Snippet

BAB I. ISD SEBAGAI SALAH SATU MKDU

1 KA 24
Kelompok 2


Menghadapi masalah-masalah dalam penylenggaraan tridarma perguruan tinggi, demikian pula untuk memenuhi tutuntutan masyarakat dan negara , maka diselenggarakan program-program pendidikan umum.

Tujuan pendidikan umum di perguruan tinggi adalah:
1. Sebagai usaha membantu perkembangan kepribadian mahasiswa agar mampu berperan sebgai anggota masyarakat dan bangsa serta agama.
2. Untuk menumbuhkan kepekaan mahasiswa terhadap masalah-masalah dan kenyataan-kenyataan sosial yang timbul di dalam masyarakat Indonesia.
3. Memberikan pengetahuan dasar kepada mahasiswa agar mereka mampu berpikir secara interdisipliner, dan mampu memahami pikiran para ahli berbagai ilmu pengetahuan, sehingga dengan demikian memudahkan mereka berkomunikasi.

Jadi pendidikan umum yang menitikberatkan pada usaha untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa, pada dasarnya berbeda dengan mata kuliah mata kuliah bantu yang bertujuan untuk menopang keahlian mahasiswa dalam disiplin ilmunya. demikian juga berbeda dengan pendidikan keahlian yang bertujuan untuk mengembangkan keahlian mahasiswa dalam bidang atau disiplin ilmunya.

Pendidikan umum yang diselenggarakan oleh universtias dan intitut kemudian dikenal dengan mata kuliah dasar umum atau MKDU yang terdiri dari beberapa mata kuliah , yaitu : Agama, Kewarganegaraan, Pancasila, Kewiraan, Ilmu Budaya Dasar, dan Ilmu Sosial Dasar.

Ilmu sosial dasar adalah salah satu mata kuliah dasar umum yang merupakan mata kuliah wajib yang diberikan di perguruan tinggi negeri maupun swasta. Tujuan diberikannya mata kuliah ini adalah semata-mata sebagai salah satu usaha yang diharapkan dapat memberikan bekal kepada mahasiswa untuk dapat peduli terhadap masalah – masalah sosial yang terjadi dilingkungan dan dapat memecahkan permasalahan tersebut dengan menggunakan pendekatan ilmu sosial dasar.

Secara khusus mata kuliah dasar umum bertujuan untuk menghasilkan warga Negara sarjana yang :
1. Berjiwa Pancasila sehingga segala keputusan serta tindakannya mencerminkan pengamalan nilai-nilai pancasila dan memiliki integritas kepribadian yang tinggi, yang mendahulukan kepentingan nasional dan kemanusiaan sebagai sarjana Indonesia.
2. Taqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa, bersikap dan bertindak sesuai dengan ajaran agamanya dan memiliki toleransi terhadap pemeluk agama lain.
3. Memiliki wawasan komprehensif dan pendekatan integral didalam menyikapi permasalahan kehidupan baik sosial, politik maupun pertahanan keamanan.
4. Memiliki wawasan budaya yang luas tentang kehidupan bermasyarakat dan secara bersama-sama mampu berperan serta meningkatkan kualitasnya, maupun lingkungan alamiahnya dan secara bersama-sama berperan serta didalam pelestariannya.

