Faedah-Faedah Sakit
Bismillah, alhamdulilah, washshalatu wassalamu 'ala man laa nabiya ba'dah, Amma ba'du:
Sesungguhnya sakit merupakan bagian dari cobaan yang mengandung
banyak faedah bagi seorang muslim, namun mayoritas manusia tidak
mengetahuinya, diantara faedah tersebut adalah sebagai berikut:
- Sesungguhnya sakit merupakan penebus berbagai dosa dan menghapuskan
segala kesalahan, sehingga sakit menjadi sebagai balasan keburukan dari
apa yang dilakukan hamba, lalu dihapus dari catatan amalnya hingga
menjadi ringan dari dosa-dosa. Hal itu berdasarkan dalil-dalil yang
sangat banyak, di antaranya adalah:
- Hadits Jabir bin Abdullah rahimahullah, sesungguhnya ia mendengar Rasulullah S.A.W. bersabda:
" مَا يَمْرَضُ مُؤْمِنٌ وَلاَ مُؤْمِنَةٌ وَلاَ مُسْلِمٌ
وَلاَمُسْلِمَةٌ إِلاَّ حَطَّ اللهُ بِذلِكَ خَطَايَاهُ كَمَا تَنْحَطُّ
الْوَرَقَةُ مِنَ الشَّجَرِ"
"Tidaklah sakit seorang mukmin, laki-laki dan perempuan, dan
tidaklah pula dengan seorang muslim, laki-laki dan perempuan, melainkan
Allah S.W.T. menggugurkan kesalahan-kesalahannya dengan hal itu, sebagaimana bergugurannya dedaunan dari pohon." HR. Ahmad 3/346.
B. Hadits Ummul 'Ala radhiyallahu 'anha, ia berkata, "Rasulullah S.A.W. berkunjung kepadaku dan aku sedang sakit, lalu beliau bersabda:
" أَبْشِرِي يَا أُمَّ الْعَلاَءِ, فَإِنَّ مَرَضَ الْمُسْلِمِ
يُذْهِبُ اللهُ بِهِ خَطَايَاهُ كَمَا تُذْهِبُ النَّارُ خَبَث الذَّهَبِ
وَاْلفِضَّةِ "
"Bergemberilah wahai Ummul 'Ala, sesungguhnya sakitnya seorang muslim dijadikan oleh Allah S.W.T. untuk menghilangkan kesalahannya dengannya, sebagaimana api menghilangkan karat emas dan perak." HR. Abu Daud no.3092.
Sebagian orang menduga bahwa keutamaan dan pahala yang terdapat dalam
hadits-hadits ini dan yang semisalnya, hanya diperuntukkan bagi orang
yang menderita sakit berat atau sakit parah, atau yang tidak bisa
diharapkan lagi kesembuhannya saja, padahal sebenarnya berbeda dengan
dugaan ini, karena seorang hamba akan mendapat pahala dari musibah yang
menimpanya, sekalipun hanya sakit ringan, selama ia tetap sabar dan
selalu meminta pahala.
Tidak disangsikan lagi bahwa setiap kali musibahnya lebih besar dan
sakitnya sangat berat, maka akan bertambahlah pahalanya, akan tetapi
sakit ringan juga tetap akan mendapat pahala.
- Sesungguhnya sakit akan mengangkat derajat dan menambah kebaikan, dalil-dalil tentang hal itu adalah sebagai berikut:
- Hadits 'Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata, "Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah S.A.W.bersabda:
" مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُشَاكُ شَوْكَةٌ فَما فَوْقَهَا إِلاَّ كُتِبَ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌُ وَمُحِيَتْ عَنْهُ بهَا خَطِيْئَةٌ "
"Tidak ada seorang muslimpun yang tertusuk duri, atau yang lebih
dari itu, melainkan ditulis untuknya satu derajat dan dihapus darinya
satu kesalahan" HR. Muslim no. 2572.
