Penderitaan
Semua manusia tahu apa itu penderitaan dan bahkan mengalaminya. Manusia biasa bilang bahwa penderitaan itu seperti bayangan yang selalu ada sepanjang badan. Kadang-kadang bayangan itu di belakang kita sehingga kita tidak menyadari keberadaannya. Tetapi sering juga bayangan itu menghalangi di depan diri kita. Sehingga penderitaan menjadi sangat jelas dan mencekam. Penyebab penderitaan juga bermacam-macam. Ia datang kepada kita dalam bentuk sakit, kegagalan, diperlakukan secara tidak adil, mengalami duka cita karena kematian orang yang kita kasihi, musibah seperti bencana alam.
Singkatnya ada banyak penyebab penderitaan. Apa pun penyebabnya, penderitaan selalu ada. Ia seperti bayang-bayang yang selalu menyertai hidup. Sampai orang yang sudah meninggal pun mengalami penderitaan, seperti penderitaan di siksa kubur atas perbuatannya selama hidup di dunia. Atau pun mungkin juga orang meninggal karna menderita. Manusia tidak bisa berbuat lain kecuali bertawakal atas penderitaannya. Semua itu terjadi karena sudah ditakdirkan dan diatur oleh Allah Swt. Alllah Swt. memberi cobaan (penderitaan) kepada umatnya sesuai kadar dan kemampuan manusia. Apabila Allah Swt. memberikaan cobaan (penderitaan) diluar kadar dan kemampuan manusia mungkin itu ada maksud yang akan Allah tunjukkan kepada umatnya. Itu sebabnya adalah penting untuk kita merenungkan makna penderitaan itu. Mungkin kita tidak suka melakukannya. Tetapi karena penderitaan itu merupakan fakta yang tidak terhindarkan, kita harus menerimanya dan menemukan maknanya.
” Sungguh kami telah berada di pihak Israel sejak berdirinya dan kami akan selalu bersama Israel sepanjang sejarahnya” (Collin Powel, 19 Maret 2001). 60 tahun yang lalu, 14 Mei 1948, di bumi Palestina, Israel memproklamirkan kemerdekaan negara Israel. Sebuah kemerdekaan yang sejak awal patut dipertanyakan, merdeka dari siapa ? Peristiwa yang bersejarah itu, menjadi tonggak berdirinya negara yang penuh darah di negeri Islam yang diberkati Allah SWT itu.
Penderitaan umat Islam Palestinapun tak terperikan. Saat berdiri, Israel mengusir sekitar 1 juta warga Palestina, merampas hak milik warga Palestina, mencaplok puluhan kota dan ratusan desa. Teror dan pembantaian terjadi dimana-mana. Terjadilah peristiwa Deir Yasin (10 April 1948) sekitar 254 muslim Palestina terbunuh 100 diantaranya adalah anak-anak dan wanita). Unit 101 yang didirikan Moshe Dayan, menteror warga Palestina. Pada tahun 1948 tercatat 385 dari 475 desa Palestina dibuldoser sehingga rata dengan tanah. Saat ini diperkirakan terdapat 6 juta pengungsi Palestina yang menderita di kamp-kamp pengungsi. Inilah salah satu contoh penderitaan yang sangat tidak berperikemanusiaan.
Coba kita lihat pengalaman penderitaan yang kita alami sebagai satu bangsa karena bencana alam di Aceh. Belakangan ini Indonesia dikenal sebagai bangsa yang bersekutu dan persaudaraannya tercabik-cabik. Bangsa Indonesia yang satu mengelompok dalam sentimen agama dan suku yang sangat tinggi. Orang Islam menganggap orang Kristen sebagai ancaman. Mereka saling memandang dengan penuh curiga, yang satu menganggap yang lain sebagai kafir atau melakukan syirik.
Pengelompokan manusia Indonesia menurut agama : Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, orang kafir dan orang bertaqwa hilang dengan begitu saja. Mereka yang berbeda-beda ini justru bergandengan tangan menanggulangi dan menghadapi penderitaan. Ini sungguh satu mujizat. Ya, kalau dalam keadaan suka cita kita cenderung terbelah-belah, maka dalam derita dan duka kita kembali menjadi satu.
