5 Posisi Anak Bagi Orang Tua dalam Al Quran
1. Anak sebagai HIASAN HIDUP
Allah berfirman:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ
وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ
الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآَبِ
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa
yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari
jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik (surga).” (Qs. Ali Imron: 14)
Anak disebut ayat ini sebagai satu dari kesenangan-kesenangan dunia.
Setiap manusia pasti telah terhiasi hatinya dengan berbagai keindahan
dunia tersebut. Hanya saja, Allah menawarkan tempat kembali yang lebih
baik di sisi Nya.
Anak sebagai hiasan yang menghiasi hidup orangtuanya menjadi berwarna
indah. Anak-anak ibarat pelangi. Warna mereka yang berbeda-beda membuat
suasana rumah menjadi begitu indah dipandang mata. Kehadiran mereka
selalu dinantikan. Terlihat jelas di pelupuk mata orangtuanya pelangi
itu, apalagi saat pelangi itu ada di tempat yang jauh. Sehingga
kerinduan pada anak-anak begitu membuncah.
Untuk itulah, para orangtua siap untuk melakukan apa saja dan
membayar berapa saja untuk mendapatkan keturunan. Karena keindahan hidup
berkurang ketika keturunan yang dinanti belum juga hadir.
Anak-anak memang indah. Keindahannya tak tergantikan oleh apapun.
Gerak mereka, suara mereka, raut wajah mereka, tingkah polah mereka,
tertawa mereka, tangis mereka. Ahh…semuanya indah.
2. Anak sebagai COBAAN HIDUP
Allah berfirman:
وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai
cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Qs. Al
Anfal: 28)
إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Qs. At Taghabun: 15)
Anak juga menjadi cobaan hidup bagi orangtuanya. Seperti yang
disampaikan dua ayat di atas. Sehingga orangtua diminta agar
berhati-hati. Keindahan itu tidak boleh melalaikan. Kenikmatan kita
memandanginya tidak boleh melalaikan dari tugas para orangtua menjadi
hamba Allah yang baik.
Allah mengingatkan kembali kepada para orangtua:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا
أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ
هُمُ الْخَاسِرُونَ
“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu
melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian
maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (Qs Al Munafiqun: 9)
Seberapa kuat kita menikmati keindahan pelangi. Bisa jadi, kita yang
berhenti menikmatinya. Atau pelangi itu akan segera menghilang di antara
warna langit lainnya. Jika tidak berhati-hati, saat kenikmatan itu
telah pergi, kita baru sadar banyak kewajiban yang telah dilalaikan.
Banyak hak orang lain yang terabaikan. Banyak potensi kebesaran orangtua
terhenti karenanya. Dan akhirnya bisa kehilangan kesempatan meraih
keindahan abadi dan haqiqi; Surga Allah. Sungguh kerugian yang besar.
3. Anak yang LEMAH
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً
ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا
سَدِيدًا
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan
yang benar.” (Qs. An Nisa’: 9)
Orangtua diminta agar memperhatikan benar generasi setelahnya. Tidak
boleh hadir generasi lemah sepeninggal orangtuanya. Perhatian besar
orangtua untuk meninggalkan segala hal yang membuat mereka kuat adalah
merupakan kewajiban. Ayat ini mengingatkan agar orangtua berhati-hati
jika mati belum menyiapkan anak keturunan, sehingga mereka menjadi beban
masyarakat dan zaman.
Kelemahan dalam masalah keimanan. Kelemahan dalam masalah pemahaman agama. Kelemahan ibadah dan akhlak.
Para orangtua harus menyiapkan agama anak-anaknya. Karena pasti Allah akan menanyakan amanah itu kepada para orangtua.
Kelemahan dalam masalah ekonomi. Kelemahan dalam kesejahteraan. Kelemahan fasilitas.
Para orangtua bertanggung jawab jika kelemahan ini menjadi alasan
jauhnya anak-anak dari Allah. Sehingga meninggalkan anak-anak dalam
keadaan berkecukupan lebih baik daripada meninggalkan mereka
meminta-minta kepada orang.