- Hadits 'Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah S.A.W. bersabda:
" مَا ضربَ عَلَى مُؤْمِنٍ عرق قَطُّ إِلاَ حَطَّ اللهُ عَنْهُ خَطِيْئَةً وَرَفَعَ لَهُ دَرَجَةً "
"Tidak pernah seorang mukmin mendapat perlakukan zalim melainkan Allah S.W.T. akan mengugurkan kesalahan darinya dan meninggikan derajatnya" HR. al-Hakim dan ia menshahihkannya serta disepakati oleh adz-Dzahabi.
Maka jelaslah dari penjelasan nash-nash ini bahwa disamping
menghapuskan kesalahan, juga diperoleh peningkatan derajat dan tambahan
kebaikan. Karena alasan inilah, imam an-Nawawi rahimahullah memberikan
komentar setelah memaparkan hadits-hadits ini: (Di dalam hadits-hadits
ini terdapat kabar gembira yang besar bagi kaum muslimin, bahwa tidak
berkurang sedikitpun dari diri mereka, dan di dalamnya dijelaskan
tentang penebus berbagai kesalahan dengan segala penyakit, segala
musibah dunia dan duka citanya, sekalipun kesusahan itu hanyalah
sedikit. Dan di dalamnya dijelaskan pula tentang pengangkatan derajat
dengan perkara-perkara ini dan tambahan kebaikan) (Syarh an-Nawawi atas Shahih Muslim 16/193).
- Sesungguhnya penyakit merupakan sebab untuk mencapai kedudukan yang tinggi, hal itu diindikasikan oleh hadits Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah S.A.W. bersabda:
" إِنَّ الرَّجُلَ لَيَكُوْنَ لَهُ عِنْدَ اللهِ اْلمَنْزِلَةَ
فَمَا يَبْلُغُهَا بِعَمَلِهِ فَمَا يَزَالُ اللهٌُ يَبْتَلِيْهِ بَمَا
يَكْرَهُ حَتَّى يَبْلُغَهَا "
"Sesungguhnya seseorang akan memperoleh kedudukan di sisi Allah S.W.T., ia tidaklah memperolehnya dengan amalan, Allah S.W.T. senantiasa terus mengujinya dengan sesuatu yang tidak disukainya, hingga ia memperolehnya" HR. al-Hakim dan ia menshahihkannya 1/495.
- Sakit merupakan bukti bahwa Allah S.W.T. menghendaki kebaikan terhadap hamba-Nya:
Hal itu ditunjukkan oleh hadits-hadits yang sangat banyak, diantaranya adalah:
- Hadits Shuhaib bin Sinan, ia berkata: Rasulullah S.A.W. bersabda:
" عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ
خَيْرٌ, وَلَيْسَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ: إِنْ أَصَابَتْهُ
السَّرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ الضَّرَّاءُُ
صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ "
"Sungguh mengagumkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya semua
perkaranya menjadi kebaikan, dan hal itu tidak pernah terjadi kecuali
bagi seorang mukmin: jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, maka hal
itu menjadi kebaikan baginya, dan jika ia mendapatkan musibah, ia
bersabar, maka itu menjadi kebaikan baginya" HR. Muslim no. 2999.
- Hadits Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah S.A.W. bersabda:
" مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ "
"Barangsiapa yang Allah S.W.T. menghendaki kebaikan dengannya, niscaya Dia menimpakan musibah kepadanya" HR. al-Bukhari no.5645.
- Hadits Anas bin Malik, dari Nabi S.A.W. beliau bersabda:
" إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ
اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا
َومَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ "
"Sesungguhnya besarnya balasan disertai besarnya cobaan, dan sesungguhnya apabila Allah S.W.T. mencintai suatu kaum, Dia S.W.T. mencoba mereka, barangsiapa yang ridha maka untuknya keridhaan dan barangsiapa yang murka maka baginya kemurkaan" HR. at-Tirmidzi no. 5645.