KEMAMPUAN LULUSAN PENDIDIKAN TINGGI

Perguruan tinggi seolah-olah menara gading yang banyak menghasilkan sarjana-sarjana “tukang” tidak mau dan peka terhadap denyut kehidupan, kebutuhan, serta perkembangan masyarakat. Pendidikan tinggi diharapkan dapat menghasilkan sarjana-sarjana yang mempunyai seperangkat pengetahuan yang terdiri atas:
1. Kemampuan akademis; adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara ilmiah, baik lisan maupun tulisan, menguasai peralatan analisis, maupun berpikir logis, kritis, sitematis, dan analitis. Memiliki kemampuan konsepsional untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang dihadapi, serta mampu menawarkan alternative pemecahannya.
2. Kemampuan professional; adalah kemampuan dalam bidang profesi tenaga ahli yang bersangkutan. Dengan kemampuan ini, para tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang tinggi dalam bidang profesinya.
3. Kemampuan personal ; adalah kemampuan kepribadian. Dengan kemampuan ini para tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan sehingga mampu menunjukkan sikap, dan tingkah laku, dan tindakan yang mencerminkan kepribadian Indonesia, memahami dan mengenal nilai-nilai keagamaan, kemasyarakatan, dan kenegaraan, serta memiliki pandangan yang luas dan kepekaan terhadap berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia.

Dengan seperangkat kemampuan yang dimilikinya lulusan perguruan tinggi diharapkan menjadai sarjana yang cakap, ahli dalam bidang yang ditekuninya serta mau dan mampu mengabdikan keahliannya untuk kepentingan masyarakat Indonesia dan umat manusia pada umumnya.


ISD sebagai bagian dari MKDU mempunyai tema pokok yaitu hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya. ISD sebagai mana dengan IBD dan IAD, bukanlah pengantar disiplin ilmu tersendiri, tetapi menggunakan pengertian-pengertian ( fakta, teori, konsep) yang berasal dari berbagai bidang keahlian untuk menanggapi masalah-masalah sosial, khususnya masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia.

LATAR BELAKANG ILMU SOSIAL DASAR


Latar belakang diberikannya ISD adalah banyaknya kritik yang ditujukan pada sistem pendidikan kita oleh sejumlah para cendikiawan, terutama sarjana pendidikan, social, dan kebudayaan. Mereka menganggap sistem pendidikan kita berbau colonial, dan masih merupakan warisan sistem pendidikan Pemerintah Belanda, yaitu kelanjutan dari politik balas budi yang dianjurkan oleh Conrad Theodhore van Deventer. Sistem ini bertujuan menghasilkan tenaga-tenaga terampil untuk menjadi “tukang-tukang” yang mengisi birokrasi mereka di bidang administrasi, perdagangan, teknik dan keahlian lain, dengan tujuan ekspoitasi kekayaan Negara. Ternyata sekarang masih dirasakan banyaknya tenaga ahli yang berpengetahuan keahlian khusus dan mendalam, sehingga wawasannya sempit. Padahal sumbangan pemikiran dan adanya komunikasi ilmiah antara disiplin ilmu diperlukan dalam memecahkan berbagai masalah sosial masyarakat yang demikian kompleks. Hal lain, sistem pendidikan kita menjadi sesuatu yang “elite” bagi masyarakat kita sendiri, kurang akrab dengan lingkungan masyarakat, tidak mengenali dimensi – dimensi lain di luar disiplin keilmuannya.

PENGERTIAN ILMU SOSIAL DASAR


Tegasnya ilmu sosial dasar adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji gejala-gejala sosial agar daya tanggap, persepsi , dan penalaran mahaiswa dalam menghadapi lingkungan sosialnya dapat ditingkatkan sehingga kepekaan mahasiswa pada lingkugnan sosialnya dapaat menjadi lebih besar.


Sebagai salah satu mata kuliah umum, ISD bertujuan membantu kepekaan wawasan pemikiran dan kepribadian mahasiswa agar memperoleh wawasan pemikiran yang lebih luas, dan ciri-ciri kepribadian yang diharapkan dari setiap anggota golongan terpelajar Indonesia, khususnya berkenaan dengan sikap dan tingkah laku manusia dalam menghadapi manusia-manusia lainnya, serta sikap dan tingkah laku manusia dalam menghadapi manusia lain terhadap manusia yang bersangkutan.

