Snippet

BAB III. INDIVIDU, KELUARGA, DAN MASYARAKAT


1 KA 24
Kelompok 2
  


1.     FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAAN

Dalam membahas pertumbuhan itu ada bermacam-macam aliran, namun pada garis besarnya dapat digolongkan ke dalam tiga golongan, yaitu:

a)      Pendirian Nativistik

Menurut para ahli dari golongan ini berpendapat, bahwa pertumbuhan individu itu semata-mata ditentukan oleh factor-faktor yang dibawa sejak lahir.

Para ahli dari golongan ini menunjukkan berbagai kesempatan atau kemiripan antara orang tua dengan anaknya. Misalnya seorang ayah memiliki di bidang seni musik maka kemungkinan besar anaknya juga menjadi musisi atau penyanyi. Tetapi hal ini akan menimbulkan keragu-raguan apakah kesamaan yang ada antara orang tua dan anaknya benar-benar disebabkan oleh pembawaan sejak lahir karena adanya fasilitas-fasilitas atau hal-hal lain yang dapat memberikan dorongan kearah kemajuannya.

b)      Pendirian Empiristik dan Environmentalistik

Pendirian ini berlawanan dengan peendapat nativistik. Para ahli berpendapat, bahwa pertumbuhan individu semata-mata tergantung pada lingkungan, sedangkan dasar tidak berperanan sama sekali.

Pendirian ini menolak dasar dalam prtumbuhan individu dan lebih jauh menekankan pada lingkungan dan konsenkuensinya, hanya lingkunganlah yang banyak dibicarakan. Pendirian semacam ini biasa disebut pendirian yang environmentalistik. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendirian ini pada hakikatnya adalah kelanjutan dari paham eemperisme.
                                                                        
Apabila konsepsi ini dapat tahan uji (benar) akan dihasilkan manusia-manusia ideal asalkan dapat disediakan kondisi yang dibutuhkan untuk usaha itu. Tetapi dalam kenyataannya sering dijumpai lain, banyak di antara anak-anak orang kaya atau orang pandai mengecewakan orang tuanya, karena tidak berhasil dalam belajar, walaupun fasilitas yang diperlukan telah tersedia secara lengkap dan sebalinya pada anak-anak dari orangtua yang kurang mampu sangat berhasil dalam belajar, walaupun fasilitas belajar yang dimiliki sangat minimal, jauh dari mencukupi.

Menurut faham ini di dalam pertumbuhan individu itu baik dasar maupun lingkungan kedua-duanya memegang peranan penting. Bakat atau dasar sebagai kemungkinanada pada masing-masing individu namun bakat dan dasar yang dipunyai itu perlu diserasikan dengan lingkungan yang dapat tumbuh dengan baik. Misalnya pada anak yang normal memiliki dasar atau bakat untuk berdiri tegak di atas kedua kaki, bila anak ini diasuh dalam lingkungan masyarakat manusia.

Disamping harus adanya dasar, juga perlu dipertimbangkan masalah kematangan (readiness), misalnya anak yang normal berusia enam bulan, walaupun anak tersebut hidup di antara manusia-manusia lain ada kemungkinkan juga anak itu tak akan dapat berjalan karena belum matanguntuk melakukan hal itu.

c)       Pendirian Konvergensi Dari Interaksionisme

Kebanyakan para ahli mengikuti pendirian konvergensi dengan modifikasi seperlunya. suatu Modifikasi yang terkenal yang sering dianggap sebagai perkembangan lebih jauh konsepsi konvergensi ialah konsepsi interaksionisme yang berpandangan dinamis yang menyatakan bahwa interaksi antara dasar dan lingkungan dapat menentukan pertumbuhan individu. Nampak lain dengan konsepsi konvergensi yang berpandangan oleh dasar (bakat) dan lingkungan.


Tahap Pertumbuhan Individu Berdasar Psikologi

Pertumbuhan individu sejak lahir sampai masa dewasa atau masa kematangan itu melalui beberapa fase sebagai berikut:

a)      Masa Vital

Masa vital yaitu dari 0.0 sampai kira-kira 2.0 tahun. Pada masa vital ini individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya. Menurut Frued tahun pertama dalam kehidupan individu itu sebagai masa oral, karena mulut dipandang sebagai sumbeer kenikmatan dan ketidaknikmatan.

b)      Masa Estetik

Masa estetik dari umur 2.0 tahun sampai kira-kira 7.0 tahun. Masa ini dianggap sebagai masa pertumbuhan rasa keindahan. Sebenarnya kata estetik diartikan bahwa pada masa ini pertumbuhan anak yang terutama adalah fungsi pancaindera. Dalam masa ini pula tampak munculnya gejala kenakalan yang umumnya terjadi antara umur 3.0 tahun sampai umur 5.0 tahun. Anak sering menentang kehendak orang atau kadang-kadang menggunakan kata-kata kasar dengan sengaja melanggar apa yang dilarang dan tidak melakukan apa yang seharusnya untuk dilakukan.

c)       Masa Intelektual

Masa intelektual atau masa keserasian bersekolah yaitu dari umur 7.0 tahun sampai kira-kira umur 13.0 tahun atau 14.0 tahun. Setelah anak melewati masa kegoncangan yang pertama, maka proses sosialisasinya telah berlangsung dengan lebih efektif. Sehingga menjadi matang untuk dididik dari pada masa-masa sebelumnya dan sesudahnya.