- Sesungguhnya sakit membawa kepada muhasabah (intropeksi diri) dan tidak sakit membuat orang terperdaya:
Hukum ini berdasarkan kebiasaan, pengalaman dan realita. Sesungguhnya
apabila seseorang menderita sakit, ia akan kembali kepada Rabb-nya,
kembali kepada petunjuk-Nya, dan memulai untuk melakukan intropeksi
terhadap dirinya sendiri atas segala kekurangan dalam ketaatan, dan
menyesali tenggelamnya dia dalam nafsu syahwat, perbuatan haram serta penyebab-penyebab yang mengarah kepadanya –Allah S.W.T. Yang Paling Mengetahui-:
- Sesungguhnya sakit membuat hamba merasakan akan dekatnya ajal dan kematian.
- Bisa jadi karena rasa sakit yang diderita orang yang sakit membuatnya mengadu kepada Allah S.W.T.
- Dan bisa jadi pula karena sesungguhnya sakit itu mematahkan nafsu syahwat, maka jadilah keinginan hamba saat sakit adalah kesembuhan darinya.
Dari Sa'id bin Wahb rahimahullah, ia berkata: Aku berjalan
bersama Salman untuk mengunjungi temannya yang sedang sakit, maka ia
berkata: Sesungguhnya Allah S.W.T. menguji seorang mukmin dengan bala,
kemudian Dia S.W.T. menyembuhkannya, maka ia menjadi penebus bagi
segala kesalahannya dan menjadi pelajaran bagi yang tersisa. Dan
sesungguhnya Allah menimpakan bencana kepada orang fasik, kemudian Dia
S.W.T. menyembuhkannya, maka ia bagaikan unta yang diikat oleh
pemiliknya, ia tidak tahu kenapa mereka mengikatnya, kemudian mereka
melepaskannya maka diapun tidak mengetahui kenapa mereka melepaskannya. (Mushannaf Ibnu Abi Syaibah 10813).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: "Musibah yang
engkau terima dengannya terhadap Allah I lebih baik bagimu daripada
nikmat yang membuatmu lupa untuk berdzikir kepada-Nya. (tasliyatu ahli al-Masha`ib).
- Sesungguhnya sakit menjadi penyebab kembalinya hamba kepada Rabb-Nya:
Bagian ini merupakan pelengkap bagian sebelumnya, cobaan merupakan
penyebab kembalinya hamba kepada Rabb mereka, yaitu pada saat Dia
menghendaki kebaikan terhadap mereka. Karena inilah, Allah S.W.T.
berfirman:
[ وَلَقَدْ أَرْسَلْنَآ إِلَى أُمَمٍ مِّن قَبْلِكَ فَأَخَذْنَاهُم بِالْبَأْسَآءِ وَالضَرَّآءِ لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُونَ ]
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada
umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan
(menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka bermohon
(kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri" (QS. Al-An'aam: 42)
Dan Allah S.W.T. berfirman:
[ وَبَلَوْنَاهُم بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ ]
"Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran)" (QS. Al-A'raaf: 168)
Yazid bin Maisarah rahimahullah berkata: Sesungguhnya hamba menderita
sakit, sedangkan dia dalam keadaan tidak mempunyai amal kebaikan di
sisi Allah S.W.T., lalu Allah S.W.T. mengingatkan sebagian kesalahannya
di masa lalu, kemudian keluarlah air matanya yang sebesar kepala lalat
karena takut kepada Allah S.W.T., sehingga tatkala Allah S.W.T.
membangkitkannya dalam keadaan suci, atau Dia mengambilnya
(mewafatkannya), maka Dia S.W.T. mengambilnya dalam keadaan suci. ('Iddatush Shabiri 155).
- Tetapnya amal ibadah orang yang sakit, selama sakit menghalanginya darinya:
Banyak sekali hadits dari Rasulullah S.A.W. yang menunjukkan bahwa
amal ibadah orang yang sakit akan tetap dicatat, selama sakit itu
menghalanginya dari beramal, yang kalau bukan karena sakit tentu ia
tetap mengamalkannya, hal ini dijelaskan oleh hadits Abu Musa
rahimahullah, ia berkata: Rasulullah S.A.W. bersabda:
" إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ كُتِبَ مِثْلُ مَاكَانَ يَعْمَلُ مُقِيْمًا صَحِيْحًا "
"Apabila seorang hamba sakit atau melakukan perjalanan (safar),
niscaya ditulis untuknya seperti amalan orang yang muqim (tidak
bepergian) lagi sehat." HR. al-Bukhari no. 2996.
