Perbaikilah Shalat Anda!
Khutbah Jum’at Pertama
الْحَمْدُ
لِلهِ حَمْداً كَثِيراً طَيِّباً مُبَارَكاً فِيْهِ كَمَا يُحِبُّ
رَبُّنَا وَيَرْضَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ،
صَلَوَاتُ رَبِّي وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ
Amma ba’du:
Ayyuhal ikhwah fillah! Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
dengan takwa yang sebenar-benarnya. Sesungguhnya manusia kini tengah
terjebak di dalam timbunan kesibukan dunia yang materialistik bersama
aneka macam problema jiwa dan ketegangan syaraf yang ditimbulkan oleh
nafsunya, mereka sangat membutuhkan sesuatu yang bisa menghibur
perasaannya. Melepaskan beban penderitaannya, dan membangkitkan perasaan
tentram di dalam hati dan perasaan tenang di dalam jiwa, jauh dari
kesulitan, kegelisahan, dan keresahan. Mana mungkin manusia bisa
menemukan hal itu di luar naungan Islam dan ibadah-ibadahnya yang agung,
yang merupakan terapi rohani yang mutlak ampuh dan tidak tergantikan
oleh terapi materi. Ketahuilah, bahwa ibadah yang memiliki pengaruh
terbesar dalam hal itu ialah shalat, baik shalat fardhu maupun shalat
sunnah.
Allah berfirman ,
يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ
“Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.” (QS. Al-Baqarah: 153)
وَأَقِمِ الصَّلاَةَ إِنَّ الصَّلاَةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ
“Dan dirikanlah shalat.Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al-Ankabut: 45)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada Bilal Radiyallahu ‘Anhu,
‘‘Bangkitlah hai Bilal, hiburlah kami dengan Shalat.’’ (HR.Ahmad, 5/371, dan Abu Daud, 4986)
“Dan setiap kali dirundung masalah, beliau selalu melaksanakan shalat.” (HR. Ahmad, 5/388 dan Abu Daud, 1319)
Hal itu tidak lain karena shalat adalah komunikasi antara hamba dengan tuannya. Berdiri di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam shalat memiliki efek yang sangat besar dalam memperbaiki jiwa manusia, bahkan seluruh masyarakat manusia.
Hanya,
shalat seperti apakah yang dapat mempererat hubungan komunikasi antara
makhluk dan penciptanya? Shalat seperti apakah yang dapat memberikan
efek yang positif di dalam diri pelakunya, sehingga dapat mencegahnya
dari perbuatan keji dan munkar, dan bisa membantunya dalam urusan agama
dan dunianya; mendorongnya untuk melaksanakan kewajiban dan menjauhi
hal-hal yang diharamkan dan dimakruhkan? Apakah itu shalat jasmani tanpa
ruh, badan tanpa hati, gerakan tanpa kekhusyukan, bentuk tanpa esensi,
kata-kata tanpa makna? Bukan! Sama sekali bukan! Tetapi shalat Syar’iyah Nabawiyah yang dilaksanakan menurut rambu-rambu Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sesungguhnya shalat yang diserukan Islam merupakan mi’raj ruhani bagi seorang mukmin. Karena ruhnya bisa membawanya mi’raj
(naik ke langit) setiap kali ia melaksanakan shalat kepada Allah, baik
shalat fardlu maupun shalat sunnah. Ruhnya mengajaknya pindah dari alam
materi menuju alam yang tinggi, jernih, suci dan bersih. Di situlah
sumber kebahagiaan dan ketenteraman.
Ikhwatal Islam!