d)      Masa Sosial/Remaja

Masa sosial/remaja kira-kira dari umur 13.0 tahun atau 14.0 tahun sampai kira-kira umur 20.0 tahun atau 21.0 tahun. Masa ini merupakan masa ynag banyak menarik perhatian masyarakat, karena mempunyai sifat-sifat khas dan yang menentukan dalam kehidupan individu dalam masyarakatnya. Peranan manusia dewasa harus hidup dalam alam kultur dan harus dapat menempatkan dirinya di antara nilai-nilai (kultur) itu maka perlu mengenal dirinya sebagai pendukung maupun pelaksana nilai-nilai. Untuk iniliah maka ia harus mengarahkan dirinya agar dapat menemukan diri, meneliti sikap hidup yang lama dan mencoba-coba yang baru agar dapat menjadi pribadi yang dewasa.


2.     PENGERTIAN FUNGSI KELUARGA

Dalam kehidupan keluarga sering kita jumpai adanya pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan. Suatu pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan itu biasa disebut fungsi. Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan-pekerjaan atau tugas-tugas yang harus dilaksanakan di dalam atau oleh keluarga itu.

Keluarga adalah unit atau satuan masyarakat yang terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Kelompok ini, dalam hubungannya dengan perkembangan individu dengan berbagai macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat. Tidaklah dapat dipungkiri, bahwa sebenarnya keluarga mempunyai fungsi yang tidak hanya terbatas selaku penerus keturunan saja. Banyak hal-hal mengenai kepribadian yang dapat dirunut dari keluarga, yang pada saat-saat sekarang ini sering dilupakan orang. Perkembangan intelektual akan kesadaran lingkungan seorang individu seringkali dilepaskan dan bahkan dipisahkan dengan masalah keluarga. Hal-hal semacam inilah yang sering menimbulkan masalah-masalah sosial, karena kehilangan pijakan. Keluarga sudah seringkali kehilangan peranannya. Oleh karena itu adalah kebijaksanaan kalau dilihat dan dikembalikan peranan keluarga dan proporsi yang sebenarnya dengan skala prioritas yang pas.

DAFTAR PUSTAKA
Harwantiyoko dan Neltje F. Katuuk. 1997. MKDU Ilmu Sosial Dasar, Edisi kedua cetakan pertama. Penerbit Gunadarma. Jakarta


STUDY KASUS
Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Bali Meningkat
Jum'at, 03 Juli 2009 | 10:46 WIB


TEMPO Interaktif, Denpasar - Kasus kekerasan dalam rumah tangga di Bali cenderung meningkat. Sayangnya, perempuan yang menjadi korban cenderung menghindari pelaporan ke polisi.


Menurut Ida Bagus Alit dari Bagian Forensik Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, selama 2008 terjadi 164 kasus kekerasan pada perempuan. Namun pada enam bulan pertama 2009, kasusnya sudah mencapai 78 kasus. “Jadi sudah lebih dari separo,”ujar dia, Jumat (3/7) dalam sosialiasi Peraturan Daerah tentang Pencegahan dan Penghapusan Perdagangan Orang.






Seiring dengan itu, pada 2008, dari 164 kasus kekerasan terhadap perempuan hanya 33 kasus saja yang merupakan kekerasan dalam rumah tangga. Namun pada semester pertama 2009, dari 78 kasus maka 63 kasus adalah kekerasan dalam rumah tangga.


Perbedaan lainnya, kata Alit, kasus kekerasan dalam rumah tangga pada 20009 jarang yang dilaporkan ke polisi. “Apakah perempuan Bali menjadi lebih pemaaf?” tanya dia. Dari 63 kasus kekerasan dalam rumah tangga, hanya 44 saja yang berujung laporan pada polisi. Sebagian besar dengan alasan, enggan mendapat persoalan yang lebih besar. Menurut Alit, para korban mengaku baru akan membuat laporan bila telah mengalami kasus yang kedua.


Mengenai penanganan, kata Alit, korban akan mendapat perlakuan khusus. Bahkan, menurut Alit, untuk meningkatkan kemampuan dokter melakukan penanganan, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana telah membuat kurikulum khusus. 
http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/2009/07/03/brk,20090703-185032,id.html


OPINI

Seharusnya perempuan yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga, harus melapor ke pihak yang berwenang atau mencari bantuan terdekat seperti tetangga atau RT maupun RW untuk meminta perlindungan sementara. Selanjutnya bisa meminta perlindungan, pertolongan, dan keadilan seperti kepada KOMNAS PEREMPUAN.

Dengan cenderungnya perempuan yang menjadi korban menghindari pelaporan ke polisi, karena alasan enggan mendapat persoalan yang besar maka banyak  kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang terjadi menjadi meningkat. Hal demikian terjadi dikarenakan pelaku kekerasan berbuat semaunya, berhubungan korban enggan melapor tindak kekerasan yang dialaminya.





Alangkah baiknya kaum perempuan itu dilindungi, dihargai, dihormati keberadaannya (Entah itu muda, remaja, maupun tua). Pada hakikatnya ibu kita adalah kaum perempuan dan surga itu berada di telapak kaki ibu. Jadi, jangan pernah berbuat kekerasan kepada perempuan. Jika itu terjadi maka sama saja berbuat kekerasan terhadap ibu sendiri.