- Sesungguhnya sakit merupakan penyebab masuk surga dan selamat dari neraka:
Adapun keadaan sakit menjadi penyebab selamat dari neraka,
sebagaimana yang disebutkan bahwa demam adalah bagian (jatah) orang yang
beriman dari neraka, hal itu ditunjukkan oleh hadits 'Aisyah
radhiyallahu 'anha, sesungguhnya Nabi S.A.W. bersabda:
" اَلْحُمَّى حَظُّ كُلِّ مُؤْمِنٍ مِنَ النَّارِ "
"Demam adalah bagian setiap mukmin dari neraka"
Adapun sakit menjadi penyebab masuk surga, sebagaimana yang
disebutkan dalam hadits bahwa orang yang kehilangan penglihatannya, lalu
ia bersabar, niscaya Allah S.W.T. menggantikan surga kepadanya.
Demikian pula perempuan yang terkena penyakit ayan, Nabi S.W.T.
mengabarkan kepadanya bahwa jika ia bersabar, maka untuknya surga.
Dalil-dalil ini, dalam persoalan sakit demam dan ayan menunjukkan bahwa keduanya menjadi penyebab masuk surga.
Berbagai macam penyakit menjadi penebus berbagai macam kesalahan dan
menambah kebaikan, dan keduanya menjadi penyebab masuk surga, karena
sakit itu meringankan kesalahan hamba dalam timbangan dan menambah daun
timbangan kebaikan.
Ditambah lagi, sesungguhnya sakit termasuk musibah yang tidak disukai hamba, Nabi S.A.W. bersabda:
" حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ "
"Surga diliputi dengan segala yang dibenci dan neraka diliputi dengan nafsu syahwat" HR. al-Bukhari no. 6487 dan Muslim no. 2822.
- Sesungguhnya sakit itu memperbaiki hati:
Al-'Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: (Hati dan ruh
mengambil manfaat dengan penyakit dan penderitaan, yang tidak bisa
dirasakan kecuali oleh orang yang memiliki kehidupan, sehingga kesehatan
hati dan ruh digantungkan atas penderitaan badan dan tekanannya) (Syifa`ul 'alil 524).
Beliau juga mengatakan: (Sebagaimana yang telah diketahui,
sesungguhnya jika bukan karena berbagai cobaan dunia dan musibahnya,
niscaya hamba mendapatkan berbagai penyakit sombong, bangga diri, dan
keras hati, yang menjadi penyebab kebinasaannya, baik yang cepat (di
dunia) maupun yang tertunda (di akhirat).
Maka kalau bukan karena Allah S.W.T. mengobati hamba-hamba-Nya dengan
berbagai obat cobaan dan ujian, niscaya mereka akan berbuat zalim dan
melampuai batas. Dan apabila Allah S.W.T. menghendaki kebaikan kepada
hamba-Nya, Dia menuangi obat dari cobaan dan ujian menurut kadar
kondisinya, dan mengosongkan dengannya dari penyakit-penyakit yang
membinasakan, sehingga apabila Dia telah membersihkannya, Dia
menempatkannya untuk martabat paling mulia di dunia, yaitu penghambaan,
dan pahala tertinggi di akhirat, yaitu melihat-Nya dan dekat dengan-Nya.
(Syaifaul Ghalil hal. 524).
- Sesungguhnya sakit mengingatkan hamba terhadap nikmat kesehatan:
Terkadang seseorang akan terlena dengan kesehatan dalam waktu yang
panjang, sehingga ia melupakan bertafakkur tentang kebesaran nikmat ini
dan lalai dari bersyukur kepada Allah S.W.T. Maka ia dicoba dengan
sakit, sehingga mengenal kadar yang besar tersebut, karena sakit
membuatnya tidak bisa memperoleh kepentingan agama dan dunia, karena
itulah, Nabi S.A.W. bersabda:
" نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَاْلفَرَاغُ "
"Dua nikmat yang membuat manusia banyak terperdaya olehnya: nikmat sehat dan waktu luang" (HR. al-Bukhari no.6412)
Terkadang manusia mendapat kesempatan, akan tetapi ia tidak bisa
memanfaatkannya karena disibukkan oleh sakitnya. Nikmat adalah
kesempatan yang tidak sempurna kecuali disertai oleh adanya kesehatan.