Setiap muslim pasti mengetahui kedudukan shalat di dalam agama dan
syariat Allah. Karena shalat adalah tiang agama Islam dan garis pemisah
antara kufur dan iman. Posisi shalat dalam Islam seperti posisi kepala
bagi tubuh. Bila manusia tidak bisa hidup tanpa kepala, begitu pula
agama tidak bisa wujud tanpa shalat. Nash-nash syariat yang
menerangkan hal itu sangat banyak. Jika masalahnya sedemikian penting
dan krusial maka satu hal yang sangat menyesakkan dada dan menyakitkan
hati ialah bahwa di antara orang-orang yang mengaku Islam masih ada
orang-orang yang hidup di tengah-tengah kaum muslimin, tetapi meremehkan
dan menyepelekan shalat. Bahkan terkadang lebih parah dari itu. Laa haula wala quata illa billah!
Akankah mereka berhenti bersikap seperti itu sebelum mereka ditimpa murka Allah, dikepung azab Allah, atau dijemput maut?
Saudara-saudaraku
yang rajin shalat! Berbahagialah dengan shalat. Bergembiralah bila
Allah melapangkan dada Anda untuk melaksanakan kewajiban yang agung ini.
Selamat buat Anda yang akan menerima balasan dan anugerah dari Allah,
baik di dunia maupun di Akhirat. Karena Anda telah melaksanakan
kewajiban agama yang agung ini.
Wahai orang-orang yang rajin
shalat, ketahuilah bahwa shalat yang diterima oleh Allah harus memenuhi
syarat-syarat, rukun-rukun, wajib-wajib, dan adab-adab tertentu. Di
samping itu, banyak masalah penting dan kesalahan yang berkembang luas
seputar kewajiban ini yang harus diketahui dan dipraktikkan oleh
orang-orang yang shalat. Di dalam Musnad Ahmad disebutkan,
“Orang yang paling buruk pencuriannya ialah orang yang mencuri sebagian dari shalatnya.” (Al-Musnad, 5/310)
Yang dimaksud dengan mencuri di dalam shalat ialah tidak menyempurnakan rukuknya, sujudnya dan khusyuknya.
Dan
ada pula riwayat yang menyebutkan, bahwa orang yang selesai shalat akan
dicatat dari shalatnya sebesar 25 persen, atau 20 persen, hingga 10
persen saja. (HR. Ahmad, 4/321 dan Abu Daud, 796)
Ini mengajak
setiap muslim yang melaksanakan shalat agar memperhatikan urusan
shalatnya, supaya ia tidak kehilangan pahala dan mendapatkan siksa.
Berikut ini adalah hal-hal singkat yang perlu mendapat perhatian dalam masalah ini:
1.
Bersuci secara lahir dan batin. Karena bersuci adalah syarat besar bagi
sahnya shalat. Dan shalat tidak sah tanpa bersuci. Maka setiap orang
yang menunaikan shalat harus memperhatikan dengan sungguh-sungguh urusan
bersuci dan wudlunya. Ia tidak boleh meremehkan hal itu. Juga tidak
boleh berlebihan dalam menyikapinya hingga sampai ke tingkat waswas.
Salah satu hal yang sangat disesalkan dalam soal ini yaitu sebagian
orang awam tidak memberikan perhatian secukupnya terhadap masalah wudlu
dan bersuci. Bahkan ada yang melakukan tayammum di dekat air atau
sebenarnya bisa mencari air. Ini adalah kecerobohan yang nyata.
2.
Menghadap kiblat. Ini juga termasuk syarat sah shalat yang penting.
Orang yang berada di Masjidil Haram harus menghadap ke arah Ka’bah
secara tepat. Sebagian orang ternyata tidak memahami masalah ini atau
meremehkannya.
3. Menutup aurat. Ini juga
termasuk syarat sah shalat yang penting. Apa yang dilakukan sebagian
orang yang teledor dalam masalah ini seperti memakai pakaian yang
transparan, atau celana ketat yang bisa memperlihatkan warna kulitnya
atau membedakan sifatnya adalah hal yang perlu diperhatikan. Wanita di
dalam shalat harus menutupi seluruh tubuhnya kecuali wajahnya, jika
berada di antara lelaki yang bukan mahramnya atau berada di masjid yang
berpotensi dilihat oleh kaum lelaki, maka kondisi semacam ini ia wajib
menutupi wajahnya. Dan ia harus datang ke masjid dengan pakaian yang
sederhana, tertutup rapat, tidak bersolek dan tidak memakai parfum, agar
ia bisa pulang ke rumahnya dengan membawa pahala, bukan dosa.