STUDY KASUS


Berdasarkan data Education At a Glance: Indonesia – World Bank (Last updated November, 2008) – jumlah populasi usia 0-14 tahun di Indonesia sekitar 64,1 juta jiwa. Hal ini menandakan kita berpeluang menjadi negara produktif seandainya anak-anak bangsa ini dapat mengenyam pendidikan dengan baik. Namun fakta justru bertolak 180 derajat, dimana kemiskinan telah memperkecil kesempatan dalam mengakses pendidikan karena biaya yang tak terjangkau. Menurut data Departemen Pendidikan Nasional, angka putus sekolah jenjang pendidikan SD/MI antara tahun 2005/06 –2006/07 sebanyak 615.411 siswa.





Sementara untuk pendidikan di SMP/MTs sebesar 232.834 siswa pada tahun yang sama. Kenyataan ini sungguh memprihatinkan, ditengah para pemimpin kita mengeluarkan banyak uang berebut puncak kekuasaan, di sisi lain anak-anak bangsa ini membutuhkan dana untuk hal yang lebih penting, yakni mengakses dunia pendidikan. Sungguh ironis, salah satu efek dari demokrasi dalam beberapa hal telah membuat “hal yang kurang penting menjadi penting, dan yang benar-benar penting menjadi kurang penting”. Bagaimana tidak, bayangkan saja jika ratusan milyar dana-dana kampanye itu mengalir untuk dunia pendidikan. Maka, saya yakin Indonesia akan menjadi lebih indah, indonesia akan lebih bersinar. Anak-anak bangsa ini telah membuktikannya pada berbagai olimpiade sains international yang diselenggarakan. Kita juara, kita bisa dan kita bangga sebagai putra-putri Bangsa Indonesia.



“Pendidikan murah untuk masyarakat miskin”, slogan ini terkesan bahwa pendidikan itu membutuhkan biaya besar yang harus ditanggung oleh orang tua sehingga terasa memberatkan. Seandainya saja anak-anak sekolah juga diberikan ketrampilan yang diimplementasikan, dalam arti anak-anak sekolah disamping diberikan bekal ketrampilan spesifik juga dilibatkan dalam proyek-proyek berhubungan dengan ketrampilan tersebut sehingga mampu menghasilkan uang untuk membiayai pendidikan mereka sendiri maka hal ini akan lebih efektif dan efisien. Alternatif yang penulis uraikan di sini, dapat diterapkan pada sekolah tingkat pertama (SMP). Konsekuensinya pihak sekolah harus mulai mengadakan training ketrampilan aplikatif, dan mengadakan kerja sama dengan perusahaan yang berhubungan dengan ketrampilan yang dilaksanakan. Hal ini tidak berarti kita mengeksploitasi anak, namun lebih mengarahkan meraka kepada hal yang lebih baik. Ide ini muncul ketika seorang teman kelahiran bali yang kuliah di australia mengatakan bahwa rata-rata remaja disana usia14-15 tahun sudah mulai melakukan part time untuk sekedar menambah uang jajan ataupun untuk membiayai sekolah mereka sendiri. Jika anak-anak Australia bisa, mengapa kita tidak?

OPINI
 
Hasil suatu sistem pendidikan semestinya terwujud pada tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik, berhasil, dan produktif Pendidikan kemudian menjadi satu-satunya media guna membentuk masyarakat berkembang menuju piramida tertinggi dalam pola relasi kehidupan yang ada di dunia. Manusia terdidik adalah manajer bagi terciptanya tatanan masyarakat kota (civil society) atau masyarakat madani.


Maka dari itu, baik dari masyarakat maupun pemerintah harus memperbaiki sistem pendidikan saat ini menjadi sangat lebih baik lagi, berhasil, dan produktif. Karena apabila pemerintah memperbaiki sistem pendidikan lebih baik lagi tapi masyarakat belum dapat memanfaatkannya, sama saja tidak ada hasil dari perbaikan sistem pendidikan itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
http://windisukmawan.blogspot.com/2009/12/tugas-materi-ilmu-sosial-dasar.html
Katuk, N.F. dan Harwantiyoko: MKDU Ilmu Sosial Dasar. Edisi kedua cetakan pertama. Penerbit Gunadarma, Depok, Januari 1997.