Maka akan diperoleh rasa bersyukur terhadap kesehatan yang disebabkan
oleh ingatan pada saat sakit karena besarnya kenikmatan tersebut.
- Sesungguhnya sakit itu mengingatkan hamba terhadap kondisi saudara-saudaranya yang sakit:
Di saat sehat, seorang hamba terkadang mendapatkan penderitaan
saudara-saudaranya yang sakit, baik penderitaan itu bersifat badaniyah,
yang membuat penderita merintih, atau bersifat kejiwaan seperti rasa
takut dari sakit dan akibatnya, ataupun penderitaan yang meliputi orang
yang sakit dari keluarganya, lalu mereka terpengaruh karena sakitnya,
terutama apabila penyakit yang diderita menyebabkannya berhenti bekerja,
dan tidak ada pemasukan untuk keluarga serta anak-anaknya kecuali dari
pekerjaannya saja, sehingga orang yang sakit menderita tekanan jiwa
karena istri dan anak-anaknya yang mengelilingi, juga karena kurangnya
pemasukan disertai penderitaan penyakit beserta dampaknya.
Demikian pula istri dan anak-anaknya, mereka menderita karena merasa
kehilangan atas orang yang biasa membiayai hidupnya, maka bagaimana
apabila ditambah kepadanya seluruh biaya pengobatan dan yang lainnya.
Maksudnya adalah bila hamba mengalami penderitaan seperti itu dan
persoalan menjadi bertumpuk-tumpuk atasnya, maka sesungguhnya hal ini
akan membuatnya mengingat kondisi saudara-saudaranya yang sakit, yang
penghasilannya lebih rendah darinya dan lebih lemah kondisinya serta
lebih banyak anaknya, sehingga ia meratapi kondisi mereka dan hal itu
dapat mendorongnya untuk membantu mereka dan anak-anak mereka dengan
memberikan nafkah dan sedekah serta yang semisalnya.
- Sakit membuat hamba mendapatkan teman-teman baru:
Apabila orang yang sakit terbaring di tempat tidur putih, maka
sesungguhnya ia akan mengenal sesama saudara-saudaranya yang sakit, sama
saja yang berada bersamanya dalam satu kamar atau dalam satu bagian, di
tempat mereka shalat bersama yaitu mushalla dan saling mengenal satu
sama lain. Hal ini akan membuat dia memperoleh teman-teman baru yang
mendoakannya dan diapun mendoakan mereka, terkadang hubungan bisa terus
berlangsung dalam waktu yang lama hingga setelah sakit, dan diantara
penyebab dikabulkannya doa adalah doa orang yang sedang sakit.
Alangkah besarnya nikmat seorang hamba jika dapat memperoleh banyak
teman yang sakit, lalu mereka memohon kepada Allah S.W.T. dengan berdoa
untuknya dan menyebutnya dengan kebaikan, karena ia telah memberikan
kebaikan kepada mereka. Siapakah dari kaum muslimin yang tidak
menginginkan doa dari sesama saudaranya, terutama jika orang-orang yang
berdoa itu adalah yang sangat dekat untuk dikabul doanya?
Aku memohon kepada Allah S.W.T. agar menyembuhkan kaum muslimin yang
sakit, memperbaiki hati dan perbuatan mereka, sesungguhnya Dia Maha
mendengar lagi Maha Mengabulkan.
Segala puji bagi Allah S.W.T. Rabb semesta alam, dan semoga rahmat
Allah S.W.T., kesejahteraan, dan berkah-Nya selalu tercurah kepada hamba
dan Rasul-Nya Muhammad, keluarganya serta para sahabatnya sekalian.
Sumber : Dar ibnu Khuzaimah
Ibrahim bin Muhammad al-Huqail
Posting Komentar