4. Memperhatikan kerapian shaf (barisan). Dalam riwayat yang shahih disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
merapikan sendiri barisan-barisan yang ada. Ada juga riwayat yang
menyebutkan bahwa beliau bersikap keras kepada orang yang tidak
memperhatikan hal itu. Dalam sebuah hadits Rasulullah Shalallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Kalian benar-benar merapikan barisan kalian, atau Allah benar-benar akan membuat wajah-wajah kalian berselisih.” (HR. Al-Bukhari, 717 dan Muslim, 436)
5. Inti shalat dan ruhnya adalah khusyuk. Allah berfirman,
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاَتِهِمْ خَاشِعُونَ
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya.” (QS. Al-Mukminun: 1-2)
Di
mana letak khusyuknya orang-orang yang melaksanakan shalat dengan
perasaan malas, berat, tertekan, kesal, dan ingin bebas dari kewajiban
shalat? Di mana letak kekhusyukan orang-orang yang tidak fokus di dalam
shalatnya? Shalat mereka hanyalah main-main, gerak-gerik, tengak-tengok,
miring kesana kemari, cepat-cepat dan tergesa-gesa. Hati mereka
berkeliaran di lembah, sementara akalnya merumput di tempat lain. Shalat
semacam ini adalah shalat yang bunting, tidak sempurna.
Maka
setiap orang yang melaksanakan shalat, harus menjaga kekhusyukan dan
kehadiran hatinya secara terus-menerus. Dan ia harus melakukan
upaya-upaya yang bisa membantunya untuk itu, dan mewaspadai hal-hal yang
merusak kekhusyukannya.
Ayyuhal mushallun! Thumakninah
adalah salah satu rukun shalat yang tidak boleh ditinggalkan. Kini
banyak orang yang meremehkannya akibat lemahnya iman, dan tamaknya
perasaan duniawi di dalam jiwa. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada orang yang melaksanakan shalat secara buruk, karena tergesa-gesa dan tidak thuma’ninah.
“Kembalilah lalu shalatlah. Karena sesungguhnya kamu belum shalat.” (HR. Al-Bukhari, 793 dan Muslim, 397)
6. Yang juga perlu diperhatikan ialah kewajiban mengikuti imam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya imam itu diadakan untuk diikuti.” (HR.Al-Bukhari, 688 dan Muslim, 412)
Jadi,
makmum tidak boleh lebih maju dari imam atau mendahului gerakan imam.
Bahkan hal itu bisa menjadi penyebab tertolak atau batalnya shalat. Ada
riwayat yang berisi ancaman keras terhadap orang yang berbuat seperti
itu. Dalam hadits riwayat Abu Hurairah Radiyallahu ‘anhu yang disepakati keshahihannya oleh Al-Bukhari dan Muslim dinyatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidaklah
salah seorang di antara kamu merasa takut apabila ia mengangkat
kepalanya sebelum imam bahwa Allah akan menjadikan kepalanya sebagai
kepala keledai atau menjadikan wujudnya sebagai wujud keledai?!” (HR. Al-Bukhari, 691,dan Muslim, 427)
Imam Ahmad Rahimahullah berkata, “Tidak sah shalat orang yang mendahului imamnya.”
Perkara
yang demikian gawat dan sangsinya seperti itu seharusnya mendapat
perhatian yang serius dari setiap orang yang melaksanakan shalat. Jangan
sampai ia dijerumuskan oleh setan yang ingin merusak shalatnya. Dan
kondisi rill para makmum dalam kaitan ini sangat memperhatinkan dan
menyedihkan. Allahul Musta’an .
Ibadallah!