Kelemahan ilmu pengetahuan. Kelemahan wawasan dalam hidup. Kelemahan dalam kemampuan untuk menjalani hidup.
Itu artinya para orangtua harus membekali mereka ilmu, semua sarana
ilmu dan wawasan serta skill anak-anak. Kesalahan fatal, ketika orangtua
sibuk menikmati hidup sendiri tetapi lalai menyiapkan ilmu, wawasan dan
skill anak-anak mereka.
Kelemahan dalam fisik. Kelemahan dalam jiwa dan mental. Kelemahan
yang mengakibatkan mereka hanya menjadi pecundang dan bukan seorang
juara.
Orangtua harus menyiapkan fisik mereka sesehat mungkin. Menjaga
mereka agar tetap bugar untuk melanjutkan perjuangan. Jiwa dan mental
yang kokoh berhadapan dengan keadaan apapun. Mampu hidup dan bertahan
dalam keadaan paling sulit sekalipun.
Dan semua jenis kelemahan adalah merupakan peringatan yang tidak boleh muncul pada kelahiran keturunan kita.
4. Anak sebagai MUSUH
Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ
وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِنْ تَعْفُوا
وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan
anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu
terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta
mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (Qs At Taghabun: 14)
Sangat mengerikan membaca ayat ini. Allah memerintahkan agar orangtua
berhati-hati terhadap anak. Karena sebagian mereka adalah musuh. Jika
anak telah menjadi musuh orangtuanya, maka hilanglah sebagian besar
kebahagiaan rumah tangga. Karena hiasan itu kini hanya menjadi beban,
penyebab ketakutan, kesedihan dan semua kesengsaraan hidup orangtua.
Anak yang nakal, durhaka, bodoh, menjatuhkan martabat keluarga. Saat
itulah anak yang dulu diasuh siang dan malam, berubah menjadi musuh yang
menyedihkan, menakutkan dan menyengsarakan.
5. Anak yang BAIK & MENYEJUKKAN PANDANGAN MATA
Allah berfirman:
هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ
“Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: “Ya
Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik.
Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa.” (Qs. Ali Imron: 38)
Allah juga berfirman:
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا
وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada
kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati
(kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (Qs.
Al Furqon: 74)
Inilah anak yang diharapkan oleh setiap keluarga. Untuk itulah,
ayat-ayat yang digunakan untuk membahas poin ini berupa doa dan ini
berbeda dengan ayat-ayat sebelumnya. Doa adalah harapan dan munajat
kepada Yang Menciptakan semuanya.
Anak yang baik. Anak yang menyejukkan pandangan mata. Anak yang menyenangkan hati orangtua.
Jelas ini adalah hasil panen jerih payah orangtua. Setelah sekian
lama dalam kesabaran tiada berujung, orangtua berjuang berjibaku
mendidik mereka. Saat usia telah senja, tulang telah rapuh, kepala telah
menyala putih, banyak keterbatasan, saat perlu bersandar, anak-anak
yang baik itu benar-benar menyejukkan pandangan mata, menentramkan hati.
Ibarat oase di tengah gurun sahara. Ibarat air sejuk bagi musafir yang
telah lemas karena dehidrasi. Anak yang berbakti. Anak yang mengerti hak
orangtua. Anak yang bisa mengangkat derajat orangtunya kelak di Surga
Allah.
Allah yang menciptakan anak-anak bagi kita. Dia menjelaskan dalam Al
Quran bahwa anak-anak itu adalah hiasan hidup orangtua. Tetapi juga
sebagai cobaan hidup bagi orangtua, agar diketahui apakah orangtua lalai
dari kewajibannya berdzikir kepada Allah atau tetap baik.
Untuk itulah, orangtua diingatkan Allah jangan sampai anak-anak
menjadi generasi yang lemah apalagi menjadi musuh. Tetapi harus menjadi
anak-anak yang baik dan menyejukkan mata.
Sekaligus amanah dari Allah agar para orangtua menjaga amanah itu dan
menjadikan mereka anak-anak yang kokoh dan kuat di zamannya.
Wallahu a’lam
Posting Komentar