Singkatnya ada banyak penyebab penderitaan. Apa pun penyebabnya, penderitaan selalu ada. Ia seperti bayang-bayang yang selalu menyertai hidup. Sampai orang yang sudah meninggal pun mengalami penderitaan, seperti penderitaan di siksa kubur atas perbuatannya selama hidup di dunia. Atau pun mungkin juga orang meninggal karna menderita. Manusia tidak bisa berbuat lain kecuali bertawakal atas penderitaannya. Semua itu terjadi karena sudah ditakdirkan dan diatur oleh Allah Swt. Alllah Swt. memberi cobaan (penderitaan) kepada umatnya sesuai kadar dan kemampuan manusia. Apabila Allah Swt. memberikaan cobaan (penderitaan) diluar kadar dan kemampuan manusia mungkin itu ada maksud yang akan Allah tunjukkan kepada umatnya. Itu sebabnya adalah penting untuk kita merenungkan makna penderitaan itu. Mungkin kita tidak suka melakukannya. Tetapi karena penderitaan itu merupakan fakta yang tidak terhindarkan, kita harus menerimanya dan menemukan maknanya.
” Sungguh kami telah berada di pihak Israel sejak berdirinya dan kami akan selalu bersama Israel sepanjang sejarahnya” (Collin Powel, 19 Maret 2001). 60 tahun yang lalu, 14 Mei 1948, di bumi Palestina, Israel memproklamirkan kemerdekaan negara Israel. Sebuah kemerdekaan yang sejak awal patut dipertanyakan, merdeka dari siapa ? Peristiwa yang bersejarah itu, menjadi tonggak berdirinya negara yang penuh darah di negeri Islam yang diberkati Allah SWT itu.
Penderitaan umat Islam Palestinapun tak terperikan. Saat berdiri, Israel mengusir sekitar 1 juta warga Palestina, merampas hak milik warga Palestina, mencaplok puluhan kota dan ratusan desa. Teror dan pembantaian terjadi dimana-mana. Terjadilah peristiwa Deir Yasin (10 April 1948) sekitar 254 muslim Palestina terbunuh 100 diantaranya adalah anak-anak dan wanita). Unit 101 yang didirikan Moshe Dayan, menteror warga Palestina. Pada tahun 1948 tercatat 385 dari 475 desa Palestina dibuldoser sehingga rata dengan tanah. Saat ini diperkirakan terdapat 6 juta pengungsi Palestina yang menderita di kamp-kamp pengungsi. Inilah salah satu contoh penderitaan yang sangat tidak berperikemanusiaan.
http://www.youtube.com/watch?v=9C2N_AVKXPA&feature=related
Fakta mengatakan bahwa manusia tidak pernah sendirian dalam menghadapi penderitaan. Dalam derita manusia kembali menjadi satu. Penderitaan membuat perbedaan-perbedaan pendapat, konflik, dan perpecahan mencair dengan sendirinya. Orang-orang yang hidup dalam permusuhan dan konflik bisa dengan mudah melupakan konflik dan perbedaan pendapat yang ada di antara mereka.
Fakta mengatakan bahwa manusia tidak pernah sendirian dalam menghadapi penderitaan. Dalam derita manusia kembali menjadi satu. Penderitaan membuat perbedaan-perbedaan pendapat, konflik, dan perpecahan mencair dengan sendirinya. Orang-orang yang hidup dalam permusuhan dan konflik bisa dengan mudah melupakan konflik dan perbedaan pendapat yang ada di antara mereka.
Coba kita lihat pengalaman penderitaan yang kita alami sebagai satu bangsa karena bencana alam di Aceh. Belakangan ini Indonesia dikenal sebagai bangsa yang bersekutu dan persaudaraannya tercabik-cabik. Bangsa Indonesia yang satu mengelompok dalam sentimen agama dan suku yang sangat tinggi. Orang Islam menganggap orang Kristen sebagai ancaman. Mereka saling memandang dengan penuh curiga, yang satu menganggap yang lain sebagai kafir atau melakukan syirik.
Pengelompokan manusia Indonesia menurut agama : Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, orang kafir dan orang bertaqwa hilang dengan begitu saja. Mereka yang berbeda-beda ini justru bergandengan tangan menanggulangi dan menghadapi penderitaan. Ini sungguh satu mujizat. Ya, kalau dalam keadaan suka cita kita cenderung terbelah-belah, maka dalam derita dan duka kita kembali menjadi satu.
Posting Komentar