalian impian, cita-cita dan angan-angan hatinya, semenjak hari pertama ia lahir ke dunia, semua itu pantas untuk menjadi milik ummat manusia.

Seolah-olah dengan itu Allah Ta'ala hendak mema'lumkan kepada ummat manusia:
"Inilah utusan-Ku kepada kamu semua",

Nah, adakah kiranya hal-hal yang meragukan? Terdapatkah kepalsuan? Pernahkah ia berbohong agak sekali, pernahkah ia berkhianat? Pernahkah namanya ternoda? Pernahkah ia membuka 'auratnya? Adakah seseorang yang dianiayanya, atau adakah janji yang dilanggarnya? Adakah silaturrahmi yang diputuskannya, tanggung jawab yang dilemparkan dari pundak-nya atau perikemanusiaan yang diabaikannya? Pernahkah ia menghina orang dan pernahkah ia menghadapkan mukanya menyembah berhala? Periksalah dengan cermat, selidiki dengan teliti! Tidak satu tahap pun dari kehidupannya yang diselubungi kabut tertutup tirai besi!

Harta datang kepadanya bertumpuk-tumpuk, tapi sedikit pun ia tak berubah, dan tiadalah yang diambilnya untuk dirinya kecuali seperti yang diambil oleh orang yang paling bawah dan rakyat yang paling melarat . . . , kemudian ketika ia wafat, didapati orang baju besinya telah tergadai pula . . .!

Ketika akhirnya seluruh negeri tunduk menerima da'wahnya, dan sebagian besar raja-raja berdiri dengan hormat sewaktu menerima surat-suratnya yang mengajak mereka masuk Islam, maka tiada secuil pun kesombongan dan kemegahan berani mendekat kepada dirinya, walau dari jarak yang jauh daripadanya. Dan tatkala dilihatnya beberapa orang yang berkunjung kepadanya merasa gugup dan takut, maka dikuatkannya semangat mereka, katanya: "Jangan malu-malu dan jangan takut! Ibuku adalah seorang perempuan yang biasa makan dendeng di Mekah!

Dikala semua yang menolak Agamanya telah meletakkan senjata, dan mereka sama menyerahkan leher untuk menerima dengan rela putusan yang akan dijatuhkannya, sementara sepuluh ribu bilah pedang di tangan Kaum Muslimin beracungan dan berkilat-kilatan di bukit-bukit sekeliling Mekah, tetapi ucapan yang dikeluarkannya kepada mereka hanyalah:

Pergilah kalian! kalian semua bebas

Begitulah keadaan Muhammad saw. sebelum diangkat menjadi Rasul! Begitu pula ia setelah diangkat! Demikian ketika ia dalam ayunan! Dan demikian pula ketika berada diambang kematian!

Sungguh, Manusia dan Rasul bertemu dan berpadu satu pada diri Nabi Muhammad secara amat mengagumkan! Dan orang-orang yang meragukan kerasulannya, tidak akan bimbang tentang kebesarannya, begitupun tentang keluhuran jiwa dan kesucian kemanusiaannya.

Muhammad saw. meyakini sepenuhnya bahwa kemunculannya dalam arena kehidupan manusia tiada lain hanyalah untuk merubahnya, dan bahwa beliau bukan hanya menjadi utusan bagi Quraisy, bahkan bukan hanya bagi bangsa Arab semata, tetapi adalah bagi ummat manusia seluruhnya . . . Dan Allah swt. telah membukakan penglihatannya menembus jarak yang akan dicapai olehnya, yang akan dinaungi oleh bendera dan panji-panjinya.

Namun semuanya itu, segala yang terdapat pada dirinya, begitupun pada Agamanya, serta keberhasilan yang belum pernah disaksikan dunia tolok bandingnya, menurut pandangannya tidak lebih dari sekeping batu bata pada sebuah bangunan . . .!

Perumpamaan diriku dengan para Nabi sebelumku, adalah seperti seorang yang membangun sebuah gedung, hingga diselesaikannya dengan amat indah dan sempurna, kecuali suatu tempat sebesar batu bata di salah satu pojoknya. Orang-orang berkeliling dan sama-sama heran menyaksikannya. Kata mereka: Kenapa tidak diselesaikan tempat sebesar batu bata ini?" Nah, akulah batu bata yang menutupi lobang kecil itu, dan akulah yang jadi penutup dari semua Nabi. . .!

Maka segala kehidupan yang dijalaninya .... Segala perjuangan dan kepahlawanannya.... Segala kebesaran dan keluhurannya ....Segala kemenangan yang telah dicapai oleh Agamanya di waktu hidupnya, dan segala kebahagiaan yang diketahuinya akan dicapai setelah wafatnya .... Semua itu baginya tidak lebih dari sekeping batu bata . . . , hanya sekeping batu bata pada sebuah bangunan antik dan raksasa. . .!

Subhanallah, Laa Khaula wa laa quwwata illaa billaah