Bertakwalah kepada Allah dalam urusan kita pada umumnya dan shalat kita
pada khususnya. Karena bagian yang diperoleh seseorang dari Islam setara
dengan kadar bagiannya dan dari shalat. Kini, marilah kita berfikir
tentang kondisi kita sendiri. Apa yang akan kita peroleh bila kita
meremehkan seluruh syiar Islam, terutama shalat? Sesungguhnya umat yang
orang-orangnya tidak mau berdiri di hadapan Allah dalam shalat untuk
meminta anugerah dan kebaikan dari-Nya, benar-benar pantas untuk tidak
mampu berdiri kokoh pada momen-momen kebaikan, persatuan, kemenangan dan
kekuatan. Karena semua itu hanya bisa datang dari Allah semata. Maka,
apabila kita memperbaiki hubungan kita dengan Allah, niscaya Allah akan
memperbaiki hubungan kita dengan sesama manusia.
Sesungguhnya
kehancuran dan kemunduran peradaban yang terjadi di berbagai belahan
bumi, berpangkal pada kejatuhan anak-anaknya di lembah-lembah
pelanggaran hukum dan keengganan melaksanakan kewajiban yang paling
wajib, yaitu shalat.
Hanya Allahlah yang pantas kita minta untuk
memperbaiki kondisi umat Islam di mana saja, memberi mereka pemahaman
yang benar tentang agamanya. Dan menjadikan mereka sebagai orang-orang
yang teguh menjaga syiar-syiar agamanya, menghormatinya, dan menegakkan
tiangnya dengan sebaik-baiknya. Sesungguhnya Dia Maha Pemurah lagi
Mahamulia.
بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ
وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ،
فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Jum’at Kedua
الْحَمْدُ
لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى خَاتِمِ
الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِينَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، أَمَّا بَعْدُ
Amma ba’du:
Ibadallah!
Bertakwalah kepada Allah. Bersungguh-sungguhlah dalam mendirikan shalat
Anda. Karena shalat adalah cahaya Anda di muka bumi dan simpanan Anda
di atas langit. Siapa pun yang mencermati ayat-ayat Al-Qur’an pasti akan
menemukan bahwa perintah-perintah shalat selalu datang dengan redaksi, “iqamah” (mendirikan). Redaksi ini mengandung makna lebih dari sekedar “ada” (melaksanakan). Karena iqamah (mendirikan) berarti melaksanakan secara sempurna dan penuh perhatian.
Sesungguhnya
tanggung jawab orang-orang yang shalat benar-benar besar. Baik terhadap
dirinya sendiri dalam bentuk perhatian yang sungguh-sungguh, maupun
terhadap orang lain, seperti kenalan, kerabat, anak dan tetangga dalam
bentuk penyampaian perintah dan nasihat kepada mereka tentang masalah
yang sangat penting ini. Para imam masjid juga memiliki peran yang
besar, karena mereka memikul tugas yang paling besar. Maka mereka harus
melaksanakan tugas itu dengan cara memberikan perhatian yang serius
terhadap shalat dan memberikan pemahaman tentang hukum-hukum dan
hikmahnya sesuai dengan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat.” (HR.Bukhari, 631)
Juga
harus ada kerjasama antara para imam dan para makmum. Di mana
masing-masing melaksanakan misinya untuk mewujudkan hasil-hasil yang
diharapkan, dengan izin Allah.
Tinggal satu catatan penting dalam
masalah ini, yaitu masalah-masalah yang longgar dan menjadi obyek
perbedaan pendapat di antara para ulama besar, terutama masalah-masalah
yang disunnahkan atau dianjurkan. Hal itu sama sekali tidak patut
menjadi pemicu perpecahan, perseteruan, dan permusuhan di antara sesama
muslim. Juga tidak patut disikapi dengan keras atau ditolak dengan
tegas. Hal ini tidak bertentangan dengan komitmen terhadap Sunnah.
Ibadallah! Bertakwalah kepada Allah dan pahamilah hukum-hukum agama Anda secara mendalam.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمً
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللهم إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللهم إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Posting Komentar